Pemain, Manajemen, Semua Pihak Terkait Persebaya Adalah Bonek

Iklan

Sepak bola tidak akan bisa lepas dengan pendukungnya, seperti halnya Persebaya dan Bonek sudah menjadi hal yang tak terpisahkan. Suporter datang ke stadion tidak hanya mendukung tapi juga mengalami “event” di dalam stadion yakni kreativitas, semangat, dan eksistensi masing-masing individu atau subyektivitas pendukung berkohesi dalam satu emosi, mendukung Persebaya. Namun jika kecintaan supporter dengan klub kebanggaanya itu suatu kelumrahan karena itu sudah pasti.

Liga 1 sudah dicapai, harapan bagi semua pecinta klub sepak bola memiliki klub dengan eksistensi yang tinggi. Liga 1 yang notabene merupakan kasta tertinggi liga Indonesia menjadi standar tinggi pecinta sepak bola di Indonesia.

Persebaya memiliki basis supporter yang sangat luar biasa. Ketika saya menyaksikan pertandingan final Liga 2 musim 2017 kemarin saja, sangat terkagum-kagum bagaimana awaydays bisa dihadiri sekitar kurang- lebih 20 ribu Bonek yang datang ke Bandung.

“Bermain di mana saja kami siap datang mas, bahkan bermain di neraka sekali pun,” ungkap salah satu Bonek Kenjeran yang aku lupa namanya saat menunggu gate pintu GBLA dibuka. Dari fakta tersebut sudah menjadi keunggulan bagi Persebaya memiliki basis suporter yang fantastis.

Iklan

Bagi sepak bola modern, klub sepak bola memiliki basis supporter yang besar sama dengan sudah memiliki modal secara finansial, di mana hal itu dicapai dengan penjualan tiket dan penjualan marchandise yang sudah memiliki pasar, setidaknya itu hal yang pasti. Tapi Bonek melakukan lebih dari membantu finansial bisa dikatakan nyawa sekalipun mereka taruhkan hanya untuk mendukung tim kebanggaannya.

Ada elemen lain yang mendukung Persebaya selain suporter yaitu pengelolanya atau manajemen. Hal yang masih buat penasaran saya saat ini adalah kira-kira seberapa cinta manajemen dengan Persebaya?

Cintane opo sik iki? Cinta monyet apa cinta sejati, hehe.

Maka saya membandingkan apakah cinta Bonek ke Persebaya sama halnya cinta manajemen ke Persebaya? Karena “cinta” manajemen sangat berarti dengan mau dibawa ke mana klub Persebaya nantinya? Kalau Bonek sudah pasti sesuai job desc-nya, nah kalau manajemen? Harapannya, Persebaya menjadi klub profesional setidaknya seprofesional-seprofesionalnya di Indonesia, Amin. Memang manajemen Persebaya ke-Bonek-annya harus pada level tingkat dewa.

Saat ini, Liga 1 sudah dicapai. Tentu saja harapan dan mimpi itu sudah ada, tinggal prakteknya untuk menjalani. Kukira apa yang dilakukan manajemen dalam mengarungi Liga 2 sudah sangat keren. Tidak mungkin juara kalau gak keren juga.

Tapi kisah klasik sepak bola Indonesia kadang bikin meradang. Banyak klub sepak bola “sakit” diakibatkan ulah pengelolanya. Manajemen yang sudah di atas angin berbuat semena-mena pada klub sepak bola yang dikelolanya, bersikap politis hingga merusak eksistensi klub. Ibarat memanfaatkan kondisi dengan “bermain-main” yang malas untuk dibahas. Dua tahun lalu Bonek ke sana kemari mendukung dan berjuang agar Persebaya kembali ke jalur yang baik dan bisa mengikuti Liga Indonesia.

Ketika manajemen memberi atensi ke Bonek itu sungguh hal yang harus dan wajib dilakukan. 2017 menjadi tahunnya Bonek dalam berjuang mengembalikan nama besar yang sudah diwujudkan.

Yang diharapkan dari manajemen adalah bagaimana pengelolaan nantinya bersinergi bersama Bonek dalam membangun Persebaya untuk menjadi klub yang berkualitas dengan meliputi pembangunan fasilitas dan sistem yang baik. Pembibitan tim muda yang berkualitas yang penting bagi Persebaya untuk masa depan. Apalagi saat ini sepak bola modern membawa nuansa yang berbeda di mana sepak bola memiliki nuansa modernitas dengan mengunggulkan kemajuan.

Sudah banyak contoh klub di Asia Tenggara seperti klub Thailand Buriram United yang konon memiliki fasilitas modern dan sistem yang baik dalam pengelolaan klubnya. Di Malaysia, ada Johor Darul Ta’zim yang katanya juga menjadi klub termaju. Tapi dua klub mentereng tersebut tidak punya suporter seperti Bonek. Simpulnya jika klub dikelola dengan baik akan berbanding lurus dengan prestasi.

Maka kata Bonek tidak pada suporter saja, manajemen juga Bonek, pemain, semua yang berkaitan dengan Persebaya adalah Bonek. Karena mereka semua bernyali untuk Persebaya.

“Memang sulit menjadi Bonek, tidak semua orang bisa menjadi bonek,” kataku.

*) Anfa Safitri, penulis adalah Bonek yang berdomisili di Bandung.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display