Saya tidak ingin menganalisis pertandingan antara Bali United vs Persebaya Surabaya di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, tadi malam (18/11). Jujur, saya belum move on dengan ledakan permainan Persebaya.
Dahsyat. Bali United yang dikenal perkasa di kandangnya, dipaksa menyerah dengan skor 2-5.
Tetapi, ada hal menarik di luar lapangan dari pertandingan dua klub yang suporternya sejak lama memiliki hubungan amat baik ini. Tentang sisi luar lapangan, ada baiknya semua pihak belajar kepada Bali United Fans dan Bonek.
Kepada Bali United Fans, kita semua perlu belajar bagaimana menjamu tamu yang baik. Seingat saya, koordinasi dan komunikasi jelang pertandingan semalam, baik antar manajemen klub dengan para koordinator suporter, sudah dilakukan sejak dua pekan lalu. Kira-kira usai laga Persebaya vs Persija.
Masih dua pekan lagi. Namun, semua persiapan menyambut awayday Bonek ke Bali sudah dilakukan manajemen Bali United, Semeton Dewata, dan beberapa komunitas Bali United Fans. Mulai dari pembagian alokasi tiket, perencanaan distribusi tiket, dan sebagainya.
Yang sedikit menjadi “insiden” adalah penjualan tiket online. Di titik inilah, Bali United “kebobolan” Bonek di luar alokasi 2.000 tiket yang telah disiapkan. Penjualan dari pintu online membuat siapa pun bisa membeli tiket pertandingan. Entah itu pendukung Bali United maupun Persebaya.
Ada riak-riak kecil. Namun, panpel Bali United akhirnya bisa menyelesaikan persoalan ini dengan tetap memberi tempat kepada Bonek yang membeli tiket dari jalur online. Alhasil, saya yakin Bonek di dalam stadion tadi malam lebih dari 2.000 orang. Itu belum termasuk yang tak kebagian tiket di luar stadion. Diperkirakan 15 ribu Bonek awayday ke Bali pekan ini.
Bukan hanya urusan tiket, panpel Bali United berbaik hati dengan menyediakan 4 layar raksasa di luar stadion untuk memfasilitasi ribuan Bonek yang tidak kebagian tiket. Sebuah upaya yang tidak banyak dilakukan panpel lain untuk menjamu pendukung tim tamu.
Kepada para Bonek yang sudah berdatangan sejak Kamis sampai hari H, berbagai komunitas Bali United Fans juga menjalin silaturahim dan memberi berbagai fasilitas kepada Bonek. Ini menggembirakan dan membanggakan.
Berseteru hanya untuk pemain selama 90 menit di lapangan. Di pinggir lapangan, semua suporter bisa menyaksikan pertandingan dengan bahagia. Sejatinya, sepak bola harus menghadirkan kebahagiaan. Sepak bola harus mempersatukan.
Buah dari hubungan harmonis antara Bali United Fans dan Bonek, boleh dibilang tidak ada keributan yang terjadi di luar lapangan.
Kepada Bonek, belajarlah tentang ikhtiar berubah menjadi lebih baik. Memang masih ada Boling alias bondo maling. Beratribut Bonek, tapi bertindak kriminal. Tetapi, secara umum Bonek sudah menunjukkan itikadnya menjadi suporter yang baik.
Mereka bondho alias bermodal. Tidak sedikit Bonek yang menjual barang pribadi demi ongkos awayday ke Bali. Tidak sedikit pula yang berangkat dan pulang naik pesawat. Menginap pun di hotel.
Woiiii… Bonek saiki dudu gembel karo maling gorengan!
Bonek sudah berusaha menjadi tamu yang baik. Yang rekreasi dulu di pantai sebelum nonton pertandingan, masih sempat membersihkan sampah di pantai. Tidak terbayang sebelumnya, menonton sepak bola plus rekreasi.
Masuk stadion, Bonek beli tiket. Tidak ada yang menunggu jebolan pintu stadion. Bubar pertandingan pun, masih ada puluhan Bonek yang rela ambil sapu. Lalu, menyapu sampah di area seputar stadion agar bersih kembali.
Masyaa Allah… Yo ngene lho rek dadi tamu sing apik.
Buat semua kelompok Bali United Fans, baik itu Semeton Dewata, BSB 12, Brigaz, dll, matur suksma, Bli… Maafkan bila ada Bonek yang masih bertindak kurang baik.
Terima kasih atas jamuan istimewa kalian. Yakinlah, persaudaraan ini akan terus lestari. Kami tunggu awayday kalian ke Surabaya musim depan.
Bonek wani berubah! (*)