Usai Loris Karius membuat dua blunder saat final Liga Champions yang menyebabkan Liverpool kalah dari Real Madrid, Liverpudlian mengecam kiper kelahiran Jerman itu. Situasi yang sama dirasakan Bonek setelah melihat blunder-blunder yang dilakukan Dimas Galih di laga melawan Barito Putera.
Sama seperti Karius, Dimas kemudian meminta maaf karena menyebabkan tim kalah. Bedanya, Dimas tidak mengungkapkan permintaan maaf tersebut melalui siaran pers melainkan lewat instagram.
Sebelum status permintaan maaf itu keluar, Dimas menjadi korban hoax setelah status instastory lamanya beredar luas. Status yang menertawakan sesuatu itu seolah-olah dibuat saat pertandingan berlangsung. Bonek yang sedang dalam suasana kecewa menelan mentah-mentah hoax tersebut dan menjadikan Dimas sebagai sasaran tembak kemarahan.
Instagram begitu populer di kalangan pesepakbola termasuk pemain Persebaya. Media sosial berbasis foto itu sering dipakai untuk berbagi pesan pemain kepada para fans. Namun instagram bisa menjadi sangat berbahaya bagi penggunanya terutama bagi figur publik. Kesalahan dalam mengunggah status bisa membuat karir mereka terancam.
Tak ada larangan bagi pesepakbola memakai media sosial. Media sosial justru dibutuhkan karena bisa dipakai sebagai alat komunikasi dari pemain kepada fansnya. Bahkan, media sosial bisa menjadi salah satu media untuk mendapatkan pundi-pundi uang.
Namun harus diingat jika pesepakbola terikat dengan status mereka sebagai pemain profesional. Artinya mereka tak bisa sembarangan lagi mengumbar status yang beisi masalah-masalah pribadinya ke publik. Karena status yang multitafsir bisa memberikan tafsiran-tafsiran liar di kalangan para fans.
Citra seorang pemain akan terlihat bagaimana ia memakai media sosialnya. Sebelum memutuskan memakai media sosial, pesepakbola harus berpikir mengenai citra apa yang ingin disampaikannya ke publik. Jika ingin dikenal sebagai pemain pekerja keras, ia harus menampilkan status-status atau foto-foto yang mencitrakan dirinya pekerja keras. Atau jika ingin dilihat sebagai pemain relijius maka tampilkan sosok yang agamis.
Media sosial bukan saluran untuk menampung keluh kesah dan tempat pajangan masalah-masalah pribadi. Sebagai pemain pro maka selesaikan setiap masalah secara profesional. Karena jika sedikit-sedikit ada masalah lantas diunggah ke media sosial maka hal itu justru akan menimbulkan masalah baru. Dan ini tak baik bagi citra si pemain dan klubnya.
Pemain yang terlibat masalah hukum dengan seseorang maka tak perlu mengunggah status galaunya di media sosial. Cukup selesaikan dengan bantuan pengacara dan berbicaralah secara resmi melalui siaran pers. Jika diperlukan, undang wartawan untuk menjelaskan kasus yang sedang dihadapi. Mindset ini harus dipakai seorang pemain profesional.
Usai “kasus” Dimas, manajemen Persebaya perlu membuat aturan-aturan mengenai media sosial para pemainnya. Batasan-batasan status apa yang boleh diunggah ke publik perlu disampaikan. Bagaimana pun, status media sosial pemain mempengaruhi citra klub. Undang pakar media sosial untuk mengajari pemain bagaimana ber-media sosial yang baik.
Persebaya sedang mengalami periode buruk di liga. Suasana kondusif diperlukan agar tim ini bisa kembali bangkit. Saya salut atas komentar Bejo Sugiantoro yang tidak menyalahkan Dimas dan mengambil tanggung jawab penuh atas kekalahan Persebaya. Bagaimana pun, Bejo yang memutuskan menaruh Dimas di depan gawang Persebaya. Sehingga jika Dimas berbuat kesalahan maka yang salah adalah yang memasang. Itu mungkin yang ada di pikiran Bejo. Saat jumpa pers, Bejo berjanji akan melakukan evaluasi atas kekalahan timnya termasuk soal Dimas.
Respon-respon seperti ini harus dilakukan Persebaya untuk bisa bangkit. Meski demikian, dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik pemain, pelatih, dan manajemen. Mulailah dari hal kecil dulu seperti bijak dalam memakai media sosial. Jika bijak maka citra pemain dan klub ikut terangkat. Dan pemain dan klub akan terhindar dari masalah-masalah di luar pertandingan. (*)
*) Iwan Iwe adalah founder dan CEO Emosijiwaku.com, bisa dihubungi di instagram: @iwaniwe_ej