EJ – Psikolog tim Persebaya Surabaya, Afif Kurniawan menceritakan cara-cara yang sudah dilakukan untuk membangkitkan mental dua kiper Miswar Saputra dan Abdul Rohim. Sebelumnya dua kiper tersebut sama-sama melakukan blunder di final Piala Presiden melawan Arema FC.
Miswar melakukan blunder lebih dulu pada laga final Piala Presiden leg pertama di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya (9/4). Sementara pada laga leg kedua giliran Abdul Rohim yang melakukan blunder di kandang Arema FC, Stadion Kanjuruhan, Malang (12/4).
Nah, paska kegagalan di partai final tersebut tim pelatih Persebaya mencoba untuk membangkitkan mental dan performa pemain. Keduanya mendapat perhatian khusus baik dari pelatih kiper maupun psikolog tim.
Secara khusus, Afif sebagai psikolog tim mencoba melakukan pendekatan personal kepada Miswar dan Abdul Rohim. Harapannya mental pemain bisa kembali seperti sebelum mengalami kekalahan.
“Coach Djanur kemarin sudah menyorot itu (performa kiper) kan, sehingga otomatis kami harus memberikan perhatian ekstra,” kata Afif kepada EJ.
“Kami kawal dan dampingi pelan-pelan karena mereka harus segera menemukan enjoyment ketika latihan. Saya ajak mereka bicara di sela-sela latihan, kalau diperlukan saya akan secara khusus mendatangi kamarnya langsung,” tambah pria 33 tahun itu.
Meski melakukan pendampingan, psikolog tetap berusaha membuat Miswar dan Rohim senyaman mungkin. Afif menganalisis kebutuhan kedua kiper tersebut apakah butuh pendampingan atau butuh waktu untuk sendiri.
“Kalau misal dalam satu hari sudah cukup pendampingan kami lihat dan berikan waktu untuk berproses dua tiga hari kedepan, nanti kami evaluasi lagi, kami dampingi lagi, kami evaluasi lagi, kami dampingi lagi. Karena kami percaya kemampuan pemain dalam memecahkan persoalan juga harus ada kemandirian,” kata Afif.
Salah satu dosen psikologi Unair itu juga menyebut kondisi psikis pemain memang sempat menurun paska melakukan blunder. Namun, ia menganggap itu sebagai sebuah kewajaran dan pasti terjadi pada pemain bola di mana pun.
“Namanya pemain bola pasti tidak suka bikin kesalahan dan itu (sayangnya) terjadi. Masih ada sesal, guilty feeling, masih ada rasa bersalah kemudian masih ada fokus yang belum kembali, dst,” ungkap Afif.
“Tapi tidak perlu menganggap itu sebagai persoalan yang sangat wah, sampai down banget, jangan. Dalam kacamata saya mereka normal, mereka mengalami situasi yang buruk itu saja dan mereka akan segera kembali ke performa awal,” tambahnya.
Nah, kini yang bisa dilakukan adalah bersama-sama membangkitkan mental bermain. Pemusatan latihan di Bali yang dilakukan mulai tanggal 29 April sampai 4 Mei 2019 juga diharapkan mampu megembalikan kondisi mental pemain menjadi 100 persen. “Tinggal bagaimana caranya kita mengajak mereka untuk cepat pulih, itu saja,” tandasnya. (riz)