Kalah atau Seri = Flare, Mau Sampai Kapan?

Flare yang dinyalakan Bonek saat laga Persija. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Ada pemandangan yang nampaknya sudah jadi kebiasaan di GBT. Setiap Persebaya bermain di kandang dan menuai hasil seri apalagi kalah, seringkali ada flare dan smoke bomb yang dinyalakan Bonek. Selain itu, beberapa kali terlihat ada pelemparan di tengah-tengah pertandingan saat ada keputusan wasit yang merugikan Persebaya.

Seringnya Bonek melanggar peraturan yang ditetapkan PSSI membuat Persebaya mendapatkan denda yang sangat tinggi. Hingga putaran pertama Liga 1 2019, denda Persebaya mencapai Rp 1.190.000.000. Banyaknya denda karena pelanggaran selalu diulang-ulang di beberapa pertandingan. Jumlah ini menjadikan Persebaya sebagai juara klub dengan denda tertinggi di putaran pertama.

Tak hanya saat pertandingan di kandang, beberapa kali suporter Persebaya juga menyalakan flare saat pertandingan away. Salah satunya saat Persebaya melawat ke Sleman melawan PSS. Meski flare dinyalakan setelah laga berakhir, hal itu tetap dianggap sebagai pelanggaran. Karena flare atau smoke bomb tak boleh dinyalakan dua jam usai pertandingan berakhir.

Hasil seri apalagi kalah memang megecewakan kita sebagai suporter fanatik Persebaya. Namun penyalaan flare juga tidak mengubah hasil. Mungkin ada yang mengatakan bahwa dengan menyalakan flare, Persebaya bisa berbenah di pertandingan berikutnya. Namun menyalakan flare tetaplah sebuah pelanggaran. Ada banyak cara elegan yang bisa dilakukan suporter agar klub bisa berprestasi.

Iklan

Mencintai klub tidak cukup hanya dengan kata-kata namun juga harus diwujudkan dengan tindakan. Tidak menyalakan flare dan tidak melakukan lemparan apapun hasil yang diraih Persebaya sudah cukup membantu klub.

Jika dipikir secara rasional, jumlah denda yang diterima Persebaya saat ini dibelikan pemain berkualitas tentu cukup. Sayang, jika uang sebesar itu harus diberikan kepada federasi yang selama ini kita benci.

Peran Panpel untuk Mencegah Flare Masuk

Pemeriksaan penonton saat memasuki penonton sebenarnya sangat ketat. Ada tiga ring yang mesti dilewati suporter. Barang-barang bawaan suporter diperiksa. Bahkan penonton yang membawa botol minuman, airnya akan dimasukkan ke plastik. Sayangnya, masih ada pelemparan botol dari tribun. Kok bisa? Ternyata banyak penjual botol minuman di antara para penonton. Jadi ya pemeriksaan ketat di pintu masuk menjadi percuma.

Lolosnya flare juga sangat disayangkan. Panpel memang tidak bisa menuntut kesadaran dari suporter untuk tidak membawa flare. Tapi diperlukan sistem yang lebih ketat mencegah flare masuk ke dalam stadion.

Namun, semua dikembalikan ke Bonek sebagai suporter fanatik Persebaya. Kesadaran untuk tidak merugikan klub sendiri harus dimiliki masing-masing dari kita. Penyalaan flare dan smoke bomb serta pelemparan botol harus dihilangkan saat Persebaya mulai berlaga di putaran kedua.

Semoga Persebaya dan Bonek bisa lebih baik di putaran kedua. Amin.

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display