Sinergi “Maling Gorengan” dan “Gembel” yang Berhasil Membuka Mata Banyak Pihak

Bonek Tribun Timur. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

KBBI: Gembel = melarat; miskin sekali.

Minggu (4/11), pertandingan besar dilangsungkan di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, antara tuan rumah Persebaya melawan Persija, sebagai bagian kompetisi Liga 1 2018. Laga yang disebut-sebut akan menjadi lahan panen sanksi denda dari PSSI ini justru berjalan sangat menarik, ditambah dukungan sepanjang laga dari Bonek yang sangat atraktif. Jika saya tuliskan “sepanjang laga”, maka itu benar-benar terjadi, bukan hanya selama 90 menit, tapi juga menjelang dan selepas pertandingan.

Namun demikian, sebenarnya Bonek (dan juga panitia) memiliki motivasi tambahan dengan mencoba memanfaatkan situasi dan momen permasalahan antara Via Vallen dan penyerang Persija asal Kroasia, Marko Simic. Via Vallen sendiri adalah penyanyi dangdut yang juga arek Suroboyo. Dalam salah satu Instagram story-nya beberapa waktu lalu, Via men-screen capture sebuah pesan dari seseorang yang melecehkan dirinya secara seksual dengan mengaburkan identitas pelaku, belakangan diduga sebagai Simic.

Bonek Tribun Kidul: Foto: Joko Kristiono/EJ

Laga ini dibayang-bayangi kekhawatiran akan jatuhnya sanksi denda oleh PSSI karena kedua tim -termasuk kelompok pendukung- merupakan rival bebuyutan, juga akibat keluarnya putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan tanggal 31 Oktober 2018 yang mengharuskan PSSI membayar utang sebesar 13,9 miliar rupiah kepada La Nyalla Mattalitti -mantan ketua umum mereka. Persebayasendiri menjadi “donatur” terbesar PSSI dari segi sanksi denda yang mencapai Rp 1 miliar rupiah. Kebanyakan denda ini diakibatkan oleh absurd-nya keputusan Komisi Disiplin PSSI.

Iklan

Saat itu, kick off masih sekitar dua jam lagi, tapi saya dan rekan-rekan dari Surabaya Jersey Community (SJC) sudah berada dalam stadion yang telah dipenuhi Bonek. Kami memilih tribun menghadap tenggara untuk menghindari sengatan matahari. Chant dukungan sudah mulai terdengar meski sayup-sayup, suaranya masih kalah oleh lagu-lagu dari album Persebaya Anthem yang diputar panitia melalui sound system. Setelahnya, lagu “Sayang” milik Via Vallen diputar. Tak seperti biasanya, namun saya menduga ini adalah sebuah psywar dari panitia untuk Simic. Tak hanya itu, panitia juga mendatangkan dancers yang didandani mirip Via.

Menjelang kick off, BONEK yang saat itu berjumlah 50.000-an lantas berdiri membentangkan syal seraya menyanyikan anthem milik Persebaya. Jika Liverpool FC memiliki You’ll Never Walk Alone, maka Persebaya dan Bonek memiliki lagu Song for Pride yang dinyanyikan dengan sangat khidmat. Bonek Tribun Timur juga membentangkan koreografi simbolis dalam bentuk gambar tiga dimensi untuk mendukung Persib dan Bobotoh, sekutu Bonek sekaligus rival terbesar Jakmania.

Segala macam bentuk dukungan dari Bonek, mulai dari spanduk, bendera, paper rolls, lagu, chantviking clap, hingga human waves terus diberikan tanpa kenal lelah. Ditambah lagi sarkasme dari Bonek yang ditujukan ke para pemain Persija -khususnya Simic setiap kali ia mendapat bola, berhasil mengangkat semangat para pemain Bajol Ijo. Sebaliknya, sukses membuat para pemain Persija grogi. Alhasil, laga baru berjalan dua menit, Fandi Eko Utomo sukses membobol gawang Persija.

