PERSIPURA: Belum Temukan Pola di awal Liga

Foto: Liga-indonesia.id
Iklan

EJ – Persipura mengawali laga perdana di Liga 1 2020 dengan start yang terbilang tidak mulus. Bukan hanya dari raihan hasil dalam dua match terakhirnya, dengan catatan satu menang dan satu imbang. Terlalu dini memang jika menilai secara keseluruhan kekuatan tim hanya dari dua laga awalnya. Tetapi masalah Persipura sebenarnya adalah mereka belum temukan formula secara keseluruhan dalam strategi permainan. Jika hasil di atas dirasa kurang bagus, maka dari pola permainan dalam dua laga terakhirnya, Persipura juga dalam keadaan yang tak terlalu bagus. Ada beberapa PR besar menanti coach Jackson F. Thiago, salah satunya tentu para pemain Persipura yang kerap melakukan pelanggaran tak perlu. Tapi bisa jadi itu memang strategi bukan? Jika melihat latar belakang pelatihnya, itu jelas tidak mungkin. Kematangan permainan Persipura akan diuji saat bertemu Persebaya pada Jumat (13/03).

Kesulitan Temukan Formasi

Persipura menang tak mudah dalam laga awalnya ketika menjamu PSIS di Manado. Skor memang menuliskan 2-0, tetapi dari dua gol tersebut bisa dibilang hasil kesalahan para pemain belakang PSIS, meski juga keduanya tercipta secara open play. Ketika itu Persipura bermain dalam formasi 4-2-3-1. Saat kalah melawan Borneo pada pekan selanjutnya, Persipura memainkan formasi 4-3-3. Meski sebenarnya M. Tahir dan Matsunaga dipasang sebagai defensive midfielder sejajar. Bedanya saat menghadapi Borneo, Matsunaga lebih sering berada di depan bekerja sama dengan Amaral, pemain asal Brasil, salah satu pemain yang perlu diwaspadai Persebaya nanti.

Kesulitan itu terlihat dari pola permainan anak asuh JFT ketika sering sekali melakukan pelanggaran tak perlu. Saat bertemu PSIS misalnya, Persipura mendapatkan empat kartu kuning. Ketika bertemu Borneo FC satu kartu merah dan satu kartu kuning didapatkan. Saya kira itu akibat belum temunya formula yang pas, terutama dalam masalah transisi bertahan. Karena hampir seluruh pelanggaran tersebut berawal dari ketika lawan melakukan counter attack.

Iklan

Padahal Persipura tak pernah menelan kekalahan dan JFT sempat puas terhadap anak asuhnya ketika program TC di Malang dan Yogyakarta jelang bergulirnya Liga 1 2020. Dalam pemusatan latihan tersebut, Mutiara Hitam melakukan tujuh kali uji coba di mana mereka sukses menang melawan Putra Jaya, Asifa FC, Metro FC, dan juga tim Liga 2 Sriwijaya FC. Sementara itu saat bertemu Persita, Sulut United, dan PSS. Boaz Solossa dkk harus puas dengan hasil imbang.

Berharap Ketajaman Lini Depan

Liga sudah berjalan, tetapi PR bagi coach JFT lainnya adalah ketajaman lini depan. Dua gol yang dicatatkan oleh Perspura di partai perdana melawan PSIS dicetak oleh Boaz dan pemain tengah mereka, Gunansar Mandowen. Semua gol itu dicetak pada babak kedua saat bertemu dengan PSIS.

Saya masih agak bingung mengapa Persipura berani merekrut Sylvano Comvalius. Musim lalu saat berseragam Arema, Comvalius mencatatkan 27 kali penampilan dan hanya mencetak 5 gol saja. Sebuah hasil yang tentu tidak menggebirakan untuk seorang striker asing. Tetapi kita tentu ingat ketika Comvalius masih berada di Bali United, catatan top skor Liga 1 musim 2017 pernah ia raih. 37 gol ia sarangkan ke gawang lawan. Mungkin coach JFT berharap sang pemain bisa mengulangi masa suburnya itu.

Bantuan Datang dari Lini Kedua

Thiago Amaral boleh jadi pemain yang harus diwaspadai pada partai nanti. Ia punya umpan akurat dan shooting keras dan terarah. Beberapa kali ketika ada celah pada lawan, baik ketika bertemu PSIS dan Borneo ia lakukan kelebihan-kelebihan tersebut. Ia juga sudah sumbangkan satu assist untuk Persipura. Amaral juga sering berada pada posisi yang tepat dengan waktu pas. Artinya ia punya visi permainan yang bagus.

Selain itu mereka masih punya Todd Ferre, pemain kecil lincah itu diberi kebebasan oleh coach JFT. Dukungan dari Matsunaga ketika built up serangan juga sangat diperlukan. Pada intinya Persipura masih punya opsi lain ketika lini depan mereka tak bisa berbuat banyak. Solusi bisa datang dari lini kedua.

Lemah dalam Transisi Bertahan

Ketika bertemu Borneo FC, Persipura dibikin kesulitan karena anak asuh Edson Tavares bermain direct. Ini terlihat ketika Artur Cunha mendapatkan kartu merah setelah tak mampu mengejar Terens Puhiri. Sehingga sebagai orang terakhir ia hentikan dengan tarikan. Bisa jadi situasi ini yang akan dimanfaatkan oleh Persebaya nanti. Mengingat anak asuh Aji Santoso cukup apik dalam memainkan direct ball.

Selain masalah transisi bertahan, Persipura juga agak lemah dalam antisipasi bola atas terutama ketika sudah berada di kotak enam belas. Borneo FC beberapa kali melakukan umpan crossing di depan gawang Persipura yang tak mampu dibaca oleh pemain belakang mereka. Ini tentu harus menjadi catatan tersendiri bagi JFT. Apalagi Artur Cunha absen pada pertandingan lain. Opsi pemain belakang lain kemungkinan besar akan jatuh pada nama Donny Monim. (arv)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display