Persebaya, Solusi Pembangunan Berkelanjutan Surabaya

Iklan

Persebaya sudah memastikan langkahnya ke 16 besar dengan percaya diri. Namun di kota ini mereka justru baru bersiap memulai langkah besarnya. Tidak ada salahnya tulisan ini membantu mereka mempercepat lompatan kuantumnya.

Selamat untuk Persebaya. Mereka sudah berhasil memastikan langkahnya ke 16 besar dengan percaya diri. Meski dalam beberapa pertandingan tandang saat fase grup lalu masih sering terlihat bermuka dua. Tidak segarang seperti apa yang mereka tampilkan di kandang. Namun seiring berjalannya waktu, semua itu masih bisa dibenahi dalam setiap latihan guna meminimalisir kondisi-kondisi di luar dugaan yang kerap terjadi seperti kebijakan tanpa dukungan penonton, wasit yang berat sebelah, maupun kontur lapangan tim lawan yang tak pernah mendukung cara main mereka. Selain ketiga masalah besar tersebut, dilihat dari segi tim secara umum Persebaya sudah cukup kuat dan mampu berbicara banyak di Liga 2.

Cerita mengenai tim Persebaya yang berlaga di kompetisi dengan segudang taktik dan strateginya akan berhenti disana. Tulisan di bawah ini jauh dari cerita-cerita atau analisis mengenai hal itu. Lebih jauh, tulisan kali ini akan berbicara mengenai bagaimana Persebaya sebagai sebuah klub bisa mengaplikasikan visi “Persebaya Forever” yang terus dikenalkan oleh sang Presiden, Azrul Ananda di kota mereka, Surabaya.

Visi besar butuh dukungan

Iklan

Persebaya Forever berulang kali diucapkan oleh Azrul Ananda. Diulang-ulang supaya kita semua mengerti. Saya, kamu, calon investor, pihak sponsor, kalian yang bekerja di Persebaya, atau kalian para Bonek sejati Persebaya. Visi ini menurut penulis juga ditujukan untuk seluruh warga Surabaya.

Ini adalah visi besar yang perlu dimengerti untuk diaplikasikan. Tanpa visi ini, Persebaya bisa hilang dalam waktu kurang dari tiga tahun. Apalagi jika sang pengelola hanya bicara profit. Entah itu profit dalam hal menjual nama sang pemilik untuk kepentingan politik atau profit bisnis klub itu sendiri. Dimana lazimnya yang terjadi di Indonesia ketika dirasa sudah tidak menguntungkan, maka dengan mudahnya si pemodal akan lari keluar dari klub. Meninggalkan klub dengan cara seperti ini sama artinya dengan mendorong klub jatuh ke jurang bersama nama besar dan sejarahnya dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Pendekatan Persebaya sepertinya berbeda. Ini bukan berarti Azrul dan manajemen tidak mengincar profit, melainkan mereka menargetkan hal yang lain. Hal yang lebih besar dari sekedar hanya bicara profit bisnis semata. Mengapa? karena mengincar profit bisnis melalui nama besar klub secara langsung, menurut penulis sama saja bunuh diri. Apalagi untuk klub sekelas Persebaya.

Logikanya mudah. Jika dilakukan secara serampangan dengan orientasi penuh untuk kepentingan bisnis, dampaknya akan terasa dari sisi pendukung. Mereka akan lari. Kehilangan pendukung tentu akan menghilangkan satu sumber pemasukan yang setidaknya masih bisa diprediksi oleh manajemen hitung-hitungannya. Tapi bukan itu saja. Lebih jauh, kehilangan pendukung juga akan berdampak pada posisi klasemen.

Tanpa kehadiran suporter, mustahil rasanya suatu klub bisa bersanding di papan atas klasemen. Kalau tidak percaya, lihat saja kiprah Persija saat TSC lalu dan kiprah Persiba Balikpapan pada awal musim tahun ini di Liga 1. Padahal kita tahu bahwa posisi di klasemen akan menjadi salah satu penentu lirikan sponsor untuk menanamkan uangnya di klub. Jika tidak dilirik oleh sponsor, artinya pihak manajemen harus keluar kocek sendiri untuk membiayai klub. Jika ini yang terjadi, nanti dampaknya akan dirasakan langsung ke tim. Mulai dari komposisi tim kepelatihan, pemilihan pemain hingga perasaan tidak aman di pikiran pemain karena gaji yang sewaktu-waktu bisa saja tidak terbayarkan. Seperti itulah gambaran besar sebuah klub bekerja.

