Persebaya Kalah Lagi, Apakah AV Layak Dipecat?

Alfredo Vera. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Pertandingan melawan Persib Bandung menjadi saksi bagaimana tuan rumah Persebaya menjadi bulan-bulanan tamunya. Dari layar kaca, komentator Valentino Simanjuntak dan bung Binder Singh berkali-kali berkata tentang seru dan menghiburnya match itu. Serangan memang silih berganti terjadi dari kedua kubu. Tapi saya melihatnya tidak demikian. Pemandangan yang terlihat adalah bagaimana keroposnya lini pertahanan Bajul Ijo, lalu terlalu “liarnya” lini tengah, yang sering terlepas kontrol sehingga terlambat turun. Lini depan juga kurang tajam terlihat dari jumlah gol yang tercipta. Itulah gambaran yang terjadi pada 45 menit awal di Gelora Bung Tomo Surabaya malam tadi.

Yang ada di benak saya, yang pertama adalah susunan starting line up. Di laga sebesar ini, saya tidak mengerti dengan strategi coach AV dengan melakukan rotasi memasang pemain-pemain yang jarang dipasang di laga-laga sebelumnya. Hasilnya, permainan yang tersaji pada paruh pertama penuh dengan kepanikan dan hasilnya bahkan di awal babak kedua tertinggal 0-3 dari Pangeran Biru. Kedua, tentang determinasi tim yang sering kali keteteran, terutama saat bertahan. Beruntung Miswar tampil baik dan Ezechiel bermain tidak setajam biasanya. Bukan tidak mungkin, terutama lagi-lagi di babak pertama tim kebanggaan arek-arek Bonek bisa menderita lebih dari 2 gol.

Akhirnya coach AV memasukkan Rachmat Irianto serta playmaker andalan, Robertino Pugliara. Nama terakhir bahkan langsung nyetel dan berkontribusi langsung terhadap 2 gol untuk memperkecil keadaan menjadi 2-3. Pergantian terakhir yang digunakan adalah dengan memasukkan Feri Pahabol, nama yang juga sering menghiasi starting line up Green Force.

Lagi-lagi di benak saya, kenapa mereka dimasukkan ketika tim sudah tertinggal begitu dalam dan jauh, 0-3? Memang pelatihlah yang paling tahu dan mengerti keadaan terakhir dari para pemain, pun dengan strategi yang diterapkan. Namun, kalau boleh menggunakan penilaian sebagai suporter layar kaca streaming dari Belanda, saya melihat strategi yang diterapkan di laga ini adalah sebuah blunder. Memulai dengan skuad tambal sulam di babak pertama lalu masuk ke babak kedua dengan perubahan yang telat, di kala sepertinya keadaan membaik, Persib justru pada menit ke 80 seakan-akan sudah menyegel 3 poin di Surabaya dengan gol keempatnya. Jual beli serangan terus terjadi sampai DDS memperkecil menjadi 3-4, dan pertandingan pun kemudian berakhir. Untuk pertama kalinya Green Force mampu mencetak 3 gol, sekaligus kebobolan 4 gol di kandang dan kedua kalinya Gelora Bung Tomo menjadi saksi kekalahan Persebaya di kandang sendiri.

Iklan

Genap sudah 17 pertandingan dilalui oleh semua peserta Liga, termasuk Persebaya. Saat ini Bajul Ijo berada pada posisi ke-13 dari 18 tim dengan 22 poin, terpaut 3 poin dari zona degradasi dan 7 poin dari pimpinan teratas saat ini, Persib Bandung. Pertanyaannya adalah, bolehkah the panic button itu kita pencet, baik itu untuk management dan atau tim pelatih?

Penilaian subyektif saya berpendapat bahwa management masih dalam zona aman, simply karena tidak adanya gejolak di internal tim, tidak separah tim-tim lain yang sekarang sedang mengalaminya. Hubungan antara pemain-pengurus harmonis, para pemain happy, tidak ada kabar gaji telat, tidak ada berita tim digeret ke politik dan lain-lain. Pun kebijakan mendatangkan 2 pemain pinjaman juga tepat, dinilai dari kebutuhan tim untuk menambal sisi pertahanan dan kreasi serangan.

