Mari Berdamai dengan Kenyataan, Persebaya Tim Promosi

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Pertandingan Persebaya melawan Persipura Jayapura memang sudah usai kemarin (29/5). Hasil akhir kedua kesebelasan bermain imbang 1-1. Tim Mutiara Hitam unggul dahulu melalui sontekan Hilton Morieira di menit ke-60 yang kemudian disamakan oleh bek tengah Tim Bajul Ijo berdarah Papua, Fandry Imbiri di menit ke-64. Ini adalah hasil imbang kelima, kedua di kandang dan ketiga secara beruntun dari sepuluh pertandingan yang telah dijalani. Dari lima laga kandang, Persebaya hanya meraup delapan poin dari lima belas poin yang bisa dimaksimalkan.

Ada berbagai perspektif melihat hasil ini dan hasil-hasil pertandingan Persebaya sebelumnya. Pertama yang dihadapi adalah tim pemuncak klasemen sementara yang juga mapan dan konsisten berkompetisi di kompetisi kasta teratas di Indonesia. Kedua bagi tim promosi seperti Persebaya ini, hasil seri sepertinya sudah cukup bagus. Jika melihat materi pemain yang dimiliki oleh Persebaya.

Patut diingat juga bahwa tim kebanggaan kita ini baru saja mendapatkan tiket promosi musim ini. Cobalah tepikan sedikit romantisme sejarah masa lalu Persebaya. Memang Tim Bajul Ijo adalah tim besar dan tim yang sarat akan catatan sejarah. Tapi itu dulu sebelum akhirnya rumah besar bernama Persebaya itu dirobohkan secara paksa oleh federasi dengan cara tidak bisa berkompetisi selama empat tahun lamanya. Selain atapnya rubuh, perlahan pondasinya pun mulai rusak satu persatu.

Ya rumah besar bernama Persebaya itu memang telah roboh sejak tahun 2013 silam. Sebelum akhirnya diakui kembali oleh federasi (Berkat perjuangan dan aksi nyata dulur-dulur Bonek juga tentunya) terhitung mulai 8 Januari 2017 lalu. Meski harus memulai kompetisi dari kasta kedua (Liga 2), pasukan Persebaya asuhan Angel Alfredo Vera mampu tampil gemilang dengan menjadi kampiun Liga 2 musim 2017 dan berhak promosi ke Liga 1 Musim 2018 yang sedang dijalani saat ini. Jalan untuk menjadi juara pun tak mudah. Banyak intrik dan kisah yang harus dilalui. Bahkan sampai harus terjadi pergantian pelatih dengan awal cerita yang kontroversial dan belakangan kita menyadari bahwa ini adalah blessing in disguised.

Iklan

Di bawah kepemimpinan Presiden Persebaya, Azrul Ananda, saya melihat tim ini sedang membuat pondasi yang baru dan brand image yang lebih modern dan mengglobal. Tentunya menjadi tim sepak bola profesional yang lebih sehat secara finansial (ini yang utama) dan  yang berdaya saing tinggi untuk mengikuti kompetisi. Atau dengan kata lain membentuk tim dengan proses yang sustainable alias berkelanjutan. Ditambah lagi Persebaya memiliki kawah candradimuka bagi para pemain muda. Yakni kompetisi internal Persebaya. Kompetisi yang rutin menjadi pemasok pemain bagi klub yang lahir pada 18 Juni 1927 ini. Kalau klub sehat dan memiliki brand image mengglobal dan baik, siapa sih yang tak ingin memasang sponsor di Persebaya? Siapa sangka jika nantinya klub papan atas Serie A Italia sekelas SC Napoli atau mungkin klub legendaris asal Inggris, Liverpool bakal bermain di Surabaya. Who knows?

Saya yakin bagi sebagian Bonek hal ini tampak berat sekali. Karena harus melakoni serangkaian proses yang panjang. Proses yang tentunya tidak instan dan langsung jadi. Percayalah, ini hanya masalah waktu saja. Saya sendiri pun berharap Persebaya menangan. Utamanya jika bermain di kandang sendiri. “Mosok ben main kandang kok seri, kapan menange?” tutur seorang karib saya ketika menonton langsung di Stadion Gelora Bung Tomo kemarin.

Untuk saat ini, janganlah dahulu menganggap Persebaya itu layaknya Liverpool atau bahkan Manchester United. Untuk sementara jangan deh. Karena itu adalah hal yang tak mudah sebagai tim promosi yang baru semusim berkompetisi setelah sebelumnya dilarang bertanding oleh federasi dan menyandang nama besar serta memiliki jutaan pendukung fanatik, militan dan loyalitasnya tanpa batas. Agar tak terlalu tinggi ekspektasi saya dan Anda. Anggaplah sementara Persebaya ini seperti Newcastle United. Tim promosi di kompetisi 2017-18 yang pada English Premier League yang baru saja menyelesaikan kompetisi di peringkat kesepuluh dari dua puluh kontestan. Bukan perkara peringkatnya yang ingin saya bahas, tapi melihat Tim Persebaya ini secara utuh. Tim promosi musim ini. Tim yang membangun tidak hanya untuk saat ini. Tapi untuk musim-musim selanjutnya. Ini bukan pernyataan inferior, tapi penyemangat bagi para pemain yang ada di dalam tim Persebaya. Penyemangat bahwa mereka bisa berprestasi dan bermain lebih baik lagi. Terlebih ini Surabaya rek! Semangatnya pun harus berlipat ganda. Ojok ngisin-ngisini Arek Suroboyo!

Tapi saya yakin, tim akan terus berbenah. Terlebih nanti jika bursa transfer putaran kedua sudah dibuka. Jadi, tetaplah dukung dan paido tim kesayanganmu ini rek!

Salam satu nyali. Wani! (dpp)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display