Lalu bagaimana menghilangkan kekhawatiran tersebut? Cara terbaik dengan memastikan masing-masing roda berjalan berkesinambungan. Contohnya seperti tim, yang diisi oleh sekumpulan pemain dan staf pelatih, mesin ini harus berjalan sempurna terlebih dulu di dalamnya. Dengan begitu, suporter akan berminat untuk mengetahui lebih jauh perjalanan tim. Masing-masing suporter (baik yang lama dan fanatik maupun suporter baru) sendiri juga memiliki alasan masing-masing mengapa mereka berminat mengikuti tim tersebut. Mungkin ada yang ingin merasakan kegembiraan menonton di stadion, ada juga yang ingin mengekspresikan diri dengan kreatifitasnya mendukung pemain, maupun yang sudah dalam tingkatan paling master dalam mendukung. Dimanapun, kapanpun tim itu bermain, ia akan selalu hadir. Menang atau kalah.

BACA:  Awal Baru, Kita Persebaya!

Masing-masing roda harus berjalan berkesinambungan. Untuk itu, perlu nakhoda yang tepat untuk menjalankannya dalam lingkup manajemen. Menurut penulis, Persebaya kini secara perlahan sudah berhasil berjalan berkesinambungan dari beberapa aspek sisi internal seperti yang telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya. Namun itu semua belum cukup.

Surabaya dan pembangunan berkelanjutan

Tantangan terbesar Persebaya adalah memastikan klub ini terus ada dan berkelanjutan. Jadi tidak hanya berkesinambungan, melainkan juga berkelanjutan. Ini sama halnya dengan tantangan basis-basis kelompok fans mereka, untuk tetap ada dan berkelanjutan. Siapapun pengurusnya dan juga anggotanya. Mengapa? Karena Persebaya adalah representasi kota Surabaya. Klub ini adalah wajah sebenarnya masyarakat kota Surabaya.

Sama hal nya dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia, beragam hal mengenai karakter kehidupan perkotaan dan masyarakatnya baik plus maupun minus juga ada di Surabaya. Banyak nilai plus dari perpaduan kehidupan kota kecil yang besar seperti Surabaya, juga karakter kebanyakan masyarakatnya yang masih guyub. Meski begitu, masih banyak hal juga yang perlu dibenahi di sana-sini untuk kemajuan kota dan masyarakatnya. Khusus hal ini, Persebaya bisa mengambil peranan besar bagi Kota Surabaya.

Seperti lazimnya pembangunan, di Indonesia sekalipun sampai saat ini tidak bisa seluruhnya dipenuhi oleh pemerintah. Begitu pula dalam lingkup pembangunan perkotaan seperti Surabaya. Tidak bisa seluruhnya dipenuhi oleh Pemerintah Kota Surabaya. Perlu ada bantuan-bantuan positif dari pihak swasta untuk mencapai kemajuan pembangunan yang diidamkan oleh Kota Surabaya. Sekali lagi, Persebaya bisa mengambil peranan besar di sektor ini bagi Kota Surabaya.

Bicara mengenai Kota Surabaya, maka terlebih dulu kita perlu tahu apa visi misi kota ini. Mungkin tidak banyak dari kalian yang ngeh dan tahu bahwa visi Kota Surabaya sampai tahun 2021 adalah “Surabaya Kota Sentosa yang Berkarakter dan Berdaya Saing Global berbasis Ekologi”. Sentosa artinya Surabaya adalah kota yang mampu menjamin warganya dalam kondisi makmur, sehat, aman, selamat, damai untuk berkarya dan beraktualisasi diri. Karakter terkait pada kepribadian warganya untuk mempertahankan budaya lokal melalui cerminan perilaku warga kota. Sedangkan berdaya saing global ingin memperlihatkan bahwa Surabaya mampu menjadi pusat penghubung perdagangan dan jasa antar pulau dan internasional melalui dukungan pemerataan akses ke sumberdaya produktif, good governance, infrastruktur dan utilitas kota yang terpadu dan efisien serta mampu memantapkan usaha-usaha ekonomi lokal, inovasi produk dan jasa serta pengembangan industri kreatif berdaya saing global.

Dari penjelasan visi tersebut, maka akan ada 10 misi yang diterjemahkan oleh Pemerintah Kota Surabaya yang menurut penulis intinya adalah pembangunan manusia, pemberdayaan masyarakat, penguatan budaya lokal, dan daya saing ekonomi lokal melalui inovasi dan pengembangan industri kreatif. Inilah sektor-sektor dimana Persebaya perlu mengambil peranan besar untuk Kota Surabaya.

Antara Persebaya dan Surabaya

Kota tidak bisa terlepas dari warga masyarakatnya. Begitu pula Persebaya, tidak bisa lepas dari dukungan Bonek juga masyarakat Surabaya. Dukungan berlimpah suporter sampai pertandingan melawan Persigo Semeru FC lalu terus menunjukkan pertumbuhan. Secara hitungan CAGR, angka pertumbuhan penonton Persebaya mencapai 11 persen dengan rerata jumlah penonton sebanyak 29.335 setiap laganya (sampai laga kandang ke 9). Yang menarik, ketika pertandingan dihelat pada akhir pekan jumlahnya melonjak mencapai 46.359 penonton atau setara dengan 92,7 persen dari total kursi penonton di Gelora Bung Tomo, terisi. Sebuah pencapaian yang luar biasa untuk klub Indonesia. Catat, I-N-D-O-N-E-S-I-A.

