EJ – Persebaya akhirnya melengkapi jatah empat kuota pemain asing di Liga 1 musim 2020. Nama terakhir yang bergabung adalah Makan Konate. Gelandang serang asal Mali tersebut resmi bergabung dengan Persebaya lewat unggahan media sosial official Persebaya Surabaya.
Saga transfer Makan Konate memang sudah gencar sejak awal Januari. Bonek dan Bonita sebetulnya sudah bisa menebak kalau Konate bakal bergabung di tim Green Force. Bahkan kode bergabungnya Konate kian menjadi kenyataan kala Persebaya melakoni laga Forever Game menghadapi Persis Solo (11/1) saat Presiden Persebaya, Azrul Ananda mengatakan soal bursa transfer. “Beberapa hari lagi kita bisa dengar kabarnya sambil makan-makan,” ucap Azrul.
Makan Konate bukanlah sosok yang asing bagi pecinta sepak bola Indonesia. Pemain yang bakatnya ditemukan oleh pelatih Mundari Karya, kemudian diboyong menuju skuad PSPS Pekanbaru di tahun 2012. Nama Konate kian terkenal kala berhasil membawa Persib Bandung menjuarai Liga Super Indonesia musim 2014 dan satu gelar Piala Presiden 2015. Berlanjut satu gelar Piala Presiden bersama Arema FC pada 2019.
Selain dengan penampilan yang memukau di lapangan hijau. Makan Konate adalah sosok religius di luar lapangan. Menjadi pesepakbola muslim yang bermain di negara mayoritas muslim tentu mempermudah Konate dalam menjalani aktivitas ibadahnya. Hal itu juga menjadi alasan Konate lebih memilih bermain di Indonesia. Banyaknya masjid yang gampang ditemui menjadi berkah tersendiri bagi Makan Konate selama berkarir di Indonesia
Sama halnya seperti beberapa pemain asal Afrika yang sukses menjadi pemain profesional di luar negaranya namun tak lupa akan kampung halamannya. Seperti Saido Mane yang membangun sekolah di negaranya Senegal. Atau Mohammed Salah yang ikut mendanai sebuah pembangunan rumah sakit di kampung halamannya, Mesir. Makan Konate demikian, memilih menikmati masa liburannya di kampung halamannya, Mali.
Dilansir dari akun Instagram @info_foot_mali, Makan Konate mengadakan sebuah turnamen sepak bola bertajuk Coupe Makan Konate alias MK10 di distrik Kati, Mali. Turnamen yang diadakan Konate bertujuan menemukan bakat muda sepak bola lokal di daerah tersebut. Di mana pemenang pertama mendapat 300.000 CFA atau kurang lebih mendapat 7 juta rupiah dan juara kedua mendapat 125.000 CFA atau kurang lebih 3 juta rupiah. (osc)