David Da Silva, Paceklik Gol Karena Perbedaan Fungsi

David da Silva. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Berada di urutan kedua daftar pencetak gol terbanyak Liga 1 musim 2018, nyatanya tak bisa menjadi acuan tajam kembali pada musim selanjutnya. Seperti contoh striker Persebaya, David Da Silva yang memang baru bergabung paruh musim kedua Liga 1 2019. Ia sempat hengkang dari Persebaya dan posisinya digantikan oleh Amido Balde.

Amido menjadi harapan baru setelah ditinggal Da Silva. Terbukti, Amido menjadi top skor Piala Indonesia dengan raihan 10 gol. Amido sempat mencetak quattrick ke gawang Persinga di babak 32 besar. Tetapi raihan tersebut tidak dilakukannya di Liga 1. Alhasil, ia didepak dan digantikan oleh Da Silva yang didatangkan dari Pohang Steelers pada paruh musim kedua Liga 1 2019.

Tetapi hingga kini, ia baru bisa mencetak tiga gol dari sembilan kali penampilannya. Lantas kenapa produktifitas Da Silva menurun? Perubahan taktik atau memang performanya sedang menurun?

Striker Telat Panas

Iklan

Menjadi pencetak gol terbanyak kedua Liga 1 musim 2018, dengan raihan 24 gol dari 25 penampilan, membuktikan kualitas seorang striker yang bisa menjadi harapan sebuah tim. Bahkan Da Silva sempat mengalami cedera, tetapi ia bisa kembali dalam performa terbaiknya di paruh musim kedua Liga 1 2018.

Untuk seorang striker, Da Silva memang mempunyai kelengkapan. Skill, dribbling, positioning, speed, dan naluri mencetak gol yang bagus, didukung juga oleh kaki kiri dan kanan sama baiknya dalam hal shooting. Membuatnya sangat diwaspadai oleh pertahanan lawan. Meski begitu ia sempat beberapa kali tidak mencetak gol. Tetapi jika sudah mencetak satu gol, maka terbukalah kran gol selanjtunya.

BACA:  David da Silva dan Otavio Dutra Ikut ke Bantul

Mengandalkan Support Through Pass

Soal penempatan posisi, Da Silva memang selalu ada di sela-sela lawan. Proses beberapa golnya biasanya terjadi demikian. Pada musim lalu ketika Da Silva cetak hattrick ke gawang Bali United, salah satu prosesnya terjadi seperti grafis di bawah.

Grafis: Arvian Bayu/EJ

Striker seperti Da Silva memang harus didukung juga peran dari rekan-rekannya. Beberapa pemain harus paham apa yang diinginkan Da Silva. Kuncinya ada disitu. Jika demikian maka akan mudah untuk bagaimana caranya cetak gol melalui Da Silva. Musim lalu ia jarang digunakan Djanur sebagai pemantul. Ia lebih tau apa yang dimiliki Da Silva dan ia paham betul bagaimana memberikan intruksi terhadap pemain lain untuk support Da Silva melaui through pass, bukan long pass.

Proses gol Da Silva ke gawang PS Sleman itu juga pernah dilakukannya saat menghadapi Bali United musim lalu. Jika pada saat melawan PS Sleman Irfan Jaya yang berada di flank kanan berikan through pass ke Da Silva. Pada saat melawan Bali United, dengan proses yang sama kali ini melalui through pass Osvaldo Haay, Da Silva mampu cetak gol.

Grafis: Arvian Bayu/EJ

Proses gol di atas adalah contoh beberapa gol yang dicetak Da Silva. Muncul di sela-sela pemain lawan dan menunggu trhough pass dari lini kedua, mampu membuatnya mencetak 24 gol musim lalu. Lantas, hingga sembilan penampilannya bersama Persebaya di paruh musim kedua ini mengapa ia seret gol?

Perubahan Fungsi Da Silva

Musim ini ia punya peran berbeda dengan musim lalu. Jika di bawah kepelatihan Djanur ia produktif karena Djanur tahu betul bagaimana memaksimalkan strikernya tersebut. Musim ini di bawah Wolfgang Pikal, ia berubah fungsi. Bukan pelari, bukan juga pembuka ruang. Tetapi lebih kepada fungsi sebagai pemantul bola. Sebenarnya sah saja ketika pemain berubah fungsi. Tergantung kebijakan pelatih dan tidak merugikan tim tentunya. Tetapi perubahan fungsi Da Silva ini menjadi sebuah kerugian. Di mana seorang striker dengan teknik, skill, speed, dribbling, naluri cerak gol bagus, tidak dimaksimalkan dengan baik.

BACA:  Bem-vindo a Surabaya, David da Silva
Grafis: Arvian Bayu/EJ

Da Silva lebih sering menunggu suplai bola dari lini kedua atau flank. Hal itu sah saja dilakukan tetapi support dari lini kedua seharusnya juga balance. Seretnya produktifitas bukan hanya pada Da Silva saja, akan tetapi Persebaya sebagai tim nyatanya juga seret gol. Hal ini yang membuat penulis meyakini seretnya Da Silva bukan berasal dari penurunan performa. Tetapi lebih ke perubahan fungsi.

Masa Depan Da Silva di Tangan Aji Santoso

Setelah Djanur, Bejo Sugiantoro, dan Wolfgang Pikal, kini Aji Santoso punya tantangan untuk mengaktifkan kembali memaksimalkan Da Silva sebagai striker produftif. Aji Santoso Kamis (31/10) resmi dikenalkan sebagai pelatih baru Persebaya, menggantikan Pikal yang mundur. Menarik langkah apa yang akan dilakukan Aji Santoso untuk striker asal Brasil tersebut. Dalam konteks striker, tugas Aji adalah memaksimalkan Da Silva, dalam konteks tim, produktifitas gol harus segera ditingkatkan. Toh tidak ada salahnya jika Da Silva masih akan difungsikan sebagai pemantul. Tetapi produktifitas gol sebuah tim naik. (arv)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display