Saya masih belum bisa move on usai mengalami kejadian tadi malam (9/12). Puluhan ribu orang yang sudah bertiket tidak bisa masuk Gelora Bung Tomo (GBT) untuk menyaksikan pertandingan Celebration antara Persebaya melawan PSS Sleman. Masalahnya adalah jalur akses masuk GBT hanya satu jalan. Kondisi ini tidak akan pernah berubah jika 55.000 (kapasitas stadion) orang tumplek blek menghadiri even yang sama, di tempat yang sama, dan dalam waktu yang sama. Dan itu akan terus berulang jika tidak ada solusi nyata
Solusi wajib untuk masalah ini adalah penambahan jalur masuk dan keluar GBT menjadi tiga jalur. Iya… idealnya tiga jalur, yaitu jalur In, Out, dan Jalur khusus Pejalan kaki untuk akses masuk GBT. Sebenarnya ini sangat bisa diupayakan karena lahan di Sekitar GBT masih lapang, lahan tambak bisa dibebaskan untuk jalur masuk ini. Dan itu WAJIB!
Manajemen/penyelenggara harus bertanggung jawab dan segera bertindak mencari solusi untuk pengadaan jalur akses masuk ini. Memang GBT milik Pemkot, tapi ini tetap hajatan tanggung jawab penyelenggara dalam artian manajemen Persebaya, bukan diselenggarakan Pemkot.
Berapa banyak kerugian yang harus diderita? Tiket yang dibeli dengan cara yang susah sebelum petandingan, hangus percuma. Belum lagi kerugian akibat keadaan yang menyiksa dan banyak mobil yang rusak akibat gesekan massa yang spontan mencari jalan lewat, termasuk mobil saya.
Kemarin saya sampai GBT sekitar jam 15.00 sore, (kick off jam 19.00) terjebak stuck tidak bisa masuk stadion, 9 jam menunggu dengan harapan yang sangat tipis untuk masuk stadion. Kondisi yang sangat tidak mengenakan, hujan-basah-berdesakan, kehausan dan kelaparan.
Saya sangat bersyukur, kemarin tidak jadi membawa Alya (putri saya, 4 tahun) ke stadion, Karena mendadak ada kontak dari teman Bonek Gresik, kalau rekan-rekan BCS (Sleman Fans) yang sebelumnya menginap di salah satu rumah teman Bonek Gresik, sedang kesulitan angkutan. Akhirnya saya barengi via mobil. Karena situasi crowded, teman-teman turun jalan kaki dan saya tetap stay di mobil. Bahkan para pemain dan official kedua tim juga harus turun dan berjalan menuju venue.
Bisa saya rasakan penderitaan dan perjuangan teman-teman agar bisa masuk ke stadion. Apalagi kondisi anak-anak kecil yang tertahan di depan stadion berjam-jam dengan kondisi hujan, berdesakan apa adanya, tanpa siap akan hal ini. Sangat-sangat memprihatinkan!
Hanya rasa sabar yang terus coba saya sugestikan. Beruntung di jalan sebelum sampai GBT, saya sempat membeli air mineral dan sedikit jajan untuk pengganjal rasa lapar. 9 jam berlalu, waktu yang sangat lama untuk menunggu dan gagal masuk stadion.
Waktu berjalan, terlihat wajah-wajah kuyu dan capek di dekat saya. Dan akhirnya kita baru bisa bergerak jam 11 malam, nggremet total menuju Romo Kalisari hingga jam 1 malam baru sampai rumah Gresik.
Dengan adanya kondisi seperti ini, saya pribadi memutuskan akan jadi BLC (Bonek Layar Kaca) saja. Mohon maaf , saya tidak akan mengulang kembali kejadian ini. Ini juga bentuk perlawanan saya pada manajemen agar bisa berubah. Agar ada solusi nyata dan kejadian ini tidak terjadi lagi.