Entah berapa kalinya jatuh korban dari Bonek saat laga away Persebaya. Lupa karena terlalu banyak, data korban hari demi hari bertambah. Data itu kemudian hanya menjadi penghias dan lampiran saat kita melakukan penggalangan dana.
Sebelum membaca tulisan ini, yang baperan, yang masih berpegang teguh tradisi estafet maka kuatkan hatimu dan berbesar hatilah karena mendukung dengan cara apapun, nyawa di atas segala-galanya.
Esfafet, apakah tradisi Bonek?
Estafet sebetulnya adalah istilah baru yang populer di Bonek, yang menunjukkan betapa luar biasanya Bonek mendukung Persebaya di mana pun berlaga dengan menumpang truk, mobil bak terbuka, kereta api, dll. Di mana silih berganti naik turun truk hingga sampai ke tempat tujuan. Sebuah semangat yang luar biasa bukan? Perjuangan yang luar biasa?
Tidak Sama Sekali! Tidak perlu GR, tidak perlu sombong, naik turun truk (nggandol) adalah hal biasa bagi kami yang lahir 80-an khususnya daerah perkampungan. Nggandol merupakan kebiasaan kami nonton konser rock bahkan di luar kota sekalipun.
Kebiasaan itu berlanjut ketika Persebaya menemukan kejayaannya menjelang gelar juara tahun 1988. Baik itu truk hingga nggandol via kereta api. Korban berjatuhan, maling berkeliaran hingga muncul sebutan Bondo Nekat (Bonek) yang kemudian dengan tegas dibedakan dengan istilah Bondo Maling (Boling). Dahlan kemudian bereaksi dengan mengkoordinir Bonek dengan bus, kereta api bahkan pesawat. Puncaknya adalah tret tet tet. Sebuah solusi dari Dahlan mencegah dan mengurangi jatuhnya korban. Sepanjang tahun 90-an hingga akhirnya puncaknya kembali Persebaya juara tahun 1997, kebiasaan nggandol terus meningkat karena berbarengan dengan kejayaan music rock digelar diberbagai kota.
Jadi awal mula estafet/nggandol, sama sekali bukan tradisi Bonek, itu adalah kebiasaan arek-arek yang menonton konser rock. Menyebutkan nggandol (estafet) merupakan tradisi Bonek adalah hal yang keliru. Karena sejarah membuktikan bahwa nggandol ala 80-an dan 90-an adalah kebiasaan arek-arek yang nonton konser yang kebetulan saja banyak dari mereka merupakan pendukung Persebaya, tapi banyak juga yang tidak. Tradisi Bonek itu mendampingi di mana pun Persebaya berlaga. Bonek itu pelopor tradisi awaydays, dengan moda transportasi kereta api, bus, pesawat, kapal laut, dan kendaraan pribadi. Bukan tradisi nggandol! Hanya kebetulan saja arek-arek yang biasa menonton konser juga pendukung Persebaya. Maka dianggaplah itu tradisi Bonek, padahal sama sekali bukan.
Sikap Permisif Kita Terhadap Pejuang Estafet
Ada kalanya kita memuji semangat dan berbangga tiap kali awaydays melihat ribuan Bonek estafet dari satu ke kota yang lainnya. Coba Tanya pada hatimu yang paling dalam, tidakkah rasa miris melihat mereka di jalanan dengan pakaian dan uang saku seadanya? Kadang bersikap arogan di jalanan, petentang petenteng, seperti halnya zombie, yang hidup segan mati juga tidak apa. Sudah cukup, mari sayangi nyawa mereka dengan cara tegas melarang berangkat dengan cara seperti ini.
Mari duduk tenang, rendah diri, dan memahami bahwa kebiasaan nggandol lebih banyak buruknya daripada manfaatnya. Mari kita jujur pada diri kita masing-masing bahwa nggandol adalah cara berbahaya untuk mendukung Persebaya. Penulis juga yakin, Persebaya tidak butuh didukung dengan cara mengorbankan nyawa.
Tolong untuk semua Bonek bisa legowo, berbesar hati dan mengaku salah bahwa banyak dari Bonek yang masih mbobol jika bermain di luar kandang. Pertanyaan kenapa selalu banyak Bonek estafet yang hadir di luar kota dibanding laga home. Jawabannya, stadion lain mudah dibobol ketimbang ketika bermain di kandang. Kalau kita cermati, semenjak GBT berbenah masalah pintu masuk, Bonek estafet mulai berkurang di jalanan. Bandingkan saat bermain di Tambaksari, saat Persebaya berlaga, jalanan kota dipenuhi Bonek-Bonek yang nggandol.
Solusi Konkret
Satu-satunya cara menyudahi jatuhnya korban saat awaydays adalah HENTIKAN ESTAFET! Solusi ini mungkin bakal ditentang hebat bahkan dari internal Bonek sendiri. Tapi inilah satu-satunya jalan agar kita bersama-sama mendukung Persebaya dengan cara yang baik dan elegan. Dunia sudah jauh berubah, Persebaya sendiri semakin modern. Maka cara mendukung pun harus berubah. Cukup berapa kali kampanye safety awaydays tetap tidak ada hasilnya. Inilah cara konkret untuk berubah, HENTIKAN ESTAFET!
Bisakah kebiasaan estafet dihentikan? Jawabannya BISA. Kita pernah mengalami tragedi masa silam nggandol kereta api. Korban berjatuhan, dari terpeleset, kecantol kabel, hingga bentrok dengan warga sepanjang rel. Semenjak KAI dengan tegas melarang penumpang tanpa tiket berkeliaran di stasiun, tidak ada lagi Bonek nggandol gratis dengan kereta api.
