Mengapa Sebaiknya Persebaya Tidak Menambah Store Lagi

Protes Bonek atas banyaknya Persebaya Store saat perayaan ultah Persebaya. Foto: Ari Bocor
Iklan

Perayaan hari jadi Persebaya ke-91 diiringi kritikan atas banyaknya Persebaya Store. Ungkapan seperti “91la Store, Lupa Score” mengemuka karena penambahan store tak diimbangi dengan membaiknya prestasi Persebaya. Saat ini, ada 10 cabang Persebaya Store sejak store pertama dibuka di Graha Pena, 11 Maret 2017.

Di era sepak bola modern dan tanpa APBD, klub harus memaksimalkan potensi bisnisnya. Klub “dipaksa” mandiri untuk memenuhi kebutuhan selama mengarungi kompetisi. Bertambah mahalnya gaji pemain membuat klub harus menjalankan bisnis guna mendatangkan pundi-pundi uang melimpah. Muaranya, roda keberlangsungan klub tetap berjalan minimal hingga akhir musim.

Presiden Persebaya, Azrul Ananda, dalam sebuah video YouTube sebelum Liga 2 musim lalu pernah mengatakan jika pemasukan dari sektor apparel dan merchandise tak lebih dari Rp 1 Miliar. Jumlah ini bagi beberapa klub mungkin besar. Tapi untuk klub sekelas Persebaya, jumlah itu sangat sedikit. Sebagai perbandingan, di Liga 1 musim ini, Persebaya mempunyai kewajiban membayar denda ke PSSI sebesar Rp 805 Juta. Angka ini bisa bertambah karena musim belum beakhir.

Tentu, pembukaan cabang-cabang Persebaya store adalah sesuatu hal yang wajar sesuai visi Azrul agar Persebaya bisa sustainable secara bisnis. Namun, apakah penambahan store otomatis akan mendatangkan pemasukan yang besar?

Iklan

Menurut penulis, Persebaya sebaiknya tidak menambah banyak store namun hanya membuat 1 megastore dan memaksimalkan penjualan secara online. Dan dengan 10 cabang yang ada, Persebaya tak perlu lagi menambah jumlah store. Kalau bisa, Persebaya menutup cabang-cabang lain dan hanya menyisakan 1 store. Mengapa?

  1. Pemasukan Besar Butuh Investasi Besar

Azrul dalam videonya mengatakan jika semakin besar pemasukan yang ditargetkan berarti semakin besar pula modal yang diinvestasikan. Jika Persebaya menargetkan pemasukan Rp 1 Miliar per musim maka setidaknya dibutuhkan modal sebesar separuh dari target atau Rp 500 Juta. Margin atau keuntungan dari produk untuk merchandise biasanya dikisaran 100 persen. Jika sebuah t-shirt dijual dengan harga Rp 120.000, biasanya modal yang diperlukan sekitar Rp 60.000.

Prinsip bisnis ini harus dipahami sebelum membuka store. Ada biaya yang harus dikeluarkan Persebaya untuk meraih hasil maksimal. Jika Persebaya ingin menambah keuntungan, tentu modal yang dibutuhkan juga besar.

  1. Tambah Store, Tambah Biaya

Ada yang mengatakan jika penambahan store otomatis memberi pemasukan yang besar. Pernyataan ini sangat menyesatkan karena tak ada jaminan keuntungan meski Persebaya mempunyai store melimpah.

Mengapa banyak perusahaan retail seperti Matahari, Ramayana, Lotus, menutup gerai retailnya di mall-mall? Selain semakin banyaknya persaingan, tentu perubahan gaya hidup konsumen yang lebih menyukai belanja leasure dibanding belanja fashion turut mempengaruhi penutupan gerai-gerai retail.

Perusahaan juga harus tetap mengeluarkan biaya operasional cabang seperti biaya listrik, keamanan, sewa tempat, dan gaji pegawai. Jika gerai semakin sepi sementara pengeluaran untuk biaya operasional tetap besar, mau tak mau, perusahaan harus menutup gerainya. Semakin lama beroperasi tentu kerugian semakin besar.

Mari kita hitung ilustrasi dari 10 cabang Persebaya Store. Perhitungan ini adalah perhitungan kasar dan perkiraan dari penulis.

Pengeluaran 1 cabang store:

  • 4 penjaga dan kasir toko = 4 x Rp 2.500.000 = Rp 10.000.000
  • Sewa tempat = Rp 40.000.000/tahun atau Rp 3.300.000/bulan
  • Biaya listrik, air, dll = Rp 2.000.000

Total pengeluaran 1 cabang adalah Rp 15.300.000 per bulan. Jika ada 10 cabang maka pengeluaran per bulan adalah Rp 153.000.000. Dalam setahun Persebaya harus mengeluarkan uang sebanyak 12 x Rp 153.000.000 = Rp 1.836.000.000! Angka ini sangat fantastik karena ini masih sebatas modal operasional. Belum lagi Persebaya harus mengeluarkan modal untuk produk yang nilainya harus besar jika pemasukan yang ditargetkan juga besar. Kesimpulannya, semakin banyak store, modal yang dikeluarkan juga semakin besar.

  1. Era Digital, Maksimalkan Penjualan Online

Salah satu penurunan pembelian di toko-toko offline adalah semakin banyaknya pembelian secara online. Gaya hidup berbelanja secara online memang semakin meningkat di era digital ini. Pengusaha juga fokus menjual produk-produknya secara online. Penjualan secara online memang sangat menghemat pengeluaran karena pengusaha tak perlu mengeluarkan biaya operasional yang besar. Mereka hanya perlu berinvestasi untuk gaji admin per bulannya.

Selain itu, makin banyak orang yang membeli produk-produk secara online. Orang tak perlu capek untuk pergi ke toko offline untuk memilih barang. Banyaknya distribusi channel untuk penjualan secara online seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee membuat online menjadi solusi buat pengusaha dan pembeli. Di samping itu, banyak pengusaha yang membuat webstore sendiri untuk menjual produknya ikut memudahkan pembeli untuk memilih produk-produk yang diinginkan. Sebagai contoh, Matahari telah meluncurkan webstore-nya, Mataharimall.com, dan menginvestasikan uangnya di jalur online secara besar-besaran.

Ini seharusnya dilakukan dan dimaksimalkan Persebaya. Alih-alih membuka cabang yang banyak, Persebaya Store sebaiknya membuat webstore yang canggih dan membangun 1 megastore seperti apa yang dilakukan Bali United dengan Bali United Store. Jika Persebaya ingin tetap memperluas distribusi penjualan, solusinya adalah bekerjasama dengan toko-toko Bonek yang lebih dulu eksis. Jika kerjasamanya menguntungkan, tentu toko-toko Bonek akan dengan senang hati melakukannya.

***

Persebaya pernah menargetkan membuka 20 store di Indonesia tak hanya di Surabaya namun juga kota-kota besar lain. Sebuah ambisi yang terlihat wah namun menyimpan potensi kerugian jika tidak dikelola dengan baik. Gambaran ilustrasi pengeluaran di atas semoga dipertimbangkan manajemen agar tidak gegabah untuk menambah jumlah store secara berlebihan. (*)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display