Ketika Mustaqim Bicara Fanatisme Persebaya 1987/88: Nek Isok Mati Nang Lapangan

Mustaqim dan Benny Van Breukelen. Foto: Rizka Perdana Putra/EJ
Iklan

EJ – Mustaqim merupakan salah satu penggawa Persebaya Surabaya ketika juara perserikatan tahun 1987/1988. Ia mencoba membandingkan Persebaya di era tersebut dengan skuad Persebaya tahun ini yang juga ditargetkan meraih gelar juara.

“Saya pikir sekarang beda ya,” ucap Mustaqim. “Kalau dulu fanatisme lebih ditekankan, bahkan sampai nek isok mati nang lapangan (kalau bisa mati di lapangan, red),” ucap pelatih 55 tahun itu.

Ya, sama-sama ditarget meraih gelar juara, skuad Persebaya saat ini menurut Mustaqim tidak bisa dibandingkan dengan skuad era perserikatan. Dulu, pemain hanya dibayar seadanya, belum profesional. Kini, pemain memang dibayar untuk fokus bermain sepak bola.

BACA:  Mustaqim, Kembalinya Sang Juara 1988

“Sekarang kan era profesional, sekarang mestinya pemain lebih baik daripada zaman saya. Di era 80-an lisensi masih seadanya, sekarang sudah sampai A Pro, sepak bola sekarang sudah begitu maju,” nilai Mustaqim.

Iklan

Namun, melihat komposisi skuad yang ada sekarang, mantan pemain Persebaya era 1985 sampai 1988 itu cukup optimis. Tapi, lebih penting, pemain harus memiliki tekad untuk meraih hasil lebih baik dari musim lalu.

“Musim kemarin runner-up, sekarang yang ada di benak mereka tentu harus lebih baik dari runner-up. Itu target manajemen dan kami semua, kami akan berikan yang terbaik.”

BACA:  Jaga Kondisi Mustaqim Bersepeda Sampai Taman Dayu

Nah, sebagai sosok yang ikut mengantarkan Persebaya juara 1987/88, bahkan turut menyumbang satu gol di partai final lawan Persija, Mustaqim memberikan satu resep kepada pemain. Kunci sederhana agar Persebaya bisa kembali meraih gelar juara.

“Yo Wani, nggak onok maneh, wani tok isine (Ya berani, tidak ada lagi, yang ada cuma berani),” ucap Mustaqim dengan mantap. (riz)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display