Menyerahlah untuk Menang, Karena Kita Persebaya

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Hadapi dengan senyuman

Semua yang terjadi biar terjadi

Hadapi dengan tenang jiwa

Semua kan baik-baik saja – Dewa 19

Iklan

Tidak ada kekalahan yang membahagiakan. Kekecewaan dan kesedihan akan selalu dirasakan siapapun yang mengalaminya. Pilihan pahit getir sudah menjadi resiko kekalahan. Persebaya malam itu mengalaminya di hadapan 50 ribu lebih pasang mata di bawah sorotan lampu Gelora Bung Tomo.

 

Kita Persebaya

Tagline sangat bagus bahkan sekarang seperti diterapkan di tim nasional dengan Kita Garuda-nya. Sampai saat ini belum juga keluar apa itu definisi Kita Persebaya secara rinci dari manajemen. Apakah “kita” ditagline tersebut?

Asumsi saya anggap saja kita termasuk Bonek. Perjalanan Persebaya tentu tak terlepas dengan Bonek di sisi lainnya. Dulu Persebaya sekarat, air mata, darah, bahkan nyawa Bonek menjadi taruhan hanya untuk mempertahankan sebuah nama Persebaya. Persebaya bangkit, Bonek senantiasa selalu ada di sisinya. Persebaya panggilan jiwa, Persebaya sampai kiamat adalah dua banner ikonik mengiringi Persebaya menjadi juara Liga 2.

Laga tanpa penonton pun, Bonek selalu hadir di luar stadion. Ada yang menembus sawah, sungai, bahkan menerbangkan drone hanya untuk melihat kesayangannya bermain. Penggalan lirik lagu Emosi Jiwaku ada kata kau tak kan sendirian bergitu meresap dalam darah setiap Bonek untuk Persebaya.

Dengan artian Bonek selalu menganggap dirinya sebagai bagian dari kata Kita Persebaya. Apakah Persebaya (manajemen) juga menganggap Bonek bagian dari kita?

Kekalahan dari Persib Bandung kemarin ada yang aneh saat manajer tim meyuruh para pemain langsung menuju lorong. Bonek begitu saja ditinggalkan. Sungguh hal yang sulit dimengerti ini dilakukan oleh sebuah timhebat dan besar bernama Persebaya. Bonek sangat menghormati nama Persebaya. Jersey dan logo yang menempel di badan para pemain dan official itulah yang menggerakkan puluhan ribu Bonek datang. Bukan perjalanan yang murah. Butuh biaya besar, waktu diluangkan bahkan meninggalkan pekerjaan.

Kemarahan atau umpatan yel-yel Bonek selama laga bukan tanpa sebab. Performa tim yang kurang maksimal dan hasil laga selama putaran pertama kurang sesuai dengan ekspektasi untuk Persebaya. Tidak ada yang salah dengan cara protes Bonek sebagai bagian dari Kita Persebaya.

Tak satu pun Bonek yang turun ke lapangan ataupun mengejar pemain atau official. Kemenangan memang lebih mudah dinikmati bersama. Sudah seharusnya kekalahan pun sepahit apapun ya mari dinikmati bersama. Pahit memang.

Song For Pride adalah lagu magis. Bisa untuk kemenangan bisa untuk kekalahan. Lagu ini sebenarnya bisa menjadi representasi Kita Persebaya. Ada awal sudah semestinya ada akhir dalam sebuah pertarungan atau pertandingan.Sikap ksatria itu ditunjukkan bukan hanya saat menang dalam laga. Menerima kekalahan itu juga sikap ksatria di lapangan.

Mengapa KITA tidak menikmati kekalahan ini dengan jiwa besar secara bersama? Bukankah ini lebih baik dengan menyadari ada yang kurang dari KITA sehingga tidak maksimal hasilnya?

Seandainya tadi malam para pemain dan official tetap berdiri di gelanggang dan menyanyikan bersama Song For Pride akan menjadi momen titik balik bahwa KITA memang Persebaya.

Nasi sudah menjadi bubur. Mari menanak nasi kembali dengan beras yang bagus dan tentu saja harus diolah oleh koki yang tidak hanya bagus tapi juga pengalaman.

Mundur satu langkah untuk melompat lebih jauh.

 

Lengkingan Once berlanjut …

Relakanlah saja ini

Bahwa semua yang terbaik

Terbaik untuk kita semua

Menyerahlah untuk menang

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display