EJ – Capaian positif Persebaya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Kepala Staf Kepresidenan, Teten Masduki. Perubahan yang terjadi di kelompok Bonek juga mendapat acungan jempol dari Teten. Pernyataan itu disampaikan Teten saat menerima Presiden Persebaya, Azrul Ananda, di Bina Graha, Rabu (6/9).
“Apa yang kini dialami Persebaya dan Bonek merupakan revolusi mental dalam arti sebenarnya,” papar Azrul yang juga Direktur Utama Jawa Pos. Manajemen baru Persebaya berhasil mengubah karakter Bonek alias ‘Bondo Nekat’, suporter Persebaya yang selama ini menimbulkan stigma negatif bagi masyakarat.
Dalam era ‘reborn’ atau kebangkitan Persebaya ini, Bonek tak lagi rasis, melakukan kekerasan, dan memiliki kesadaran tinggi untuk membeli tiket setiap pertandingan. Persebaya yang kini berlaga di Liga 2 tercatat sebagai tim dengan rataan jumlah penonton tertinggi, bahkan melampaui tim-tim Liga 1. Kini istilah Bonek pun sudah berubah menjadi ‘Bondo Nekat dan Kreatif’.
Profesionalitas manajemen serta kultur Bonek yang lebih dewasa membuat image buruk Persebaya terkikis. “Kalau ada sekelompok suporter bernyanyi rasis atau merendahkan tim lawan, sontak ribuan Bonek lain akan mem-‘boo’ dan meminta mereka diam,” kisah Azrul.
Persebaya bahkan melakukan kampanye menggunakan produk 100 persen dalam negeri, terutama untuk jersey, baik untuk tim maupun fans. Secara pembinaan usia muda, Persebaya menjadi klub yang paling aktif memutar kompetisi internal secara berjenjang. Ada dua puluh klub melibatkan hingga 9 ribu pemain dari berbagai usia rutin berkompetisi dengan teratur. “Nama-nama seperti Andik Vermansyah, Evan Dimas dan Satria Tama merupakan produk kompetisi internal Persebaya,” jelas Azrul.
Kepala Staf Presiden berharap apa yang terjadi di Persebaya bisa menjadi inspirasi untuk klub-klub lain. “Kisah sukses seperti ini harus dibukukan, sehingga masyarakat tahu dan jadi lesson learn bagi persepakbolaan nasional kita. Semua ini bisa terwujud kalau visinya benar,” ungkap Teten. (iwe)
Sumber: ksp.go.id