Dihadiri Legenda, Buku “The Champions: Persebaya Sang Juara” Diluncurkan

Sidiq Prasetyo (kanan) menyerahkan buku terbarunya kepada Bejo Sugiantoro. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Pengamat sepak bola yang juga redaktur Jawa Pos, Sidiq Prasetyo, meluncurkan buku “The Champions: Persebaya Sang Juara” bertempat di Rumah Dinas Wakil Walikota Surabaya, Senin (15/4) siang. Launching buku tersebut dihadiri oleh Ketua Panpel Whisnu Sakti Buana, Manajer Persebaya Candra Wahyudi, Sekretaris Persebaya Ram Surahman.

Sejumlah legenda hidup Bajol Ijo dari era 1977 hingga 2004 di antaranya Nanang, Rudi Keltjes, Maura Hally, Muharrom Rusdiana, Mat Halil, Endra Prasetya, Dedi Sutanto, Bejo Sugiantoro, dan Yongky Kasatanja juga hadir langsung.

Sidiq Prasetyo mengatakan, buku ini bertuliskan tentang perkembangan sepakbola di Surabaya khususnya Persebaya. Lewat buku ini diharapkan skuad Bajol Ijo bisa meraih kejayaan seperti 2004 silam.

BACA:  Sepak Bola, Jalan Hidup Orang Indonesia

“Dengan buku ini, Persebaya yang belum meraih juara di level tertinggi kompetisi Indonesia, bisa meraih prestasi seperti yang pernah diraih di tahun 2004 silam,” kata dia ditemui usai acara, Senin (15/4).

Iklan

Menurut Sidiq, buku tersebut memberikan sebuah penghargaan terhadap pemain Bajol ijo yang telah menorehkan sejumlah prestasi membanggakan. Sejumlah nama yang pernah bermain untuk Persebaya masuk dalam buku “The Champions: Persebaya Sang Juara”.

BACA:  Bule Penulis “Sepakbola The Indonesian Way of Life”: Perjuangan Bonek Layak Jadi Satu Bab di Buku

“Ada dua hal, selain memberikan motivasi kepada tim persebaya, dan juga untuk para pemain yang telah menorehkan sejumlah prestasi kepada Persebaya. Generasi muda akan mengingat,” ujarnya.

Terlebih, dalam menyusun buku ini, ia mengalami kesan yang tak terlupakan dalam menggali informasi. Ia harus berpergian ke luar kota guna menemui para legenda Persebaya.

“Semua bagi saya memberi banyak kesan. Saya harus naik kereta pagi pagi ke Malang, untuk menemui pelatih Persebaya ketika ia membawa juara 1987/1988 Amino Sutrisno. Saya harus naik kereta pagi,” paparnya. (dit)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display