Persebaya Belum Terlihat Perubahan Signifikan Sejak Datangnya Pikal

Foto: Persebaya.id
Iklan

EJ – Persebaya berhasil mencuri poin di Stadion Tuah Pahoe kandang Kalteng Putra, Jumat (13/9) lalu. Green Force bahkan sempat unggul sebelum disamakan oleh Diogo Campos. Di tengah kabut asap yang menyelimuti Palangkaraya, permainan kedua tim cukup menarik untuk ditonton.

Serangan Kalteng Putra yang dimotori Diogo Campos dan Patrich Wanggai dengan permainan cepat dan tempo yang tinggi, serta Persebaya dengan direct ball dan counter attack yang mematikan dengan mengandalkan Osvaldo Hay dan David da Silva.

Permainan Persebaya di pekan ke-18 ini juga disoroti oleh Rojil Nugroho Bayu Aji, Bonek yang juga penulis buku Surabaya Tionghoa dalam Sepakbola. Menurutnya, permainan Persebaya belum terlihat perubahan signifikan setelah manajemen Persebaya menunjuk Wolfgang Pikal sebagai Asisten Pelatih mendampingi Bejo Sugiantoro. Meski perubahannya tidak siginifikan, namun ada beberapa perbedaan gaya permainan setelah kedatngan Pikal.

“Saat Bejo caretaker, aliran bola pendek-pendek dan merapat tak tik satu dua sentuhan dalam built up serangan. Saat lawan Kalteng terlihat banyak bola direct ke depan dan long pass yang ditujukan ke Da Silva dan kecepatan Haay,” ujar Rojil kepada EJ (15/9).

Iklan

Pria yang juga dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menambahkan strategi long pass dan direct ball yang telah diterapkan Pikal kemungkinan untuk mengantisipasi serangan dan tempo tinggi Kalteng Putra yang memang tampil lebih dominan.

Memang permainan direct pass memberi warna baru bagi permainan Persebaya. Ini bisa dilihat dari peluang Osvaldo Hay yang menerima direct pass dari Rendi Irwan yang hampir menjadi gol. Rojil melihat dari skuad yang ada saat ini gaya bermain aliran bola bawah dengan umpan satu dua sentuhan lebih cocok untuk diaplikasikan dalam pertandingan.

Oleh karena itu, Rojil khawatir jika nantinya Alfred Riedl dan Wolfgang Pikal menerapkan kembali permainan bola panjang yang pernah dilakukan Djadjang Nurdjaman. Karena hal itu akan mengubah lagi ritme yang sudah dibangun oleh pemain Persebaya sehingga harus beradaptasi lagi.

“Memang setiap pelatih memiliki ciri khas dan gaya bermain yang berbeda. Namun permainan khas Persebaya dan pondasi skill pemain-pemain persebaya adalah bola bawah. Formasi 4-3-3 yang diusung Persebaya harus dibangun melalui kerjasama satu dua bola,” ujarnya.

Rojil juga mengkritisi kurangnya pemain Persebaya dalam memanfaatkan bola mati seperti tendangan pojok serta tendangan bebas. Padahal, situasi set piece dapat menolong Persebaya untuk mencetak gol atau menambah skor ketika posisi permainan sedang mengalami deadlock. Di laga kemarin, beberapa kali tendangan pojok gagal dimanfaatkan. Padahal Persebaya memiliki beberapa pemain berpostur tinggi seperti Dutra, Hansamu dan David da Silva.

“Persebaya harus bisa maksimalkan set piece. Selama ini gol tercipta melalui skema open play. Persebaya memiliki Rendi, Irfan Jaya, Ruben, dan Misbakus yang memiliki skill eksekusi bola mati,” pungkas Rojil. (mth)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display