EJ – Adakah yang masih ingat kejadian penting apa yang terjadi pada 8 Januari 2017? Tepat pada 8 Januari 2017, Persebaya Surabaya kembali diakui statusnya sebagai anggota PSSI dan kembali dapat mengikuti kompetisi setelah dicoret dari keanggotaan sejak 2013.
Melalui kongres tahunan PSSI di Hotel Aryaduta Bandung pada 8 Januari 2017, PSSI menyatakan Persebaya dipulihkan status keanggotaannya di PSSI dan berhak berkompetisi lagi melalui kompetisi tingkat kedua atau divisi utama (Liga 2, red) karena memperhatikan faktor sejarah klub.
Selain Persebaya terdapat enam klub lain yang dipulihkan status keanggotaannya di PSSI, yaitu Persibo Bojonegoro, Persema Malang, Arema Indonesia, Lampung FC, Persipasi Kota Bekasi dan Persewangi Banyuwangi, namun keenam klub tersebut harus bertanding melalui kompetisi Liga Nusantara atau strata kompetisi sepakbola terendah di Indonesia.
Tentu kita masih ingat bagaimana sepak bola Indonesia pernah mengalami fase kelam dan carut marut pada medio 2011-2012 karena banyak terjadi dualisme di persepakbolaan Indonesia. Mulai dari dualisme PSSI, dualisme asosiasi pemain sepak bola profesional, dualisme liga, dualisme timnas, hingga dualisme klub. Termasuk Persebaya di dalamnya yang mengalami dualisme klub, antara Persebaya yang dikelola PT Persebaya Indonesia dan Persebaya yang dikelola PT Mitra Muda Inti berlian (PT MMIB).
Satu per satu permasalahan dualisme mulai terselesaikan melalui Kongres Luar Biasa PSSI pada 17 Maret 2013 di Jakarta. Namun, masih terdapat dualisme yang belum selesai seperti dualisme asosiasi pemain sepakbola profesional dan dualisme klub sepakbola. Selain itu, prestasi sepakbola Indonesia juga tak kunjung membaik pasca Kongres Luar biasa PSSI 2013. Bahkan, setelah itu keanggotaan Persebaya dicoret PSSI.
Pasca Pilpres 2014 dan ditunjuknya Imam Nahrawi sebagai Menteri Pemuda Olahraga pada saat itu, muncul tuntutan dari berbagi pihak, salah satunya dari Bonek kepada Imam Nahrawi untuk menyelesaikan permasalahan sepakbola Indonesia, khususnya mengenai nasib Persebaya yang dicoret keanggotaannya dari PSSI.
Imam Nahrawi menyikapi permasalahan sepak bola Indonesia pada saat itu dengan mengeluarkan beberapa surat teguran kepada PSSI untuk memperbaiki sistem pengelolaan sepak bola nasional dan juga mengenai penyelesaian status dualisme klub yang masih ada seperti Persebaya dan Arema namun diacuhkan oleh PSSI.
Pada 16 April 2015, Menpora akhirnya mengeluarkan Surat Peringatan Terakhir (SP3) kepada PSSI. Namun, surat tersebut juga diabaikan oleh PSSI yang pada saat itu sedang mempersiapkan Kongres Luar Biasa PSSI di Hotel J.W Marriot Surabaya pada 18 April 2015 dengan agenda pemilihan Ketua Umum PSSI. Bersamaan dengan KLB PSSI tersebut juga digelar aksi long march turun ke jalan dari ribuan BonekĀ yang menolak KLB PSSI saat itu dan menuntut Persebaya dikembalikan status keanggotaannya.
Pada 18 April 2015, Menpora mengeluarkan surat yang berisi pembekuan PSSI dan tidak mengakui segala kegiatan PSSI. Puncaknya, pada 30 Mei 2015 FIFA membekukan keanggotaan PSSI di FIFA karena adanya intervensi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga yang membekukan PSSI.
Pada 10 Mei 2016, Imam Nahrawi menandatangani surat pencabutan pembekuan PSSI, atas hal itu FIFA mencabut sanksi pembekuan keanggotaan PSSI saat kongres FIFA di Meksiko pada 13 Mei 2016. Setelahnya baik PSSI dan Menpora sepakat untuk menyelesaikan carut marut sepakbola Indonesia salah satunya dengan menyelenggarakan Kongres Luar Biasa PSSI pada akhir 2016.
Pada medio 2016 menjadi bagian penting dalam sejarah kebangkitan Persebaya, di mana terdapat Gugatan Hak Merek dan Logo dari PT MMIB terhadap PT PI di Pengadilan Negeri Surabaya dan ribuan Bonek selalu hadir mengawal disetiap agenda persidangannya serta selalu memenuhi Jl. Arjuno Surabaya. Dimana akhirnya PT PI selaku tergugat memenangkan sengketa tersebut dan berhak atas penggunaan Merek dan Logo Persebaya. Hal ini penting dicatat dalam sejarah kebangkitan Persebaya, karena mendudukkan secara jelas siapa Persebaya yang asli di mata hukum.
Pada tanggal 10 November 2016 di Ancol, Jakarta, PSSI mengadakan Kongres Luar Biasa dengan agenda utama memilih ketua umum yang baru. Namun sayangnya nasib Persebaya gagal dibahas karena dicoret dari agenda pembahasan kongres karena mayoritas voters menolak agenda tersebut. Hal ini sempat mengecewakan Bonek yang sempat melakukan aksi gruduk Jakarta dan menantikan bagaimana nasib Persebaya selanjutnya.
Saat Kongres Tahunan PSSI di Bandung, tanggal 8 Januari 2017, Bonek kembali melakukan aksi Gruduk Bandung untuk mengawal pembahasan nasib Persebaya, karena sebelumnya Bonek merasa kecolongan pada saat KLB PSSI di Ancol, Jakarta 2016 lalu. Akhirnya pada kongres ini nasib Persebaya dibahas dan dipulihkan keanggotaannya di PSSI bersama dengan enam klub lain yaitu Persibo Bojonegoro, Persema Malang, Arema Indonesia, Lampung FC, Persipasi Kota Bekasi, dan Persewangi Banyuwangi.
Melihat dari lika-liku perjuangan Persebaya sudah terbukti bahwa memang daya juang Bonek dan Persebaya begitu kuat dan tidak dapat diragukan lagi. Karena perjuangan tersebut, hasilnya dapat dinikmati Bonek pada saat ini. Persebaya kembali berprestasi di Kompetisi Sepakbola Nasional, dimulai dari Juara Liga 2 2017, kemudian disusul sebagai peringkat kelima Liga 1 2018 dan terakhir sebagai Runner Up Liga 1 2019.