Di awal kembalinya Persebaya di kancah persepakbolaan Indonesia, slogan “No Ticket No Game” adalah sebuah kalimat yang selalu ditanamkan di dalam diri Bonek dan terus disuarakan agar tertanam kesadaran dalam membeli tiket untuk menyaksikan Persebaya berlaga. Hampir 5 tahun tidak melihat klub kebanggaan berkompetisi membuat Bonek semakin cinta kepada tim berjuluk bajol ijo. Terlebih saat kembali berkompetisi di tanah air dan semakin rindu akan kejayaan Persebaya. Dengan kecintaan yang mendalam untuk Persebaya, Bonek berusaha mendukung dengan segala upaya demi melihat tim asal kota pahlawan meraih kejayaannya lagi dengan memberi dukungan moral hingga finansial.
Kita sebagai suporter persebaya sadar pentingnya memberi dukungan finansial untuk klub kebanggaan agar persebaya mempunyai keuangan yang sehat guna mengarungi kompetisi tertinggi di tanah air. Mulai dari membeli tiket di laga home hingga sampai membeli merchandise di Persebaya Store. Tapi di sini kita fokus membahas tentang ticketing di laga home persebaya. Slogan “No Ticket No Game” yang disuarakan para suporter Persebaya di awal kompetisi resmi sekarang sudah tidak terdengar. Ini adalah sebuah kabar gembira ketika para suporter semakin sadar akan pentingnya membeli tiket untuk menghidupi klub kebanggaannya sendiri. Walaupun masih ada segelintir orang yang membobol “rumahnya sendiri” demi menyaksikan Persebaya berlaga walau tanpa tiket.
Di awal mengarungi Liga 2 kemarin, Persebaya menggandeng MyTicket untuk mempermudah Bonek dalam membeli tiket lewat online. Tetapi hasilnya malah membuat suporter kecewa karena susahnya prosedur untuk mendapatkan tiket. Untuk tiket offline-nya, Persebaya menyediakan lebih dari 7 tiket box yang disebar di setiap sudut kota yang ditempatkan di mall, café, hingga mess Persebaya. Setelah mendapatkan jatah promosi ke Liga 1, Persebaya mendengar keluhan Bonek agar mempermudah sistem penjualan online. Hasilnya Persebaya menggandeng Loket.com dan Go-Tix di mana Bonek bisa dengan mudah mendapatkan tiket lewat online karena bisa mencetak sendiri tiket yang telah diperolehnya. Walaupun lagi-lagi panpel dikritik karena hanya memberi kuota yang sangat sedikit untuk tiket online pada saat melawan Arema FC. Untuk tiket offline di laga terakhir home, panpel hanya menyediakan ticket box di 3 tempat. Hasilnya terjadi antrian panjang di setiap tempat yang disediakan.
Di pekan ke-11 Liga 1, Persebaya akan berhadapan dengan tim pemuncak klasemen sementara yakni Persipura. Di laga ini Persebaya mengambil keputusan berani yaki tiket hanya dijual melalui online. Tetapi setelah mendapatkan, pembeli harus menukarkannya ke Persebaya Store.
Menurut pandangan penulis, penjualan tiket melalui online adalah sebuah kemajuan di dalam persepak bolaan Indonesia karena lebih memanfaatkan teknologi sehingga bisa mengurangi antrian panjang yang membutuhkan banyak waktu. Tetapi yang sangat disayangkan kenapa tiket yang sudah didapat melalui online harus ditukar di Persebaya Store? Jika alasannya agar tidak terjadi penumpukan massa di pintu masuk stadion saat scanning, seharusnya panpel menyediakan alat scanning di seluruh pintu masuk stadion agar tidak terjadi penumpukan masa. Padahal panpel sudah berani mewajibkan untuk membeli tiket lewat online. Jika memang benar panpel ingin mempermudah pembelian tiket dengan cara online agar tidak terjadi antrian yang panjang saat membeli tiket, apakah ada jaminan di Persebaya Store nanti tidak ada antrian panjang ketika penukaran tiket di laga big match?
Teruntuk panpel Persebaya, ketika para suporter sudah semakin sadar untuk membeli tiket guna menghidupi tim kebanggaan, maka permudahkanlah kami untuk mendapatkan tiket agar kami bisa berteriak lantang di dalam stadion untuk menyemangati para pahlawan yang sedang berjuang demi kejayaan Persebaya. Dengan tidak perlu menukar tiket yang sudah didapat melalui online mungkin akan memudahkan kami untuk menyaksikan persebaya berlaga.
*) Menurut pendapat penulis yang sedang berada di luar kota