EJ – Mengawali laga perdana di Liga 1 2020 sebagai partai pembuka dan bermain sebagai tuan rumah, nyatanya tak membuat Bajol Ijo mudah meraih poin penuh. Persebaya harus rela berbagi angka dengan tim promosi musim ini, Persik Kediri. Di atas kertas jelas skuad Persebaya seharusnya dengan mudah meladeni permainan tim yang baru saja mereka kalahkan dengan skor 3-1 pada pra musim di Piala Gubernur. Tetapi kini, Persik mampu membalikkan keadaan sehingga membuat Konate dkk sulit mengembangkan permainan selama hampir 90 menit. Lantas apa yang kurang dari Persebaya selama 90 menit tersebut, apa saja yang belum dilakukan sehingga skor 1-1 di babak pertama bertahan hingga babak kedua berakhir.
Babak Pertama: Built up Serangan tak Berjalan
Menarik jika melihat 10 menit pertama jalannya laga, Persebaya yang diprediksi mampu mendominasi pertandingan dengan mudah, nyatanya malah dibuat kerepotan oleh Macan Putih. Kedua tim saling jual beli serangan, terutama lini tengah Persik yang memainkanpressing bagus, membuat jarak antar pemain Persebaya terlalu jauh, dan ini berlangsung cukup lama. Persik yang di awal turun dengan formasi 4-3-3, tetapi kenyataan di lapangan berbeda. Persik memainkan 3-5-2, terlihat ketika bertahan dua wing back mereka turun sehingga menempatkan lima pemain di lini pertahanan.
Persebaya masih sulit keluar dari zona yang dibuat Persik. Eid dan Irfan Jaya tidak terlihat turun jemput bola ketika lini kedua akan alirkan bola ke depan. Ditambah fullback mereka tak pernah sekali pun coba bantu serangan. Sebenarnya Persik tak juga meneyerang melalui sisi sayap. Tetapi Koko Ari dan Irianto tak juga membuka ruang dengan cara maju. Sementara Konate kesulitan alirkan bola ketika built up karena Aryn dan Hambali tak cepat naik. Situasi seperti gambar di bawah ini menujukkan mengapa Persebaya kesulitan kembangkan serangan.
Irfan Jaya bergerak terlalu melebar dan berada di posisi yang membuat Koko Ari tak bisa ikut naik. Sementara Konate ketika dapat bola di tengah langsung ditunggu dua pemain Persik. Ruang di middle third (tengah) yang ditinggalkan Persebaya ini menjadi masalah karena itu adalah ruang milik Konate. Sebagaimana ia kerap eksploitasi sisi tersebut. Ketika ruang tersebut dikunci dan sisi sayap Persebaya tak merespon dengan baik, maka berhentilah arus bola ke depan.
Hingga 20 menit jalannya laga belum ada satu shoot on target satu pun dari kedua tim. 10 menit berikutnya duel di lini tengah masih terjadi. Persebaya masih kesulitan bangun serangan, sementara Persik masih melakukan pressing dengan tak merapat ke pemain lawan, tetapi memberikan space, sehingga ketika lawan dapat umpan maka mereka dengan mudah mematahkannya. Ini mengapa sebabnya Persebaya sering kehilangan bola di middel third, karena pressing yang diterapkan oleh Persik sengaja dengan cara tersebut.
Pada beberapa kesempata Eid dan Ifan Jaya bertukar posisi, tetapi lagi-lagi bukan solusi karena kedua winger ini bermain terlalu melebar. Fullback mereka akhirnya stuck di posisi masing-masing. Bola masih bergulir di lini tengah. Di menit 33 Persik justru mampu mencuri gol terlebih dahulu melalui pinalti Gaspar Vega setelah Hansamu melakukan hands ball. Empat menit kemudian Persebaya samakan kedudukan melalui tandukan Hansamu berkat assist Eid dari skema free kick. Skor imbang menyudahi jalannya babak pertama. PR berat menanti coach Aji dalam 15 menit jeda laga.
Babak Kedua: Baru Panas Sepertiga Akhir Babak
Coach Aji langsung berbenah, lini tengah yang tak juga menunjukkan perkembangan langsung diubah. Hambali keluar dengan diganti Kambuaya. Perubahan langsung terlihat, Kambuaya lebih berani maju ke depan membuka ruang bagi Konate untuk masuk, menjadi pemantul bola di lini tengah. Malah beberapa kali Kambuaya terlihat berada di kotak enam belas lawan. Lini tengah menjadi lebih terbuka, tetapi dalam keadaan tersebut, Persik akhirnya menumpuk pemain di final third mereka.
Masuknya satu pemain mampu mengubah skema permainan juga. Setelah tak pernah terlihat naik, kini Koko Ari dan Irianto beberapa kali terlihat bantu serangan. Aji Santoso tak ingin melewatkan momen ketika timnya sedang kuasai pertandingan. Eid keluar digantikan Oktafianus. Tetapi yang menarik, Oktafianus sering terlihat di posisi tengah sebagai attacking midfielder, sementara Kambuaya berada di winger.
Perubahan taktik ini membuat Persebaya mampu dominasi pertandingan. Sebelumnya bola sulit masuk ke daerah pertahanan Persik, kini Persik dalam tekanan. Tetapi peluang demi peluang masih menemui jalan buntu. Solidnya lini pertahanan Persik yang menumpuk para pemain di depan kota pinalti mereka belum. Sebenarnya Persebaya harus melakukan sesuatu seperti peralihan bola dari sisi sayap ke sayap. Sehingga posisi penumpukan pertahan Persik terpecah. Tetapi ini urung dilakukan Persebaya, padahal Koko Ari dan Irianto sudah naik.
Masuknya Patrich Wanggai belum cukup membongkar rapatnya pertahanan Persik, karena kurang jelas posisi Wanggai ini untuk apa. Karena ia malah terlihat berada di tengah bertindak sebagai attacking midfielder. Posisinya juga lebih ke dalam dari pada Kambuaya yang notabene bukan striker.
Catatan Sepak
Persebaya ternyata belum punya banyak plan ketika serangan mentok. Pergantian pemain memang sedikit banyak mampu mengubah jalannya laga seperti yang dilakukan pada babak kedua. Tetapi bukankah dengan pemain yang sama, skema permainan bisa diubah? Inisiatif dari masing-masing pemain pada pertandingan belum terlalu terlihat. Persebaya punya banyak pemain dengan multi fungsi. Tentu dengan begitu taktik bisa diubah pada saat laga berjalan. Mengganti formasi atau perubahan antar pemain bisa dengan mudah dilakukan jika memang harus dilakukan pada saat itu juga. Pertandingan melawan Persik punya pelajaran yang sangat banyak bagi tim Persebaya. Perbanyak plan ketika tim dalam keadaan buntu, karena skuad yang ada saat ini bisa melakukan hal itu. (arv)