BACA:  Membangun Loyalitas Bonek di Tengah Ketidakpastian

Lalu apa hubungannya antara pertumbuhan jumlah penonton, Persebaya itu sendiri dan Kota Surabaya? Jawabannya sederhana, masyarakatnya. Artinya Persebaya sudah bisa menjadi alat bagi perbaikan positif untuk masyarakatnya. Dimulai dari lingkup terkecil, yaitu Bonek.

Bonek menurut penulis adalah representasi apa yang disebut oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam salah satu misinya, yaitu pembangunan manusia. Membangun manusia butuh wadah, butuh pendampingan dan butuh waktu yang tidak sedikit. Persebaya bisa menjadi solusi bagi pembangunan berkelanjutan ini di Surabaya. Bagaimana caranya?

Persebaya bisa berdampingan membuat suatu program positif untuk masyarakat Surabaya (dalam hal ini Bonek) dengan pihak sponsor. Salah satu contohnya seperti pelatihan safety riding dan mechanical skill yang dilakukan oleh salah satu sponsor mereka. Contoh-contoh seperti ini sangat baik untuk mewujudkan misi Pemerintah Kota Surabaya dan memperlihatkan wujud positif keberadaan Persebaya bagi Kota Surabaya selain memberikan tambahan pendapatan bagi daerah. Artinya, keberadaan Persebaya, sponsor dan Bonek dapat berdampak positif bagi kemajuan masyarakatnya. Apalah arti penerimaan daerah tinggi kalau masyarakatnya tidak maju dan berdaya saing? Model sponsor seperti ini sangat baik bagi “jualan” Persebaya kepada pihak-pihak sponsor lain yang akan mendukung mereka musim depan juga bagi masyarakat Surabaya dan Bonek khususnya.

Bicara mengenai sponsor, belajar dari musim ini di musim depan Persebaya juga dapat memaksimalkan sponsor lokal untuk mendukung kegiatan di luar sepakbola dan berbasis komunitas yang bisa menjadi rujukan mereka. Sponsor lokal tentunya akan jauh lebih senang untuk mensponsori Persebaya karena mereka sekaligus dapat memberi dampak positif kepada masyarakat juga dapat secara langsung berkomunikasi dua arah dengan calon customer potensial produk mereka. Bagi sponsor atau perusahaan pun lebih bermanfaat. Hitung-hitung dana CSR (corporate social responsibility) atau marketing yang digelontorkan oleh perusahaan akan jauh lebih tepat sasaran jika bekerjasama dengan Persebaya. Di dalam bayangan saya, seperti beberapa klub sepakbola di Inggris, keberadaan Persebaya bisa menjadi wadah positif bagi masyarakat lokal. Mulai dari edukasi, sekolah vokasi, bursa pekerjaan, hingga pelatihan dan akademi sepakbola bagi masyarakat Surabaya.

Lompatan kuantum ala Persebaya

Lima tahun terakhir, Persib hampir selalu disebut sebagai role model klub dengan manajemen profesional terbaik di Indonesia. Nyatanya kini label itu telah bergeser dan diganti ke saudara muda mereka, Bali United. Dalam kurun waktu tiga tahun mereka bahkan mampu menjelma menjadi klub Indonesia dengan visi terbaik, manajemen profesional dan menjalankan roda bisnis yang berjalan sebagaimana mestinya industri sepakbola itu berputar. Mereka berhasil mendobrak pengelolaan uzur ala klub-klub perserikatan meski harus merasakan label klub siluman yang sampai saat ini masih menempel dari sebagian suporter sepakbola Indonesia.

Persebaya berbeda. Berangkat dari Liga 2, klub ini justru percaya diri dengan konsep pengelolaan klub ala mereka. Tanpa banyak bicara, konsep mengawinkan sepakbola dan entertainment ala klub-klub MLS (Liga Amerika Serikat) dijalankan dengan baik di Liga 2. Ya, Liga 2. Meski Liga 2, jumlah penonton mereka bahkan melebihi jumlah penonton tertinggi di kasta tertinggi Indonesia, Liga 1. Ke depan Persebaya berpeluang besar menorehkan banyak sejarah positif di kancah industri persepakbolaan di Tanah Air maupun bagi kota Surabaya. Apalagi jika berhasil promosi ke Liga 1 musim ini. Menonton laga kandang Persebaya akan menjadi pengalaman yang ditunggu-tunggu oleh banyak suporter klub-klub Liga 1. Wani!

*) Adipurno Widi Putranto, tinggal di Surabaya 7 hari setiap bulannya. Bisa ditemui di akun @analisiscetek atau [email protected].

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display