Pada dasarnya, sebuah klub melakukan transfer pemain atau pembenahan tim dalam menyongsong musim baru itu sudah menjadi hal yang sangat wajar. Apalagi untuk memenuhi target manajemen atau untuk meningkatkan nilai kualitas tim tersebut. Dengan membeli pemain berlabel bintang atau pun justru menambah amunisi dari klub akademinya, semua hal inilah yang selalu dinanti oleh pecinta klub tersebut bahkan semua media.
Karena hal ini selalu dikaitkan dengan sisi teknik dan bisnis, khususnya di sepak bola Indonesia yang dalam periode terakhir ini mulai mengontrak pemain dalam jangka waktu yang lama. Jika kita amati klub Persebaya adalah termasuk klub yang adem ayem dalam pergerakan transfer jika dibanding dengan Sriwijaya FC yang secara besar-besaran mendatangkan pemain.
Jika kita amati, transfer Persebaya amatlah anti-klimaks. Karena ekspektasi suporter sangat tinggi dengan transfer tim Bajol Ijo dengan lolosnya Persebaya di kancah tertinggi persepakbolaan Indonesia. Dengan mempertahankan skuad yang ada ini sangatlah bagus karena kesolidan tim sudah terbentuk musim lalu. Atau dengan melakukan beberapa penambalan pada beberapa sisi untuk memperkuat tim.
Ketika gerbong Papua didatangkan hal ini merupakan salah satu untuk memperbaiki masalah teknis karena kita sudah tahu kualitas dan mental mereka dengan merengkuh ISC A 2016 bersama Coach Alfredo Vera. Akan tetapi dengan didatangkannya Otavio Dutra dan kali ini Arthur Irawan, kita semua nampak kecewa. Karena jika kita lihat Dutra ada masalah dengan loyalitasnya dan kita tahu Arthur lahir ke dunia sepak bola karena blow up media. Kita semua tahu jika sepak bola tidak hanya masalah teknis tetapi bisnis, tetapi apakah bisa hanya mendatangkan pemain untuk segi bisnis tanpa teknis.
Persebaya harus mencontoh semisal Manchester United, dengan mendatangkan Zlatan Ibrahimovic. Dari segi teknis kita sudah tidak meragukan lagi akan kehebatannya dan juga dari bisnis, penjualan jersey Ibra dapat membantu United untuk membeli Pogba. Ini yang diharapkan oleh suporter di sisi bisnis dan teknis harus berjalan sepenuhnya. Dengan itu semua elemen pecinta sepak bola akan puas karena suporter adalah nafas dari tim disamping sponsor. (*)