Pertama-tama mari sama-sama kita ucapkan selamat untuk Persebaya dan juga untuk Bonek. Kita menjadi yang terbaik di Piala Gubernur Jatim edisi 2020. Ini tentu saja wajib untuk dirayakan dan juga disyukuri karena hegemoni di awal 2020 kita menjadi yang terbaik di Jawa Timur.
Namun, seperti judul, apa selanjutnya? Apa sih sebenarnya arti dari juara di turnamen ini? Sesungguhnya saya melihat hajatan Piala Gubernur Jatim 2020 ini adalah turnamen pemanasan sebelum masuk ke kompetisi resmi. Di hadapan, ASEAN Club Championship dan Liga 1 2020 yang mulai bulan ini juga, dengan kick off tanggal 29 Februari. Praktis arek-arek punya waktu 8 hari untuk menuju ke pembukaan Liga 1 2020.
Dari awal, sebenarnya (menurut saya) jadi juara atau tidak di Piala Gubernur Jatim ini bukanlah hal yang paling penting. Target sebenarnya harusnya adalah pembentukan dan juga pematangan tim itu sendiri. Pemain-pemain harusnya dicoba semuanya, mulai dari kiper, kiper cadangan, sampai dengan para pemain muda. Pun juga dengan formasi dan juga sistem bermain yang harusnya dicoba semua, dengan beberapa skenario.
Ketika Persebaya kalah melawan Bhayangkara, sesungguhnya ini bukanlah hasil yang buruk, karena judulnya adalah uji coba. Pun kemenangan atas Arema, Madura United dan bahkan Persija di final. Memang luar biasa, tapi lagi-lagi tujuan utamanya adalah uji coba.
Namun anehnya pemain-pemain kerangka selalu dipasang coach AS, dan bahkan benar-benar dijadikan tulang punggung. Dari semua pertandingan yang dilakoni, motor tim Makan Konate dan goal getter David Da Silva selalu dipasang. Pun demikian dengan kiper anyar Rivki Mokodompit.
Kejadian ini mengingatkan apa yang terjadi sebelum dimulainya liga 1 2019/2020 yang lalu. Persebaya berpartisipasi dan tampil moncer di Piala Presiden, dan mampu meraih posisi runner up, karena dikalahkan Arema di partai puncak. Trio Dzalilov, Balde dan Lizio menjadi sosok yang tak tergantikan dan mampu menjadi motor tim dengan penampilan yang ciamik.
Tapi apa yang terjadi setelah kompetisi liga 1 2019 dimulai? Trio pemain ini seakan kehilangan daya magisnya. Serangkaian raihan negative pun diraih oleh Bajol Ijo dan berujung pada pemecatan kang Djanur, pelatih berpengalaman yang pada liga 1 2018 membawa Green Force finish di 5 besar. Fakta “aneh” lagi adalah, keempat tim yang hadir di semifinal Piala Presiden edisi 2019, kesemuanya terseok-seok di awal kompetisi, bahkan Kalteng Putra berujung tragis terdegradasi di akhir kompetisi Liga 1.
Inilah hal yang saya perhatikan di awal-awal keikursertaan Persebaya di Piala Gubernur Jatim ini. Apa visi yang dibawa tim? Saya memperhatikan coach AS melakukan banyak rotasi di lini belakang, dan juga lini tengah. Komposisi defender tim hampir selalu berganti dari pertandingan awal sampai dengan final. Hanya posisi kiper yang tidak diutak-atik di lini belakang. Saya sempat cemas akan hal ini, karena bisa jadi gap antara Rivky dan kiper pelapis akan sangat lebar. Beruntung Angga Saputra jadi bergabung.
Pun demikian striker yang selalu bertumpu dari awal turnamen sampai dengan final pada sosok Davi da Silva. Kita semua tahu bagaimana kualitas pemain dengan nomor punggung 7 ini, sebagai striker yang komplit. Namun, saya jadi teringat di musim Liga 1 2018 di mana David sempat beberapa kali absen. Beruntung saat itu kita memiliki Osvaldo yang menjelma menjadi striker dadakan dengan hasil yang cukup memuaskan. Saya cukup menyayangkan kurang dicobanya striker-striker lain oleh coach AS dengan porsi yang berimbang di turnamen ini.
Lalu sosok Makan Konate. Pemain yang satu ini sama sekali tidak ada keraguan. Skill, kemampuan, dan adaptasinya sangat luar biasa. Visi bermain, assist, dan gol semua mampu dihadirkan dari pemain bernomor punggung 10 ini. Saya sangat berharap pemain ini dapat bermain di semua pertandingan Liga 1. Coach AS hampir sama sekali tidak pernah mencoba pemain lain menggantikan Makan Konate. Dengan kapasitasnya di dalam tim, saya khawatir kalau (amit-amit) dia absen, maka Persebaya akan mengalami ketimpangan.
Kita semua tentu berharap Persebaya akan finish di posisi yang lebih tinggi dari raihan runner-up musim lalu, musim ini menjadi juara. Posisi ini tentu saja diraih dari konsistensi mendapatkan poin 3 sedari awal kompetisi dimulai. Raihan positif di Piala Gubernur Jatim 2020 diharapkan menjadi momentum awal dari kesuksesan Persebaya di Liga 1 2020. Persik Kediri akan menjadi lawan pertama dan mendapatkan 3 poin sudah ada di sana menjadi harapan semua Bonek. Jika tidak, maka visi mengikuti turnamen pra kompetisi mendatang wajib direvisi.
Kini, kita rayakan gelar juara ini, lalu lebih penting lagi, semoga kita bisa merayakan gelar juara Liga 1 2020 di akhir kompetisi nanti, amin!