Dedengkot Bonek yang masih ngeyel mempertahankan estafet, segera sadarlah, kalian mungkin bisa selamat, tapi tidak dengan adik-adik kita yang meniru kebiasaan Bonek lawas. Sudah cukup tidak perlu menyemangati mereka di jalanan, karena mereka butuh hidup mendukung Persebaya di dunia nyata, bukan di alam baka.
Akhir kata sebelum menutup tulisan ini, penulis ingin memberikan saran kongkret bagi mereka-mereka yang saat ini merasa mencintai Persebaya. Saran ini untuk:
1. Jajaran PT Persebaya Indonesia/Manajemen.
Harus ada solusi alternatif jika estafet dihentikan, yakni: mengadakan TOUR saat Persebaya bermain di luar kandang, tentu dengan harga terjangkau, jangan dibisniskan lagi. Buatlah tour seperti yang pernah Abah Dahlan buat di masa silam, yang tidak tinggal diam melihat dukungan Bonek. Tour ini juga bentuk screening terhadap Bonek yang tidak cukup uang sakunya untuk mendukung. Sehingga secara otomatis, Bonek tanpa uang saku akan lebih memilih nonton TV daripada mendukung langsung di stadion. Manajemen juga harus pro-aktif mendiskusikan persoalan estafet ini dengan Kepolisian, selaku pemangku kebijakan keamanan dan ketertiban. Jika manajemen berani mengambil kebijakan tidak popular seperti menaikkan harga tiket, membeli pemain seadanya, maka untuk urusan nyawa, manajemen harus ikut berani menyuarakan HENTIKAN ESTAFET, meski nanti ditentang Bonek sendiri. STOP jangan jadikan bonek itu customer, Bonek itu bagian dari Persebaya yang harus diberikan perhatian juga.
2. Jajaran Kepolisian/Polda Jatim
Jika kita selalu dianaktirikan, mohon untuk kali ini saja mau “membantu” Bonek dengan cara: cegat dan pulangkan Bonek estafet di perbatasan Jatim. Saya yakin kepolisian tidak lupa dengan tugasnya yakni, menjaga keamanan dan ketertiban. Jika Bonek estafet berdalih punya uang, silahkan alihkan ke moda transportasi lainnya, yakni bus. Tolong bekerjalah sepenuh hati, kami percaya bapak-bapak polisi punya nurani dengan nyawa bonek. Maka sayangilah dengan cara PULANGKAN mereka! Jika dulu dengan gagah berani backup KAI dengan mencegah Bonek tanpa tiket masuk stasiun, saya yakin kali ini kalian juga bisa menurunkan Bonek estafet dari atas truk. Jangan dengan kekerasan, sekali lagi jangan memakai kekerasan karena semakin dikerasi mereka semakin melawan. Cukup dengan senyum dan canda, saya yakin mereka adalah adik-adik yang penurut.
3. Para Dedengkot Bonek Estafet
Sudah cukup dulur, coba rasakan jika nyawa yang meregang adalah adik kandungmu. Saya akui kalian pemberani, militan dan tangguh. Tapi tolong tidak semua Bonek seperti dirimu. Tidak semua adik-adik kecil kita lihai di jalanan. Banyak dari mereka yang masih sekolah, yang masih ditunggu kepulangannya oleh ibu dan bapaknya. Sudah cukup dulur, sampean mungkin pasti selamat tapi belum tentu rombongan belakangmu baik-baik saja. Mungkin rombongan kalian adalah Bonek baik-baik, tapi tolong lihat banyak yang memanfaatkan kebiasaan estafet ini, ada maling, tukang sartok, dan tukang rusuh. Pahami semboyan nila setitik rusak susu sebelanga. Tolong hargai Bonek-Bonek daerah yang bersusah payah menyuarakan perdamaian.
4. Semua Komunitas Bonek
Untuk semua komunitas, baik yang tergabung dalam tribun utara, timur, selatan bahkan tanpa komunitas. Segera rapatkan barisan, duduk bersama tanpa ego. Sudahi segera masalah konflik internal kalian kalau kalian masih menyayangi adik-adik kita. Solusi konkret: buat tour sendiri atau bisa bersama-sama saat Persebaya berlaga di luar kandang. Serukan untuk HENTIKAN ESTAFET untuk semua anggota di komunitas kalian. Tolong dengan besar hati inilah maksud slogan “Dukung Persebaya Semampunya” dari manajemen. Kritik seperlunya, maki sepuasnya, tapi jangan menyepelekan tujuan mulia slogan itu. Sudah jangan mendukung Persebaya dengan nyawamu, dukung Persebaya hanya dengan kreatifitasmu. Slogan ‘No Ticket No Game’ solusi kongkretnya adalah dengan ‘merumahkan’ Bonek yang tidak cukup uang sakunya.
***
Berapa lama kebiasaan ini akan hilang? Penulis yakin bisa lama bisa cepat. Jika seluruh komponen diatas ambil bagian dalam tugasnya masing-masing maka kebiasaan estafet akan segera berakhir. Segala hal memang butuh proses, tapi jika kita tidak memulainya hari ini, maka sampai kapanpun masalah ini akan terus berulang.
Penulis sadar, tulisan ini akan menuai pro-kontra bahkan caci maki. Tidak apa-apa, menyayangi dan mencintai bisa dengan banyak cara. Inilah caraku menyayangi kalian semua. Sudah cukup, HENTIKAN ESTAFET! Aku sayang koen-koen kabeh!
Salam Satu Nyali, WANI!
*) Peyek, Lahir di Kalidami Surabaya, sekarang tinggal bahagia bersama keluarga kecil di Sidoarjo. Mantan tukang nggandol. Sudah ada di stadion sejak usia 7 tahun. Mengalami masa-masa kejayaan Persebaya 1988, 1997, dan 2004.