Ketika kita berbicara tentang sejarah Persebaya maka kita tidak boleh melupakan jasa dari 30 klub internal Persebaya. Mereka adalah ibu dan bapaknya sepak bola di Surabaya yang selalu merawat Persebaya sejak mulai lahir tahun 1927 hingga saat ini. Persebaya masih tetap eksis mengikuti kompetisi di Republik Indonesia yang kita cintai bersama.
Mereka secara loyal dan konsisten mengikuti kompetisi Persebaya sejak mulai amatir sampai dengan Profesional. Mereka menginisiasi mendirikan Koperasi Persebaya pada 2008 didirikan dengan akta No. 29 tanggal 17 Juni 2008 yang dibuat oleh Notaris Hj. R.AY Sri Hartini, SH yang kemudian diberi nama Koperasi Surya abadi Persebaya. Dan mereka juga yang membidani terbentuknya Perseroan Terbatas pada 2009 didirikan dengan akta No. 24 tanggal 16 juli 2009 yang dibuat oleh Notaris Justiana, SH yang kemudian diberi nama PT Persebaya Indonesia dan mendapatkan pengesahan dari Kemenhumham nomor. AHU-42710.AH.01.01 tahun 2009 tanggal 31 Agustus 2009.
Konflik klub internal Persebaya itu dimulai dengan adanya konflik antar tokoh pengurus berpengaruh di internal Persebaya. Apa sih penyebab dari konflik klub internal tersebut yang berujung 19 klub internal bertahan di Karanggayam dan 11 Klub Internal ini waktu itu tidak mau bergabung dengan Persebaya Karanggayam sehingga berdampak menjadi dualisme Persebaya?
Penyebab dari konflik klub internal pada 2009, awalnya disebabkan oleh kekecewaan tidak transparannya penggunaan dan penyaluran uang pembinaan yang sumbernya dari dana hibah APBD Pemerintah Kota Surabaya kepada Persebaya waktu itu. Sehingga terjadi konflik menjadi dua kubu antara tokoh pengurus yang berpengaruh pada waktu itu. Dan jika kita mau jujur tidak sepenuhnya 11 klub internal salah memilih untuk memisahkan diri dari Karanggayam. Ini hanya masalah prinsip karena adanya ego sektoral dari pimpinan Persebaya pada waktu itu.
Adalah 11 Klub Internal yang saat ini tidak termasuk didalam skema pembinaan yang dilakukan oleh Direktur Amatir Persebaya ini, adalah: PO. Asyabaab, PS. Suryanaga, PS. Reza Mahasiswa, PS. Surabaya FC, PS. Putra Indomaret, PS. AD (Angkatan Darat), PS. Reedo, PS. Mitra Surabaya, PS. Fajar, PS. Setia Naga Kuning, PS. Kresno Indonesia
Sejarah pembinaan sepak bola di Persebaya, maka tidak akan terlepas dari 4 Klub Internal seperti Assyabaab, Suryanaga, Mitra Surabaya, PSAD klub tersebut yang paling banyak mencetak pemain Legendaris Persebaya.
Masih ingat dengan 4 klub internal yang legendaris ini, mungkin untuk generasi milenial saat ini ada yang tidak mengenal 4 klub ini. Akan tetapi bagi generasi 60, 70, 80 dan 90-an pasti mengenal 4 klub internal ini adalah gudangnya talenta-talenta muda sepak bola di Surabaya dan banyak pemain legendaris produk dari pembinaan 4 klub ini. Bahkan sekarang banyak yang beralih profesi menjadi pelatih tersebar di seluruh Indonesia.
4 Klub Internal ini adalah Assyabaab, Suryanaga, Angkatan Darat, dan Mitra Surabaya merupakan klub Legendaris yang menjadi bagian dari 11 Klub internal Persebaya. Klub ini yang paling lama merawat Persebaya sejak mulai lahir tahun 1927 sampai dengan adanya konflik internal yang akhirnya timbul dualisme Persebaya. Pada jaman Persebaya masih berstatus amatir mereka selalu mencetak dan melahirkan pemain-pemain bertalenta tinggi dan Legendaris Persebaya’ sebut saja nama-nama pemain legendaris seperti:
- Assyabaab: Waskito, Rusdi Bahalwan, Subodro, Abdul Kadir, Yacob Sihasale, I Wayan Diana, Subangkit, Yongki Kastanya, Hamid Asnan, Purwono, Sasono Handito, dll
- Suryanaga: Zulkifli Yasin, Rudy Wiliam Kelces, Didik Nurhadi, Lukman Santoso, Slamet Pramono, Santoso Pribadi, Muharom Rusdiana, dll
- Mitra Surabaya: Sunardi Rusdiana, Samsul Arifin, Evan Dimas Darmono
- Angkatan Darat: Joko Malis Mustofa, Mustakim, Budi Santoso, Usman Hadi, Dodi Kuswanto, Maura Hally.
Tidak bisa dipungkiri bahwa 4 klub internal ini adalah penopang dan penyuplai pemain-pemain muda untuk tim Persebaya, yang mempunyai karakter permainan ciri khas arek Suroboyo pejuang tanpa kenal kata menyerah sebelum pertandingan berakhir. Namun sangat disayangkan 4 klub internal legendaris ini tidak termasuk dalam skema pembinaan Persebaya yang saat ini dimiliki oleh PT DBL dan Koperasi Surya Abadi Persebaya.
