Subodro, 13 April 1950 – 18 Mei 2019
Generasi jaman sekarang mungkin tak banyak tahu siapa sosok Subodro. Namun percayalah, banyak hal positif yang telah dilakukan sosok yang dilahirkan di Kota Solo, Jawa Tengah pada 13 Mei 1950 ini bersama Persebaya Surabaya.
Subodro sedari kecil memang sering berpindah-pindah kota tempat tinggal mengikuti ayahandanya yang bekerja sebagai pegawai Pos, Telegraf dan Telepon (PTT). Kota terakhir yang menjadi persinggahannya ketika menginjak usia remaja adalah Kota Surabaya. Orang tua Subodro tinggal di Jl. Perak Barat. Kebetulan persis di seberang rumahnya terhampar Lapangan Prapat Kurung. Di sinilah dia mulai sering bermain sepak bola. Seringnya bermain bola di sana bersama kakak-kakak dan kawan-kawannya membuat Subodro akhirnya terpantau oleh Ketua Assyabaab, M. Barmen. Pada akhirnya Subodro bergabung bersama Assyabaab pada tahun 1967.
Tahun 1968 dirinya terpilih untuk memperkuat skuat Persebaya Junior. Selama dua tahun Bodem, panggilan akrabnya, bertahan di skuad ini. Pada tahun 1970, sepulang memperkuat Timnas Indonesia di Kejuaraan Asia U-21 di Teheran, Iran, Subodro “naik pangkat” menjadi pemain Persebaya Senior.
Selama periode 1970-1972, Subodro masih berposisi sebagai pemain cadangan. Setelahnya, pria ramah ini melesat menjadi pemain inti. Posisi yang ditempatinya dalam posisi 5-3-2 adalah stopper dan gelandang bertahan. Puncak dari karirnya adalah di Kejurnas Perserikatan 1977/78, Bodem turut membawa Persebaya menjadi kampiun. Sebuah gelar juara yang dinantikan oleh publik Jawa Timur dan Surabaya selama 25 tahun lamanya. Subodro pada akhirnya bertahan bersama Persebaya Surabaya hingga tahun 1980. Karena di tahun itu dirinya harus bersekolah Akademi Pendidikan Dalam Negeri (APDN) di Malang hingga tahun 1984. Selesai pendidikan, Subodro masih merasakan menjadi pemain Persebaya hingga tahun 1985.
Setahun kemudian (1986), Subodro banting setir menjadi pelatih. Setelah sebelumnya kursus kepelatihan bersama Rusdy Bahalwan, Mudayat dan Ngurah Rai.
Sebagai asisten pelatih Persebaya Surabaya, Subodro turut menyumbangkan gelar Juara Piala Utama 1990 dan gelar Juara Liga Kansas 1996/97. Uniknya kedua gelar ini adalah hasil kolaborasinya bersama sahabatnya Rusdy Bahalwan yang didapuk menjadi pelatih kepala.
Subodro pun pernah ditunjuk menjadi pelatih kepala Persebaya Surabaya saat menjalani lima pertandingan awal Liga Indonesia V musim 1998/99. Penunjukkan mantan Camat Tenggilis Menjoyo ini menggantikan Rusdy Bahalwan yang ditunjuk oleh PSSI menangani Timnas Indonesia Piala Tiger 1998.
Pagi tadi sekitar pukul 06.30 WIB di bulan Ramadhan ini, Subodro menghembuskan nafas terakhirnya. Terima kasih Abah Bodem atas semua jasa-jasa yang telah diberikan untuk kebesaran dan kejayaan klub Persebaya. Insha Allah husnul khotimah. Amiin. (dpp)