Persebaya Tuding Panpel Persija Tidak Serius Gelar Pertandingan

Diskusi yang dilakukan oleh manajer Persebaya, Chairul Basalamah bersama dengan Match commisioner dan perwakilan panpel Persija. Foto: Official Persebaya
Iklan

EJ – Persebaya terus mempertanyakan kinerja panpel Persija yang gagal menggelar pertandingan lanjutan Liga 1 pekan ke-12 di Stadion Sultan Agung, Bantul, Minggu (3/6) kemarin. Melalui laman official, Persebaya mengungkapkan beberapa poin ketidakseriusan panpel Persija menggelar pertandingan.

Berikut 11 poin yang diungkap Persebaya berdasar fakta-fakta yang ada di lapangan:

  1. Pihak Panpel tidak mampu menghadirkan keamanan dalam jumlah memadai di lokasi pertandingan beberapa jam sebelum laga. Kondisi tersebut membuat stadion tidak bisa steril dari penonton yang tidak bertiket. Akhirnya, ratusan suporter mendapatkan akses seluas luasnya untuk masuk ke stadion sejak pagi hari.
  2. Ratusan suporter dari Persebaya Surabaya yang sejak pagi sudah berada di Stadion, seharusnya menjadi catatan penting bagi pihak Panpel untuk mengambil sikap. Artinya, suporter Persija yang datang belakangan, harus diberikan akses jalan berbeda agar tidak terjadi kontak langsung antara kedua suporter.
  3. Akibat kurangnya kesigapan dari Panpel itu, gesekan antara suporter sempat terjadi. Kedatangan suporter Persija menggunakan bis pada pukul 09.30 Wib disambut dengan lagu selamat datang oleh suporter Persebaya sebagai bentuk persahabatan. Namun, entah siapa yang memulai, terdengar letusan petasan yang dilemparkan ke arah suporter Persebaya. Situasi tidak kondusif.
  4. Dengan adanya potensi konflik antara kedua suporter, harusnya menjadi bahan evaluasi Panpel untuk meminta tambahan jumlah personil keamanan. Sayang, itu tidak mereka lakukan. Padahal, sisa waktu menjelang pertandingan masih sangat lama. Padahal, menurut regulasi, klub tuan rumah wajib untuk membuat rencana pengamanan (security plan)
  5. Pada pukul 15.30 WIB, pertemuan antar manajer kedua tim juga digelar untuk mencari solusi. Namun, lagi-lagi pihak Panpel membebani kondisi yang tidak kondusif itu ke manajemen Persebaya. Mereka seakan akan cuci tangan dari kondisi keamanan yang tidak kondusif itu.
  6. Terjadi beberapa kesepakatan agar pertandingan bisa digelar. Di mana, Panpel disarankan untuk menyediakan layar lebar bagi penonton tak bertiket bisa menyaksikan pertandingan dari luar stadion. Karena pihak Panpel tidak mau menjalankan saran tersebut, plan kedua direncanakan, yaitu suporter tak bertiket dipulangkan. Tapi, semua rencana tidak tereksekusi.
  7. Suporter dari kedua tim sejatinya sudah sempat mencair beberapa jam sebelum laga dengan saling menyanyikan lagu kebanggaan masing masing di satu lokasi yang sama. Sehingga, membatalkan pertandingan dengan alasan adanya bentrok kedua suporter, adalah alasan ”mengkambing hitamkan” suporter.
  8. Sampai dengan dua jam sebelum laga, beberapa pintu stadion dibiarkan terbuka tanpa pengamanan ketat. Kondisi tersebut ikut memancing suporter masuk ke dalam stadion dengan bebas. Baik lewat pintu sebelah selatan tribun VIP dan lewat pintu utama stadion. Pihak Panpel pun menghilang, tidak ada di lokasi.
  9. Wasit yang memimpin pertandingan pun, disuruh pulang oleh pihak kepolisian. Padahal, Panpel dan klub tuan rumah bertanggung jawab untuk memastikan keamanan dan kenyamanan kepada semua perangkat pertandingan baik sebelum, sampai dengan berakhirnya pertandingan.
  10. Tim dan official Persebaya Surabaya juga mengalami hal serupa. Keberangkatan menuju stadion juga dipersulit dengan alasan keamanan. Padahal, tim besutan Angel Alfredo Vera itu sudah berada kurang lebih 3 KM dari stadion. Panpel tidak bisa menjamin kemanan.
  11. Pihak match commisioner sebagai wakil resmi dari federasi pun, bahkan harus menunggu selama dua jam, mulai dari 18.00 – 20.00 WIB untuk menghadirkan Panpel dan wakil dari manajemen Persija untuk sama sama memutuskan status dari pertandingan tersebut. (*)
Iklan

No posts to display