Selain mencetak pemain legendaris, 4 Klub ini juga mencetak pelatih dan pembina sepak bola Legendaris Persebaya seperti:
- Pelatih: M. Basri (Mitra) Januar Pribadi, Zulkifli Yasin (Suryanaga), Rusdi Bahalwan, Kusmanhadi (Assyabaab), M. Misbach, Kasmuri (PSAD)
- Pembina: dr. Thalib Bob Said, Wiyoko Suwandi, Tiyanto Saputro (Suryanaga), Aly Bahalwan, Mohammad Barmen (Assyabaab), Mangindaan (PSAD), Alexander Wenas, Dahlan Iskan (Mitra)
Para tokoh dari 4 klub internal tersebut sampai saat ini menurut kami belum ada gantinya untuk dalam hal pembinaan pemain khususnya pemain usia muda dan salah satu motivator sepak bola yang handal, mereka adalah sosok yang memberikan kehidupan di sepak bola bukan sosok yang mencari kehidupan di sepak bola Surabaya.
Saat ini sudah tidak ada lagi dualisme PSSI dan tidak adal lagi dualisme Persebaya dan hanya ada 1 (satu) Persebaya. Untuk itu tinggalkan dualisme di klub Internal Persebaya, kemudian buka lembaran baru untuk kembali bersatu seperti dulu guna memperbaiki sistem pembinaan Internal yang pada akhirnya adalah untuk kepentingan pembinaan dan untuk mendukung kelangsungan hidup tim Persebaya.
Banyak anak muda Surabaya yang berlatih di 11 klub internal bercita-cita untuk bisa mengikuti kompetisi internal Persebaya dengan harapan bisa terjaring mengikuti seleksi menjadi pemain Persebaya. Demikian halnya orang tua mereka berkeinginan dan bangga jika anak nya nanti bisa terjaring mengikuti seleksi menjadi pemain Persebaya. Namun apa daya anak-anak dan orang tua selalu menangis karena impian mereka tidak bisa terwujud dikarenakan mereka dianggap bukan menjadi bagian dari skema pembinaan Persebaya Amatir, alias sudah tidak diakui lagi menjadi bagian dari pembinan Persebaya Amatir.
Entah kenapa saat ini ada pihak-pihak tertentu yang paling dominan dan berpengaruh di klub internal Persebaya tidak mau apabila dilakukan rekonsiliasi klub internal. Tentunya dalam kondisi seperti ini bapak Azrul Ananda selalu CEO PT Persebaya Indonesia dan Presiden Persebaya lebih bijaksana untuk menyikapi konflik klub internal ini dan tidak boleh didiamkan terus berkonflik.
Sebagai pemegang otoritas dan decision maker di PT Persebaya Indonesia bisa saja memeritahkan Direktur Amatir PT Persebaya Indonesia yang saat ini sebagai pengelola dan pelaksana pembinaan kompetisi Internal untuk segera melakukan rekonsiliasi. Namun sebelum itu dilakukan bapak Azrul Ananda bisa mendatangi pengurus 11 klub internal dan mantan pengurus PT Persebaya Indonesia yang saat ini tidak tergabung di dalam manajemen PT Persebaya Indonesia untuk bisa dengar pendapat dengan mereka sehingga infomasinya berimbang.
Apabila hasilnya positif, maka lakukan rekonsiliasi 30 klub internal Persebaya. Setelah itu hasilnya laporkan kepada Dispora atau bila perlu kepada Wali Kota Surabaya. Bahwa di Surabaya sudah tidak ada lagi konflik dualisme klub internal Persebaya. Barangkali ini bisa menjadi awal yang baik hubungan antara PT Persebaya Indonesia dengan Pemkot Surabaya. Dan salah satu upaya membuka pintu untuk menyelesaikan Problem Home Persebaya dan problem kompetisi internal Persebaya yang saat ini mengungsi menggunakan lapangan di wilayah Sidoarjao. Sangat ironis apabila Persebaya dan kompetisi internal tidak ada problem selama bertahun-tahun terkait dengan penggunaan stadion maupun lapangan di Karanggayam.
Bahwa 11 klub internal saat masih tercatat sebagai anggota dan pendiri Koperasi surya Abadi Persebaya, peraturan perundangan mensyaratkan berhenti menjadi anggota koperasi adalah; mengundurkan diri, diberhentikan karena melanggar AD/ART dan meninggal dunia, adalah upaya terakhir (ultimum remedium) dilakukan apabila niat baik dari 11 klub internal untuk rekonsiliasi tidak ada sambutan yang baik dan menemui jalan buntu, tentunya mereka juga punya hak untuk menyelesaikan secara hukum berkaitan dengan hak-hak mereka selaku pendiri dan anggota Koperasi Surya Abadi Persebaya yang juga selaku pendiri dan pemilik saham PT Persebaya Indonesia.
Rekonsiliasi klub internal Persebaya adalah keniscayaan yang harus dilakukan saat ini demi kebaikan dan kemajuan sepak bola di Surabaya khususnya Persebaya. Disarankan para pegiat bola internal agar untuk meletakkan ego sektoralnya masing-masing, khususnya para petinggi Persebaya Amatir dan petinggi klub internal yang saat ini termasuk dalam skema pembinaan Persebaya Amatir. Dan perlu diketahui bahwa melakukan pembinaan sepak bola Surabaya adalah hak milik kita bersama, bukan hak milk golongan apalagi milik perorangan.
Janganlah selalu melihat kesalahan yang dilakukan, tetapi lihatlah jasa dan kebaikan yang sudah dilakukan. Indahnya rekonsiliasi dan indahnya bersatu kembali dalam pembinaan internal Persebaya.