Nama Muhammad Hidayat mungkin tidak menjadi headline seperti Misbakhus Solikin yang tampil gemilang dengan gelontoran golnya. Namanya juga tak banyak menyedot atensi seperti Irfan Jaya atau Oktafianus Fernando yang kini menjadi pujaan baru pendukung Persebaya berkat penampilan eksplosifnya. Ia pun juga memulai musim ini dengan catatan penampilan yang mengundang banyak kritikan. Namun meski begitu, peran seorang Muhammad Hidayat jelas tak bisa dikesampingkan dari keberhasilan Persebaya bertengger di puncak klasemen Grup 5.
Muhammad Hidayat mengawali musim perdananya bersama Persebaya dengan penampilan yang jauh dari kata memuaskan. Datang dengan status mantan pemain Borneo FC U21, ia sempat dicap sebagai pemain “bawaan” pelatih Persebaya di awal musim lalu, Iwan Setiawan. Cap tersebut seolah menjadi nyata ketika ia langsung dipercaya sebagai starter di laga pertama Persebaya, menghadapai Madiun Putra. Debut yang buruk bagi Hidayat karena Bajul Ijo gagal menang, dan penampilannya mendapat sorotan. Stamina yang buruk serta penampilan kurang menjanjikan di lini tengah membuat nama Hidayat mendapat kritikan pedas dari pendukung Persebaya.
Penampilan buruk Hidayat di pekan pertama Liga 2 kala Persebaya jumpa Madiun Putra membuat namanya semakin tenggelam. Pemain bernomor 96 itu pun tak lagi masuk ke starting XI Persebaya pada tiga laga berikutnya. Posisinya sebagai pendamping Misbakhus Solikin di lini tengah Green Force diisi oleh Sidik Saimima. Namun pergantian pelatih ke Angel Alfredo Vera serta cederanya Saimima usai laga away ke kandang PSIM justru membawa berkah tersendiri bagi Hidayat. Sosok pendiam itupun punya kesempatan kedua untuk membuktikan kapasitas dan kepantasannya mengenakan seragam hijau Persebaya.
Dimainkan sejak menit pertama kala Persebaya menghadapi Persik Kediri dalam Anniversary Game, Hidayat mampu mencuri perhatian Alfredo Vera. Meski Persebaya hanya bermain imbang, namun penampilan Hidayat terlihat solid dan mampu berbagi peran dengan Misbakhus Solikin. Alfredo Vera yang menitikberatkan kepada penguasaan tempo serta build-up serangan yang struktural membuat Hidayat cocok dengan game plan yang dikembangkan pelatih asal Argentina tersebut.
Tampil baik pada laga melawan Persik, Hidayat dipercaya untuk mengisi satu posisi di lini tengah kala Bajul Ijo menjamu Persatu, pertandingan yang juga menjadi debut bagi Alfredo Vera sebagai pelatih Persebaya. Memainkan skema 4-2-3-1, Alfredo mempercayakan satu tempat di sektor tengah kepada Hidayat. Ia dipercaya untuk menjadi dinamo Persebaya bersama Misbakhus Solikin. Kombinasi Hidayat dan Misba Solikin membuat Persebaya mampu mendominasi lini tengah. Green Force pun berhasil menundukkan Persatu dengan skor akhir 2-0. Hidayat sendiri tampil penuh selama 90 menit.
Keputusan Alfredo Vera yang mengubah formasi dasar dari 4-2-3-1 menjadi 4-3-3 juga membuat Muhammad Hidayat semakin nyaman bermain di posisinya. Dalam skema 4-3-3, Hidayat dimainkan bersama Misba dan Abu Rizal Maulana, yang oleh Alfredo dikembalikan ke posisi tengah setelah sebelumnya sempat dimainkan sebagai full-back kanan. Kembali dipercaya menjadi starter pada laga kontra PSBI di Stadion Sultan Agung, Hidayat terus menunjukkan performa terbaiknya. Pada pertandingan tersebut, Persebaya berhasil menang dengan skor tipis 2-1, dimana gol pembuka Green Force dicetak oleh Hidayat. Sejak saat itu, posisi Muhammad Hidayat di lini tengah Bajul Ijo seolah mulai tak tergantikan. Nama Hidayat pun senantiasa menghiasi starting XI Persebaya pada enam laga berikutnya. Ia baru absen pada laga away menghadapi Persatu akibat akumulasi kartu.
Kinerja menawan Muhammad Hidayat bersama Misbakhus Solikin dan Abu Rizal Maulana di lini tengah menjadi salah satu kunci dibalik rekor tak terkalahkan Persebaya dalam sembilan pertandingan terakhir. Memiliki karakter defensif paling tinggi dibanding dua partnernya di lini tengah, Hidayat diberi tugas sebagai gelandang yang menjaga kedalaman sekaligus sebagai penghubung lini belakang dengan lini tengah. Ia pun juga berfungsi sebagai perusak alur serangan lawan.
Determinasi tinggi serta kengototannya dalam mengejar bola menjadi ciri khas Muhammad Hidayat. Meski posturnya tidak terlalu ideal sebagai gelandang bertahan, namun Hidayat tak pernah kehilangan nyali sedikitpun ketika berduel dengan lawan. Selain itu, Hidayat juga cukup efektif dalam memberikan cover kepada lini belakang Persebaya. Torehan satu gol kala jumpa PSBI Blitar juga menjadi nilai plus bagi pemain asal Bontang tersebut. Etos kerja tinggi yang ditunjukkan Hidayat di setiap pertandingan membuat kerja Misbakhus Solikin dalam mengkreasi serangan menjadi lebih mudah.
Menanjaknya penampilan Muhammad Hidayat seperti menjadi bukti bahwa kritik yang sifatnya membangun bisa saja berpengaruh pada performa pemain yang bersangkutan. Sempat dikritik habis-habisan di awal musim, Hidayat terus bekerja keras dan membuktikan kapasitasnya hingga menjadi sosok sentral di lini tengah Persebaya. Muhammad Hidayat pun kini menjadi kepingan puzzle yang teramat penting bagi Alfredo Vera dalam misinya menerbangkan Persebaya kembali ke level tertinggi.