Kemesraan Bonek-Persela Fans, Bukti Perdamaian Tak Sebatas Mimpi

Persela Lamongan Fans. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Pertandingan antara Persebaya kontra Persela di Stadion Gelora Bung Tomo, Minggu (5/8) kemarin, menyisakan sejarah baru di luar lapangan hijau. Untuk kali pertama sejak belasan tahun kurang harmonis dengan Bonek, Persela Fans aman berjingkrak di markas Bajol Ijo.

Fenomena ini memantik tanggapan dari pemerhati sepak bola yang juga dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fajar Junaedi. Dia menilai, kembali mesranya relasi Bonek dan Persela Fans sekaligus membuktikan bahwa konflik antarsuporter sepak bola di Indonesia bisa diakhiri.

“Kedua kubu pernah terlibat konflik fisik, namun ada solusi untuk mengatasinya yaitu dengan pendekatan yang berasal dari bawah ke atas (bottom up),” kata penulis buku Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas dan Media itu kepada EJ.

BACA:  Gagal Kalahkan Perseru, Persebaya U-16 Hattrick Seri

Selama ini, Fajar menyebut, sebenarnya sering ada usaha penyelesaian konflik suporter dengan pendekatan top down. Langkah semacam itu biasanya seperti yang dilakukan pejabat pemerintah dan aparat keamanan, namun ujungnya kegagalan.

Iklan

“Jadi penyelesaian konflik suporter memang harus bottom up dengan melibatkan massa, setidaknya informal opinion leader yang bisa menyentuh grass root,” tandasnya.

BACA:  Terus Berlari Kejar Kemenangan, Rek!

Sejalan dengan itu, peran pemerintah, aparat kepolisian dan manajemen klub adalah memfasilitasi pertemuan antar mereka yang berselisih. Karenanya, dia memiliki keyakinan bahwa konflik suporter itu dalam perspektif Marxian hanyalah kesadaran semu (false conciusness).

“Selama suporter masih berada dalam kesadaran semu konflik susah diselesaikan. Namun jika teman-teman suporter move on keluar dari kesadaran palsu tersebut, perdamaian antarsuporter bukan lagi mimpi tapi realitas,” pungkas penulis buku Bonek: Komunitas Suporter Pertama dan Terbesar di Indonesia. (iwe/rul)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display