Sekarang kita melihat ke sisi teknis, tim pelatih. Kita semua tahu tentang bongkar pasang rotasi, baik itu pemain dan juga formasi. Dari 3 bek di tandang, lalu balik 4 bek di kandang serta improvisasi pemain di laga-laga penting, seperti melawan Persib tadi, memperlihatkan pakem itu seperti kembali dicari-cari lagi. Lalu sekarang, suara AV out semakin kencang. Pertanyaan selanjutnya, setelah AV out, lalu siapa? Kita tentu harus berpikir bijak dengan tidak menyebut atau bisa dibilang bermimpi dengan mengatakan calon-calon yang tidak mungkin hadir, seperti coach JFT atau coach AS misalnya. Atau juga mengharap AV7 didatangkan, mengingat biaya dan mungkin juga harmonisasi tim akan mengalami turbulance. Jadi harus bagaimana?

Kabar terbaru Rahmad Darmawan baru saja mengundurkan diri dari Sriwijaya FC akibat dari konflik dengan management dan pengurus. Apakah lantas coach RD kalaupun datang bisa langsung menjelma menjadi sosok penyelamat yang menjamin membawa tim ke titik yang lebih baik? Pertanyaan ini pasti akan dibalas dengan, apakah mempertahankan coach AV bisa menjamin tim akan selamat? Dua-duanya sama-sama riskan di saat ini.

Lagi-lagi menggunakan pendapat pribadi saya, sekarang waktunya management turun dengan memberi semacam peringatan ataupun ultimatum kepada tim pelatih, sambil mempersiapkan kemungkinan yang terburuk, to let him go, AV out. Memang, prestasi yang ditorehkan tim, jika dibandingan dengan sesama peserta promosi, Persebaya masih unggul. Pun jika kita melihat jarak poin di klasemen juga tidak begitu jauh, melainkan sangat rapat. Lalu melihat rekor gol memasukkan dan kebobolan, Green Force tidak berada pada posisi terburuk namun juga bukan terbaik. Tapi, jika kita berandai, di pertandingan selanjutnya, di mana tim akan away jauh ke Serui, Persebaya tidak mampu mengemas poin, artinya di saat itu 3 kekalahan beruntun diraih. Artinya bukan lagi lampu kuning tapi sudah bergerak ke lampu merah. Posisi akan semakin terjerembab ke zona degradasi, jika tim-tim di bawah mampu meraih poin bagus, sesuatu yang tidak ingin kita rasakan. Ketatnya jarak poin yang ada di klasemen tidak hanya berarti Bajul Ijo bisa melompat dengan jauh ke atas, tapi juga bisa jatuh lebih dalam ke bawah.

Bukan bermaksud lebih pintar dari coach AV, tapi pelatih harus segera mengakhiri eksperimen dan segera setel kencang, Bajul Ijo masih bisa berbicara lebih, kita punya rekor bagus saat tandang pada putaran pertama yang harusnya bisa dikonversi menjadi poin-poin maksimal di putaran kedua nanti di kandang sendiri, itu juga kalau tim pelatih dan pemain mampu bahu-membahu dengan optimal. Laga-laga tandang pada putaran kedua juga tidak mudah, di mana Green Force akan melawat jauh ke Jayapura, juga Medan, dan laga-laga berat di Bandung, Banjarmasin dan juga Bali. Sekali lagi, segera akhiri eksperimen, lakukan rotasi seperlunya, raih poin-poin penuh di kandang sendiri dan bermain maksimal di kandang lawan. Dengan semangat menang kusanjung kalah kudukung, lalu karena rasa sakit melihat Persebaya kalahan dan tercancam turun lagi, sesungguhnya, menurut saya laga di Serui akan menjadi penentuan, ini tidak bisa ditawar lagi!

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display