Persebaya terlihat menikmati permainan dan terus menggempur pertahanan Persija. Permainan Ruben Sanadi dan Oktafianus “Opan” Fernando di sisi kanan pertahanan tim lawan benar-benar ciamik. Opan bahkan sukses menceploskan gol indah di menit ke-30. Sebaliknya, Simic, dkk. tak sekalipun mendapat peluang bersih kecuali dari ‘bola-bola mati’. Ferinando Pahabol melengkapi penderitaan tim lawan dengan menceploskan gol ketiga bagi Persebaya di menit 78. Hari itu, Macan Kemayoran kehilangan taring, ini seperti laga buaya melawan kucing. Simic? Ah, dia sudah termakan jebakan sarkasme Via Vallen hingga majal!

Bonek Gate 21. Foto: Joko Kristiono/EJ

Ada sisi menarik dari laga ini, yaitu Bonek sekali lagi berhasil membuktikan kualitas dan kedewasaan mereka dalam mendukung Persebaya. Tak ada nyanyian rasis, umpatan, maupun chants anarki. Tak ada flares, dan botol-botol yang melayang ke arah pemain lawan. Semuanya kondusif. Bahkan setiap tribun saling berbalas chants secara bergantian. Melihat sinergi yang dilakukan oleh 50.000 orang membuat saya takjub. Bagaimana mungkin kelompok suporter yang dijuluki “maling gorengan” dan “gembel” oleh kelompok lawan bisa memenuhi stadion sebesar GBT dengan status sold out tickets? Bagaimana mungkin mereka bisa memberikan dukungan kepada tim kebanggaannya sekreatif itu, tanpa anarki, tanpa rasis? Ironisnya, kenapa justru koordinator kelompok lawan yang malah dijatuhi sanksi seumur hidup tak boleh memasuki stadion di seluruh Indonesia, padahal mereka selalu membangga-banggakan predikat sebagai suporter terbaik?

Sore itu, bukan hanya Persebaya yang memenangkan tiga poin, tetapi Bonek juga telah memenangkan hati banyak pihak. Lebih penting, seperti saya kutip pernyataan Andie Peci -Presidium Bonek- dari unggahannya di Instagram pasca pertandingan, “Bonek telah memenangkan dirinya sendiri; Menyanyi tanpa lirik “dibunuh saja”. Ini lebih dari secukupnya kemenangan. Rivalitas tak boleh sedikitpun mengalahkan kemanusiaan.

Dengan bentuk dukungan, kreatifitas, dan kedewasaan seperti ini, tak ada alasan bagi Rahmad Sumanjaya -Sekretaris Persija- untuk mengeluhkan jumlah kendaraan taktis yang digunakan oleh Persija, karena sejatinya mereka tidak membutuhkannya.

Untuk rekan-rekan Bonek, jangan pernah lelah mendukung Persebaya; jangan pernah berhenti berkreasi; jangan pernah mundur, karena mundur adalah sebuah pengkhianatan!

Salam satu nyali… WANI! (*)

Quotes :

“Terima kasih sekali. Rasa bangga saya terhadap suporter Persebaya: Bonekmania, Bonek Wanita, yang telah menjaga keamanan dan menjadi suporter yang luar biasa.” (Kombespol Rudi Setiawan, Kapolrestabes Surabaya)

“Dan terima kasih kepada seluruh supporter yang hadir di stadion. Ini adalah statement terbesar dari suporter Persebaya selama ini; bahwa ini suporter terbaik di Indonesia. Tidak ada yang bisa sebanyak ini, setertib ini, sehebat ini dalam mendukung timnya. Terima kasih banyak.” (Azrul Ananda, Presiden Persebaya)

“Saya mewakili tim mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bonek yang begitu banyak datang ke stadion, memberi support, sportif, dan tertib. Luar biasa, Bonek!” (Djadjang ‘Djanur’ Nurdjaman, Pelatih Persebaya)

“Di pertandingan tadi adalah catatan tersendiri buat kalian. Apapun itu hasilnya, kalian suporter yang saat ini terbaik se-Indonesia. Salam satu nyali, Wani!” (‘Bejo’ Sugiantoro, Asisten Pelatih, legenda Persebaya).

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display