92 Tahun Yang Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Foto: Persebaya.id
Iklan

Tanggal 18 Juni 1927, kita tahu tanggal tersebut adalah tanggal kelahiran sebuah kesebelasan legendaris asal Surabaya. Kesebelasan yang berakar dari SIVB. Walaupun beberapa tahun ke belakang ada perdebatan tentang asal kesebelasan ini. Ada penelitian yang menyebutkan bahwa kesebelasan ini berawal dari SVB. Tetapi yang diyakini mayoritas suporternya adalah SIVB yang lahir tanggal 18 Juni 1927. Ya, kesebelasan tersebut adalah Persebaya yang memiliki 2 gelar Liga hingga sekarang.

Di tahun 2019 ini Persebaya memasuki usia yang ke-92 tahun. Sebuah usia yang tidak muda lagi. Jika diibaratkan manusia, tentu akan sangat luar biasa bisa mencapai usia 92 tahun. Perlu pola hidup yang sehat agar bisa mencapai usia 92 tahun. Lantas, apakah Persebaya saat ini bisa dikatakan hidup sehat? Bisa dikatakan: ya! Kita tidak pernah mendengar ada berita tunggakan gaji selama dua tahun belakangan. Di bawah nahkoda manajemen baru, Persebaya sehat secara finansial. Lalu, bagaiman secara prestasi?

Umur 92 Tahun nyatanya tahun ini memang sedang tidak baik-baik saja. Memang di tahun ini sukses menjadi finalis Piala Presiden, tapi apakah cukup bisa dibanggakan dengan usia saat ini? Tidak sama sekali. Turnamen yang memang sifatnya pramusim dengan bertujuan menyiapkan tim dengan matang untuk mengarungi Liga sesungguhnya sama sekali tidak membuat bangga. Toh juga percuma jika menjuarai turnamen tersebut tapi nyatanya di Liga sesungguhnya malah loyo. Dan itu terjadi di Persebaya saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.

Sebelum Liga bergulir, Persebaya mengadakan uji coba dengan salah satu konstestan Liga 1 yaitu Persela Lamongan. Pertandingan dengan tajuk “Jogo Suroboyo”, tim ini sukses memenangkan pertandingan dengan skor 2-1 lewat gol 2 pemain asingnya, Dutra dan Lizio. Memang pertandingan tersebut sama sekali tidak bisa menjadi acuan dalam mengarungi Liga 1 2019. Apalagi sampai saat inipun, Persebaya masih belum bisa menentukan starting eleven ataupun formasi yang paten sekaligus. Persebaya dengan sebagai tim dengan cap finalis pramusim seharusnya Persebaya bisa memulai awal liga dengan hasil yang positif.

Iklan
BACA:  Menebak Formasi Persebaya di Liga 1

Setelah itu Persebaya bukan seperti kesebelasan besar apalagi di kompetisi resmi, mereka belum sekalipun mencatat sebuah kemenangan baik bermain di kandang sendiri ataupun pertandingan tandang. Miris bukan? Hingga pekan 3 Liga 1 2019, Persebaya hanya bisa meraih 2 kali hasil seri di kandang dan sekali kalah saat tandang. Didukung dengan suporter yang militan dengan rataan terbanyak yang hadir di stadion, nyatanya belum mampu mendongkrak performa tim. Bonek mulai geram dengan hasil ini. Apalagi, yang dilakukan manajemen dari awal musim hanya menciptakan polemik drama. Sebut saja perdebatan rekrut pemain yang gagal mendatangkan Andik dan Evan, dua pemain idola bagi Bonek. Hingga yang terakhir polemik kebijakan evaluasi tim pelatih Persebaya yang berujung pelatih fisik Rudy Eka didepak dari tim.

Dari penulis yang menangkap banyaknya doa dan harapan dari Bonek semua. Maka tak elok jika rasanya terus mengkritisi klub, tetapi sebagai Bonek pun sebagian masih kritis attitude saat di tengah masyarakat lainnya. Jika memaksakan kehendak bahwa menjadi warga Suroboyo harus mendukung dan bangga sebagai Bonek, maka berikan contoh bahwa sebagai Bonek, teman-teman mampu memberikan contoh untuk diri sendiri dan sekitar bahwasanya mencintai kebanggaan tak hanya modal materi, nekat, nyali tapi juga dibekali attitude tanpa membuat risih orang lain. Persebaya adalah klub besar dengan rentetan prestasi dan kejayaannya, Bonek pula dikenal sebagai suporter dengan massa yang banyak dari berbagai penjuru kota bahkan negara, akan sangat disayangkan jika masih ada yang merusak nama baik bonek yang sedang berusaha berbenah diri. Sedang rajin-rajinnya setiap berangkat mbonek menaiki motor menggunakan helm, tapi masih ada pekerjaan rumah seperti tidak bersikap egois dengan melanggar traffic light di setiap jalan yang dilewati, menggunakan kata-kata kasar, menantang dan bahkan menyenggol pengguna motor lainnya hanya karena tidak menuruti sebagian bonek yang melanggar lampu merah lalu sebagian dari mereka bisa merasa bangga dan seenaknya sendiri karena merasa pula banyak teman dan bergerombol. Bagi penulis, itu bukan sikap ksatria dari Bonek, tapi malah menjatuhkan image Bonek yang sering diajak kampanye safety riding oleh aparat kepolisian.

BACA:  Jayalah Negeriku, Jayalah Persebayaku

Semoga bertambahnya umur Persebaya yang ke-92 tahun ini segala polemik yang terjadi akan segera selasai hingga semua pihak dari manajemen,pemain dan suporter bersama-sama mengembalikan nama besar Persebaya untuk mencapai prestasi yang membanggakan bagi Surabaya hingga Indonesia. Selamat ulang tahun Bajol Ijo !

*) Dari kami, sekumpulan pemuda pemudi pencinta Persebaya serta penyuka minuman asli Surabaya yaitu Cokrek. Dapat dijumpai di twitter @cokreksquad27

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display