Persipura: Plus Minus Masalah Transisi

trio legenda persebaya
Jacksen F Tiago saat latihan Persipura di Lapangan Unesa, Rabu (13/11). Foto: Oscar Baadila/EJ
Iklan

EJ – Jacksen F Tiago menjadi sosok penting bagi Persipura. 20 laga di bawah JFT, Persipura menang 12 kali, seri 4 kali, dan kalah sebanyak 4 kali. Tak banyak melakukan perombakan pemain musim lalu, faktanya tidak membuat Persipura kehilangan pola permainan. Meski sempat kesulitan di awal musim di bawah Luciano Leandro. Di bawah JFT, kini mereka kembali ke papan atas. Berada di peringkat 3 dengan mengumpulkan 44 poin dari total 27 laga. Memasukkan 41 gol dan kemasukkan sebanyak 33 gol. Pada pekan ke 28 melawan Persebaya, Persipura ingin membalas kekalahan di putaran pertama di Gelora Bung Tomo, meski performa di tiga pertandingan terakhirnya kurang memuaskan.

Mampu Bermain di Segala Situasi

Persipura harus menjalani laga kandang mereka kali ini di Tenggarong, tepatnya di Stadion Aji Imbut. Mereka harus terusir dari stadion Mandala Jayapura karena stadion tersebut sedang dalam proses renovasi untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 2020. Setidaknya dalam musim ini mereka sudah berganti home base sebanyak tiga kali. Mereka pernah menjadikan Stadion Aji Imbut, Tenggarong, Stadion Gelora Deltas Sidoarjo, dan Stadion Batakan, Balikpapan.

Meski bergontai-ganti home base, tak berpengaruh besar terhadap permainan Persipura. Mereka tetap bermain dengan cara yang sama. Salah satu caranya agar lebih cepat beradaptasi dengan tempat baru adalah datang lebih awal. Cara ini yang membuat para pemain lebih mengenal karakter stadion termasuk penyeusaian terhadap cuaca, bahkan termasuk rumput.

Iklan

Bermain di manapun tak masalah buat Persipura, menjamu Persija di Stadion Aji Imbut misalnya, Persipura tetap bermainan dominan dan mampu mengalahkan Persija dengan skor 2–0 pada 11 Sepember lalu.

Dalam partai lain di Stadion Gelora Delta Sidoarjo menjamu Persela, lagi-lagi Persipura tampil all out dengan memainkan direct dan menang dengan skor 2–0. Tetapi delapan hari berselang, di tempat yang sama Persipura harus menelan kekalahan saat melawan Persib dengan skor 3–1. Hasil lainnya masih di Stadion Gelora Delta adalah menang melawan PSM Makassar dengan skor 3–1.

BACA:  Banyak Gelandang Absen, Akankah Trio Jebolan Internal Menggila Seperti Musim Lalu?

Menjamu Persebaya di Stadion Aji Imbut sepertinya menjadi keuntungan tersendiri bagi Persipura. Permainan direct dan passing-passing pendek sepertinya harus diwaspadai lawan.

Kelebihan: Transisi Lini Tengah ke Depan Bagus

Hampir selalu menggunakan formasi 4-3-3, Persipura bermain bukan hanya bola-bola bawah seperti passing pendek atau one two touch. Mereka juga bagus dalam hal long pass. Setiap pemain Persipura tahu kapan untuk long pass dan kapan untuk delay permainan. Hal ini yang membuat transisi dari lini tengah ke depan berjalan bagus. Persipura adalah salah satu contoh tim yang built-up serangan tidak dari bawah saja atau dua centre back mereka.

M. Tahir, Ibrahim Conteh, Ian Kabes, Inkyun, Gunansar Mandowen, Imanuel Wanggai. Pemain tengah tersebut bisa menjadi kunci transisi dari bertahan ke menyerang dengan sangat bagus. Berbeda dengan built-up yang dilakukan oleh beberapa tim dengan mengandalkan centre back. Centre back Persipura yang kerap diisi Ricardo Salampessy dan Andre Riberio ini lebih cepat mengalirkan bola ke sisi full back atau defensive midfileder.

Berbeda dengan built-up murni dari centre back, mereka lebih sering membaca positioning lawan atau rekan satu tim untuk bisa langsung long pass ke depan. Ini tidak dilakukan oleh centre back Persipura, yang cenderung mengalirkan bola dengan cepat ke sisi flank atau middle third.

Tiga pemain depan yang sering dipasang oleh JFT tentu harus diwaspadai oleh lawan, mengingat siapa pun yang akan mengisi tiga tempat di depan pasti tak pernah berada dalam satu posisi tetap. Artinya mereka selalu melakuakn rotasi sewaktu-waktu. Nama-nama yang mengisi post depan adalah Boaz Salossa, Tod Ferre, Titus Bonai, Lukas Mandowen. Titus Bonai menjadi top skor tim sejauh ini dengan raihan 12 gol.

BACA:  Persipura vs Persebaya, Reuni Sang Kapten dengan Sang Top Skor Era Musim 1996/1997

Kekurangan: Hasil Minor di Tiga Laga Terakhir Akibat Kesalahan Lini Belakang

Jika dalam hal transisi bertahan ke menyerang Persipura cukup bagus, tetapi sebaliknya. Mereka buruk dalam hal transisi menyerang ke bertahan. Ini cukup terlihat dalam tiga partai terakhirnya.

Persipura tak mampu meraih poin penuh di tiga laga terakhirnya. Bukan tanpa sebab, secara produktifitas dari tiga laga tersebut mereka menciptakan 4 gol. Tetapi mereka punya catatan kemasukkan yang buruk dengan jumlah 7 gol. Hal tersebut tentu menjadi indikasi jika lini belakang Persipura sedang dalam keadaan tidak bagus.

Catatan yang terhimpun, mereka lemah dalam situasi skrimit di kotak 16, dua centre back selalu kalah dalam duel bola atas, serta pembacaan situasi yang buruk. Hal ini terjadi ketika Persipura kalah telak melawan PSM Makassar. Proses tiga gol terjadi di dalam kotak 16, karena Salampessy dan Riberio selalu kalah dalam hal antisipasi bola atas juga pembacaan situasi yang butuk.

Di partai sebelumnya saat ditahan 2-2 oleh Bali United, mereka melakukan kesalahan yang sama, di mana lini belakang sangat buruk dalam hal duel bola udara atau dalam hal membaca pemain lawan. Pun sama saat kalah 1-3 melawan Bhayangkara FC. Lagi-lagi kondisi lini belakang yang buruk.

Tentu hal ini menjadi PR tersendiri bagi coach JFT ke depan. Ia tentu tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam tiga laga terkahirnya, yaitu transisi menyerang ke bertahan yang buruk. Lawan bisa saja memanfaatkan kelemahan ini untuk mencuri poin pada Minggu nanti. (arv)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display