Siapa sih yang tidak tahu Jojo dan Zoro? Dua maskot Persebaya yang (katanya) imut dan menggemaskan itu.
Jojo merupakan representasi dari buaya, seperti julukan Persebaya, Bajol Ijo. Zoro merupakan representasi dari ikan hiu. Keduanya sekaligus menggambarkan Kota Surabaya yang dalam Bahasa Jawa, berasal dari legenda Suro dan Boyo.
Meski sama-sama menjadi maskot tim kebanggaan arek Suroboyo, keduanya memiliki karakter yang berbeda. Jojo yang memiliki akun Instagram @jojo_bonek terkenal lebih akrab dengan anak-anak kecil. Ia sering terlihat menggandeng maupun menggendong anak-anak kecil, baik itu anak pemain maupun suporter atau yang biasa disebut Bonek Cilik. Sedangkan Zoro yang akun Instagramnya bernama @zorobadboys12, nampaknya lebih akrab dengan para Bonita. Lihat saja foto-fotonya, lebih banyak bersama dengan para bidadari tribun kan?
Lalu, sebenarnya Jojo dan Zoro ini buat apa sih?
Penelitian berjudul Cute, Loveable Characters: The Place and Significance of Mascots in the Olympic Movement mengatikan maskot sebagai suatu rangkaian makna tertulis. Maskot dapat menjadi sarana iklan, pendidik, pembangun komunitas, serta penghubung antara masa lalu dan masa kini.
Beberapa kali Jojo dan Zoro ikut mengiklankan sponsor yang juga bekerja sama dengan Persebaya. Mereka sekaligus membantu mempromosikan produk maupun jasa yang digunakan oleh klub pada khalayak. Tampilan maskot yang menggemaskan tentu lebih menarik untuk promosi bukan?
Selain itu, dua maskot lucu ini juga mampu menjadi pendidik atau edukator. Tentu kita takkan pernah lupa bagaimana Jojo dan Zoro selalu mengajak maskot klub-klub lain hadir ke Gelora Bung Tomo (GBT). Kadang mengajak berjoget atau bernyanyi bersama, seperti ketika bertemu Prabu Persib Jumat (05/07) lalu. Mereka menjadi contoh agar menjaga kedamaian dengan sesama suporter meski memiliki klub kebanggaan yang berbeda.
Kita juga pasti masih ingat ketika Jojo dan Zoro mengadakan kegiatan Hujan Boneka di GBT beberapa waktu lalu. Inilah salah satu peran mereka dalam membangun komunitas yang lebih peduli terhadap sesama. Mereka menyumbangkan boneka hasil kegiatan tersebut untuk anak-anak penderita kanker di rumah sakit di Surabaya, yang kemudian akhirnya ikut dibagikan ke rumah sakit di Jawa Timur karena saking banyaknya hasil boneka yang didapat.
Jojo dan Zoro juga membuat kita yang mungkin baru saja mengikuti perkembangan Persebaya menjadi lebih terbuka pada sejarah. Bagaimana perjuangan Persebaya dan Bonek untuk bisa mempertahankan eksistensi hingga sekarang. Perubahan ke arah yang lebih baik dengan mau bekerja bersama berbagai pihak.
Jojo bukanlah maskot yang hanya sekadar suka menggendong anak-anak kecil atau suka makan. Zoro pun bukan maskot hanya maskot yang suka mlorotin celana ball boy atau berfoto dengan para Bonita. Keduanya merupakan representasi dari Persebaya, Surabaya, dan Bonek. Mereka adalah bunga lapangan. Mereka menyegarkan lapangan dengan penampilan yang lucu, unik, serta tingkah yang menggemaskan (meski kadang menyebalkan).
Tetaplah menjadi kesayangan kami, Jojo, Zoro! Wani!