Sweeper-Keeper ala Miswar Saputra

Miswar Saputra menghalau bola dari pemain PSIM. Foto: Ninda Sahriyani/EJ
Iklan

EJ – Belakangan ini ramai sekali perbincangan mengenai evolusi posisi seorang kiper dalam permainan sepak bola. Sweeper-Keeper, itulah posisi yang saat ini menjadi perdebatan baik di kalangan penggemar maupun pelaku sepa kbola itu sendiri.

Seorang penjaga gawang yang menganut gaya ini dituntut harus terlibat lebih aktif dalam permainan. Posisi ini mengharuskan seorang penjaga gawang tidak hanya memiliki keahlian dalam melakukan penyelamatan maupun mem-block tendangan lawan, seorang sweeper-keeper juga harus bisa membantu (build up) penyerangan melalui distribusi direct ball-nya yang langsung bisa jatuh ke pertahanan lawan ketika situasi deadlock dalam penyerangan terjadi. Posisi sweeper-keeper diibaratkan berada di antara dua central defender jika memakai formasi empat bek.

Tipikal kiper seperti ini cenderung agak menyerang dan bisa dilihat dari cara bermain di lapangan yaitu lebih berani keluar hingga zona area kiper ketika ada bola lolos ke pertahanannya lalu melakukan clearance.

Sweeper-keeper juga bisa menjadi opsi para bek melakukan backpass ketika mereka kebingungan melepaskan umpan ke rekannya yang sedang dijaga ketat oleh lawan sehingga bisa men-delay sambil menunggu pemain lainnya membuka ruang.

Iklan

Resiko terbesar kiper yang menganut gaya ini yaitu sering melakukan blunder karena keberaniannya tersebut. Tapi tak jarang juga berperan penting dalam penyerangan maupun ketika melakukan counter attack.

Gaya permainan kiper modern seperti ini bisa kita lihat dalam sosok Manuel Neuer, Claudio Bravo, dan yang terbaru rekrutan anyar Manchester City, Ederson. Mundur beberapa dekade silam kita juga bisa menemukan kiper tipe seperti ini. Sebut saja Lev Yashin, kiper berjuluk “Black Panther” yang mengantarkan Uni Soviet menjuarai Piala Eropa edisi pertama tahun 1960. Ia tak ragu-ragu lebih melibatkan dirinya dalam permainan. Lev Yashin memilih tidak pasif hanya menunggu serangan lawan melainkan ikut membantu serangan melalui umpan-umpan panjangnya yang jatuh ke pertahanan lawan.

Setelah Lev Yashin, sosok Rene Higuita juga tipikal kiper seperti ini. Kiper yang terkenal dengan tendangan kalajengkingnya ini bahkan beberapa kali melakukan percobaan menggiring bola melewati pemain lawan hingga tengah lapangan.

Di skuad Persebaya sendiri, ada satu kiper yang bisa disebut kiper modern jika dilihat dari gaya permainannya, yakni Miswar Saputra. Kiper bernomor punggung 33 tersebut bermain lugas dan cenderung terlibat aktif dalam permainan. Selain melakukan save, ia juga melakukan clearance yang bisa memutus serangan lawan. Miswar juga sering memulai serangan dari bawah ketika pemain lini tengah dan depan Persebaya dipressing ketat oleh lawan. Tak selalu sempurna, begitu juga dengan posisi sweeper-keeper. Miswar sempat melakukan blunder di penghujung laga yang mengakibatkan gol Engkus Kuswaha.

Posisi sweeper-keeper bisa memberikan alternatif lain ketika Alfredo Vera dihadapkan dengan gaya permainan lawan yang memperagakan permainan pressing ketat dan super defensif. (eka)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display