Hari ini (14/9), Persebaya kembali mendapat shock therapy dari sang mantan. Adalah media kenamaan Jawa Pos yang memberitakan soal fakta bahwa Alfredo Vera diputus kontraknya, bukan mengundurkan diri seperti dirilis oleh pihak klub. Berita ini jadi ramai di beberapa sosial media Bonek dan kolom komentar pun kembali jadi ajang saling nyinyir.
Jujur saya terusik. Bukan soal fakta AV tidak mengundurkan diri tapi soal timing-nya. Menurut saya sih, ini seperti pasangan putus. Saat salah satu terlihat punya hubungan baru dan terlihat tidak berjalan mulus dengan pasangan barunya, media infotainment mewawancarai sang mantan soal masa lalunya.
Jika mau kembali sebentar ke kondisi saat itu, keputusan Presiden klub Persebaya bisa saya pahami. Situasi saat itu tidak kondusif sejak kekalahan dari Persib Bandung. Masih ingat di otak saya bagaimana menggemanya AV Out di stadion. Tidak berhenti di situ, bahkan tribun VIP menghujani AV dengan botol kemasan minuman.
Presiden klub mengambil inisiatif setelah kejadian tersebut. Azrul Ananda mengajak perwakilan Bonek untuk bertemu di Karanggayam. Di tempat bersejarah tersebut, tekanan Bonek menuntut AV Out juga sangat kencang. Mr President berusaha sekuat mungkin mengajak Bonek untuk tetap percaya dengan AV dan memberinya kesempatan.
Namun akhirnya hari itu datang juga. Persebaya menelan 3 kekalahan beruntun setelah menyerah dari Perseru Serui. Situasi makin memanas, paido makin deras. Jawa Pos juga ikut menghangatkan situasi dengan kritikan “Wong Mewek”-nya. Puncaknya terjadi insiden di apartemen tempat pemain Persebaya menginap.
Menurut saya, wajar jika Presiden Persebaya lebih menyarankan AV untuk mundur. Sikap yang pastinya populer di kalangan suporter. Dan memang, simpati pun berdatangan setelah berita AV mundur mencuat. Bayangkan jika AV dikabarkan dipecat, sosok protagonis akan menjadi milik Presiden Persebaya, yang berani mengambil langkah untuk menyelamatkan Persebaya. Atau bayangkan jika AV tidak dijemput di bandara, apa yang akan terjadi padanya saat turun dari bus? Menurut saya, langkah yang diambil Presiden Persebaya sudah sangat tepat, melindungi Persebaya dan karir AV.
Tapi, justru keputusan AV untuk kembali berbicara soal ini SEKARANG yang sangat disayangkan. Kenapa tidak kemarin-kemarin coach? Saya kira kita sudah sama-sama move on. Kita sudah gak paido coach loh. Kita malah apresiasi coach mundur setelah tiga kekalahan beruntun, gak perlu nunggu ke-4 atau ke-5, dst. Ayo coach move on. Kami doakan coach selalu sukses ke depannya.
Lalu soal timing pemberitaan yang sangat mengusik saya. Pertanyaannya, kenapa berita seperti ini naik di kondisi Persebaya baru saja menelan kekalahan di kandang? Jika memang wawancara ini penting untuk dilakukan, kenapa tidak pada saat kejadian? Atau saat Persebaya menang atas Persela atau saat Persebaya menang 14-0 lawan PSBI. Pertanyaannya kenapa sekarang?
Saya sadari ini juga salah satu strategi marketing. Dengan begini diharapkan oplah koran bisa terdongkrak, web ramai pengunjung dan keuntungan lainnya. Wajar menurut saya. Hanya saja sangat disayangkan sang mantan kembali mengangkat drama di saat yang tidak tepat. Ayolah move on, apa pun masalah yang membuat kalian berpisah tolong diingat kembali masa romantis jaman dulu. Persebaya dan Jawa Pos pernah bermesraan. Jangan ada drama lagi, Bonek sudah mau move on kok.
Lalu untuk netijen yang terhormat. Gak usah lah provokasi soal manajemen bobrok. Ingat, kita juga yang mau AV Out. Jangan pada saat seperti ini seolah-olah dulu tidak ada yang menyuarakan AV Out. Simpan tenaga kita. Daripada berdebat soal #AVOut atau #SaveAV mending fokus mendukung Persebaya. Bajol ijo butuh dukungan kita. Gak usah lagi saling menyalahkan. Stop drama. Ingat, AV Out adalah sebuah fakta, sudah lewat. Kita harus cerdas membaca situasi. Jangan lagi mau diadu domba oleh siapapun.
Salam satu nyali!Wani!
*) Ini murni pendapat saya pribadi. Tidak ada hubungannya dengan pihak mana pun. Jika ingin berdiskusi bisa ke @bonekmagang.