EJ – Dengan lisensi kepelatihan yang dimiliki yaitu AFC A, Rudy Eka sebenarnya bisa menjadi pelatih di tim Liga 1. Namun, ia memilih untuk menjadi pelatih fisik di Persebaya musim depan.
Lalu apa yang membuat mantan pelatih PS Tira itu mau untuk menjadi pelatih fisik di Persebaya? “Saya ke Persebaya pertama karena diajak coach Djanur kedua saya pikir Persebaya klub profesional dari segi manajemen dan suporter juga,” kata Rudy.
Ya, ajakan pelatih kepala Persebaya, Djadjang Nurdjaman menjadi alasan utama bagi Rudy. Kebetulan keduanya sering bertemu ketika menjalani kursus lisensi AFC Pro sejak April 2018 tahun lalu.
Rudy sendiri merasa tak masalah harus “turun kasta” menjadi pelatih fisik di Persebaya. Sebelum bergabung dengan Persebaya Rudy sempat menangani PS Tira sebagai pelatih kepala sejak September 2017 sampai Mei 2018.
“Saya nggak berpikir itu (pelatih kepala) karena umur saya baru 36, diatas saya masih banyak, saya masih harus belajar lagi,” kata Rudy dengan mantap.
“Selama tiga tahun jadi pelatih kepala di Celebest dan PS Tira saya belajar dan sekarang saya ingin belajar lagi karena sebagai pelatih sepakbola saya tidak akan berhenti untuk belajar,” tambah pelatih yang mengawali karirnya di Australia bersama Monbulk Rangers itu.
Hadirnya Rudy Eka di Persebaya mengakhiri kebijakan Persebaya tanpa pelatih fisik yang sudah bertahan selama dua tahun lamanya. Sejak dikelola manajemen baru Februari 2017, Persebaya belum pernah menggunakan pelatih fisik.
Terkait keberangkatan ke Spanyol bersama Djanur untuk lanjutan program kursus kepelatihan A AFC Pro, ia mengaskan jika program latihan untuk Persebaya telah disusun bersama Bejo Sugiantoro. Menurut rencana, kedua pelatih akan berada di Spanyol mulai 18-28 Januari 2019.
“Program sudah disusun untuk pra kompetisi. Coach Bejo sudah satu visi dan sangat paham jugam. Karena pake filanesia,” tambah Rudy. (riz/bim)