EJ – Sejak dipulihkan statusnya menjadi anggota PSSI 2017 silam, Persebaya Surabaya terus berbenah menuju tim profesional. Di bawah kendali Presiden klub Azrul Ananda, Bajol Ijo beranjak dari stigma buruk di musim-musim sebelumnya.
Namun, sejumlah catatan diberikan oleh mantan Asisten Manajer Persebaya Whisnu Sakti Buana. Menurut Whisnu, tim Bajol Ijo saat ini mempunyai atmosfer yang sama dengan tahun 2004 silam. Sistem kekeluargaan yang sudah didirikan sejak lama harus diterapkan.
“Bentuk tim ini sudah seperti musim 2004, atmosfernya sama. Karena memang tim ini, bukan harus bicara tentang profesional. Namun ikatan kekeluargaannya harus lebih penting dari yang lain. Karena dengan ikatan kekeluargaan itu, pemain saat bermain di lapangan bisa bermain dengan all out,” ujar pria yang juga Wakil Walikota Surabaya ini.
Mengacu di tahun 2004. Pihak manajemen Persebaya harus menjadi jembatan untuk pemain dan tim. Hal tersebut diakui Whisnu, agar manajemen bisa telibat langsung dalam semua kegiatan yang berkaitan dengan tim.
Bahkan, ia tak segan segan untuk langsung ikut nimbrung dengan pemain. Saat berada di kedai kopi pun, ia sudah menjelma menjadi teman karib para punggawa Bajol Ijo.
“Tim dan manajemen itu harus ada jembatan. Menjembatani ini antara tim dan pemain, agar manajemen bisa terlibat langsung. Saya dulu waktu, menjadi assisten manajer selalu bersama dengan pemain.”
“Bahkan sudah dianggap sebagai teman sendiri, jika nongkrong dengan pemain. Sudah dianggap teman sendiri bukan lagi sebagai manajemen,” ujar Wishnu.
Whisnu menambahkan, dengan kedekatan antara manajemen, tim, dan pemain, menjadikan pemain merasa ada sistem kekeluargaan yang kuat. Terlebih, manajemen tahu perihal masalah yang dihadapi oleh pemain ketika bermain jelek.
“Dengan tujuan tersebut. Bisa dekat dengan pemain, apa yang mereka minta bisa langsung di berikan. Artinya suara mereka yang terbentengi antara manajemen, bisa cair,” tandasnya.(dit)