Hari ini (4/2/2019) membaca Jawa Pos agaknya sriwing-sriwing gimana gitu. Apalagi waktu baca kabar tentang penundaan jadwal Piala Indonesia antara Persinga Ngawi dan Persebaya yang sudah ketiga kalinya.
Sedari awal memang Persinga sudah mengabarkan bahwa sulit mendapatkan izin keamanan melaksanakan pertandingan. Sampai akhirnya PSSI sendiri turun tangan membantu perijinan tersebut. Namun masih belum ada titik terang kapan dan di mana pertandingan akan benar-benar dilangsungkan.
Persiwa Wamena yang baru saja mengalami hal yang sama yakni penundaan jadwal bertanding dengan Persib Bandung langsung mengajukan surat keberatan. Tapi kok Persebaya yang sudah kali ketiga belum ya?
Alasan Persebaya belum mengajukan surat keberatan akibat jadwal main dengan Persinga Ngawi yang tertunda sudah tiga kali mungkin karena manajemen terlalu patuh alias mengikuti prosedur yang ada. Kita sudah paham betul selama ini klub kesayangan kita ini memang salah satu klub yang berprinsip ‘sesuai prosedur saja’. Tapi ya masak mau nunggu enam kali atau bahkan 10 kali lalu dapat payung cantik gitu?
Kalau boleh saran sih, mending Persebaya tegas sama PSSI. Kalaupun boleh main leg kedua dulu juga tak apa. Meski kabarnya penundaan jadwal yang tak pasti ini tak berpengaruh pada program latihan tim, tapi mengirim surat seperti yang dilakukan Persiwa Wamena atau bahkan mengajukan mundur sekalian dari Piala Indonesia sangat boleh dilakukan. Sepertinya, hal ini justru lebih banyak manfaatnya. Pertama, menjadi sindiran untuk klub-klub lain bahwa mereka berhak mengajukan protes untuk hal yang merugikan mereka. Kedua, menjadi teguran keras bagi panpel Piala Indonesia sekaligus PSSI, karena sudah konsisten dengan tidak konsistennya sendiri. Ketiga, biar PSSI tertohok karena klub jauh lebih tegas dan lebih profesional ketimbang mereka dalam menanggapi setiap permasalahan pada level turnamen ini.
Jika mundur dari Piala Indonesia, Persebaya juga dapat menggunakan waktu mereka untuk training center misalnya, mau di Surabaya atau di kota lain pun terserah. Tim pelatih juga dapat lebih leluasa menerapkan program mereka pada pemain. Beruji coba dengan tim dari berbagai level untuk mencoba formasi dan strategi sebebas mungkin. Berkreasi dengan para pemain baru dan lama yang dipadukan dan mencari kira-kira mana yang pas digunakan nanti, ketika liga sudah dimulai. Pemain makin padu, makin kompak, pelatih makin punya banyak pilihan strategi dan formasi, lalu suasana tim pun makin kondusif. Nikmat bukan?
Jadi, gimana Persebaya sayang? Sudah boleh kami melihat ke-BAJOL-anmu lagi? Wani ora?