Persebaya Surabaya merupakan salah satu tim besar nan bersejarah bagi sepak bola Indonesia. Tidak ada yang memungkiri itu. Nama besar Persebaya juga tidak bisa dipisahkan dengan para pendukung fanatiknya yaitu Bonek. Dari era Perserikatan sampai Liga Indonesia, Persebaya tim yang cukup disegani oleh lawan-lawannya karena bermain dengan semangat tinggi khas arek-arek Suroboyo yang pantang menyerah.
Semangat ini membawa Persebaya sempat menjadi juara Liga Indonesia dua kali pada 1996 dan 2004. Dengan materi pemain yang bagus plus dukungan Bonek yang sangat luar biasa, sejarah itu dapat tercipta. Saat Persebaya tidak berkompetisi pun para Bonek masih tetap setia mendukung untuk mengembalikan hak Persebaya yang dirampas oleh kepentingan-kepentingan yang ada. Pada tahun ini Persebaya dapat kembali bermain walau harus merangkak terlebih dahulu dari Divisi Utama atau sekarang Liga 2.
Setelah vakum beberapa tahun Persebaya langsung tancap gas. Dengan manajemen baru Persebaya dapat mengakhiri fase grup dengan mulus dan menjadi juara grup. Namun, semangat pantang menyerah khas arek-arek Suroboyo seakan luntur pada babak 16 besar. Tergabung dengan PSBS Biak, Semeru FC, dan Kalteng Putra, Persebaya susah payah untuk sekedar lolos yang hanya memenangkan dua pertandingan saja yaitu saat menjamu PSBS dan Semeru FC. Sisanya imbang tiga kali bahkan kalah dikandang saat pertandingan terakhir melawan Kalteng Putra.
Pada babak 16 besar ini tidak nampak keinginan untuk selalu menang. Para pemain sudah merasa aman hanya dengan dua kemenangan saja. Belum lagi banyak pemain yang masih egois dipertahanan lawan. Meskipun lolos babak 8 besar hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena bila terus seperti promosi ke Liga 1 hanyalah mimpi. Persebaya pun kurang memanfaatkan tenaga tambahan dalam diri Rangga Muslim dan Said Mardjan yang ditransfer dari PSIM Yogyakarta. Tim Pelatih nampaknya masih belum percaya terhadap dua pemain ini padahal, bila dimainkan sejak menit awal mungkin hasil yang didapat Persebaya jauh lebih memuaskan karena dua pemain ini memiliki kualitas yang baik.
Di saat para pemain Persebaya bermain loyo seperti ini, teringat 7 tahun lalu saat pertandingan derby jatim Persebaya menjamu Arema Indonesia dalam Indonesia Super League 2009/2010. Saat itu Persebaya menang dengan skor 2-0. Pertandingan yang menurut saya sangat sangat seru dan penuh perjuangan. Persebaya bermain trengginas selalu menyerang tanpa lelah. Dan ini yang paling penting, bermain di Stadion 10 November atau Tambaksari. Atmosfer Tambaksari yang sangat menakutkan dan menjatuhkan mental Arema bahkan sebelum pertandingan dimulai saat itu karena penuh dengan Bonek.
Meskipun Bonek sekarang lebih tertib, modern dan kece, namun, saya rindu Bonek seperti dulu yang dapat menteror lawan-lawannya bahkan sebelum pertandingan. Menurut saya, pada musim ini Bonek dapat menakutkan dan menjatuhkan mental musuh saat pertandingan Persebaya melawan Martapura FC. Meskipun kemungkinannya kecil atau bahkan tidak mungkin lagi bertanding di Tambaksari, saya selalu berharap suatu saat Persebaya akan kembali ke stadion yang tidak terlalu besar tapi memiliki magis yang kuat tersebut.
Semoga Persebaya dapat terus melaju hinggal Liga 1. Jangan terlena dengan kelolosan delapan besar karena ini tidak akan berarti apa-apa bila belum menggenggam Piala Liga 2. Untuk Bonek tetap semangat mendukung Persebaya ojo kendo jangan biarkan Persebaya berjuang sendirian. Salam Satu Nyali, Wani!