Persebaya 3, Persipura 4: Lini Tengah Tak jalan, Lawan Ambil Kesempatan

Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Drama tujuh gol terjadi di Stadion Gelora Bung Tomo dalam lanjutan Liga 1 2020. Bermain di hadapan suporter sendiri, Bajol Ijol harus takluk dengan Persipura. Bahkan, Konate dkk harus kemasukkan empat gol meski mampu mencetak tiga gol balasan. Terakhir kali Persebaya kebobolan empat gol adalah lawan Persib dalam Liga 1 2019 pada bulan Oktober 2019, waktu itu masih di bawah asuhan Wolfgang Pikal. Jadi ini adalah PR besar bagi coach Aji Santoso. Selain kalah di kandang sendiri, timnya harus kemasukkan empat gol. Apa yang membuat Persebaya bisa mengalami hal tersebut?

Transisi Lini Tengah Mandek

Seperti biasa, coach Aji Santoso memainkan formasi 4-2-1-3. Sedangkan lawannya, coach Jacksen coba lakukan hal yang sama. Sama-sama bermain dengan dua defensive midfielder tentu duel di lini tengah pasti akan menarik. Biasanya ketika ada kesebelasan yang memainkan formasi sama di atas, bola lebih sering bergerak di middle third.

Kita coba soroti lini tengah Persebaya. Berbeda dengan pekan pertama saat menghadapi Persik, duet defensive midfielder Persebaya diisi oleh Aryn dan Hambali. Kini coach Aji coba pasangkan Aryn dengan Kambuaya. Sebagai catatan, saat menghadapi Persik, Hambali bermain tidak terlalu bagus dan digantikan oleh Kambuaya. Masuknya Kambuaya pada saat itu mampu mengubah permainan. Mungkin ini alasannya mengapa coach Aji mengubah susunan pemain di lini tengah.

Iklan

Jika diamati ternyata bukan lini tengah saja yang diganti. Alwi Slamat kali ini dipasang menjadi fullback kiri. Agak sulit dipahami memang, Alwi yang dalam Piala Gubernur bermain bagus di lini tengah kali ini dipasang menjadi fullback kiri. Sedangkan kedua defensive midfielder lagi dan lagi mengalami rotasi. Ini yang membuat kita bertanya, apakah Persebaya sudah memiliki starting eleven? Jika melihat rotasi demi rotasi yang dilakukan tampaknya mengerucut pada jawaban, belum.

Persebaya punya peluang cetak gol lebih dulu melalui titik putih. Menit 6, Da Silva dilanggar oleh Rumakiek, yang berakibat medapat pinalti. Tapi kesempatan itu gagal dimanfaatkan oleh Da Silva sebagai algojo. Teknik penaltinya mampu dibaca oleh Dede Sulaiman. Teknik pinalti berhenti ini harus punya tendangan yang keras, tetapi sangat jarang pemain yang punya teknik tersebut, karena jarak kaki dengan bola menjadi tidak punya banyak ruang. Akhirnya tendangan tersebut pelan dan dapat dibaca oleh kiper. Dede Sulaiman sendiri cukup tenang karena tidak bergerak sebelum Da Silva benar-benar tendang bola.

Persipura dalam praktiknya di lapangan sebenarnya bermain dengan 4-3-1-2. Todd dan Boaz menjadi pemain yang berada paling depan. Disusul Thiago Amaral sebagai pemain kunci untuk memangun serangan. Menit 17 Amaral cetak gol lebih dulu melalui free kick. Dengan teknik yang ia miliki, bola keras dan melengkung tak mampu dihalau oleh Mokodompit. 1-0 Persebaya tertinggal.

Ketika Boaz ditarik keluar, Persipura menjadi tidak memiliki striker murni. Ada nama Todd, tetapi ia lebih mobile dan rajin turun, juga ia memiliki jangkauan luas untuk beroperasi disisi sayap. Thiago setelah mencetak gol juga sering masuk ke wilayah pertahanan Persebaya. Bisa jadi ia sudah membaca ruang yang sering ditinggalkan oleh para pemain Persebaya.

Persipura mulai nyaman dengan irama permainan tersebut. Sementara Persebaya harus naikkan determinasi serangan, sehingga meninggalkan ruang kosong di tengah. Jarak antara lini kedua dengan depan cukup jauh.

Ruang tersebut yang mampu dieksploitasi dengan baik oleh Persipura. Gol kedua lahir dari situasi tersebut. Jarak antar pemain Persebaya cukup jauh sehingga Persipura yang bermain tanpa striker murni ini punya kemudahan untuk akses lini tengah dengan mudahnya. Aryn dan Kambuaya terlihat kurang “nyetel” dalam situasi ini. Amaral yang memang sebelumnya diprediksi menjadi pemain yang harus diwaspadai oleh Persebaya pun akhirnya kembali unjuk kebolehan. Ia berhasil cetak gol keduanya malam itu di menit ke 34.

Gol kedua Persipura terjadi karena mereka menumpuk banyak pemain di lini tengah. Terlihat ada lima pemain dalam posisi siap, sementara Persebaya hanya ada dua pemain. Konate mungkin bisa jadi tak terhitung dalam duel tersebut, karena posisinya membelakangi. Bisa jadi karena Persebaya memang dapat kesempatan untuk counter attack, tetapi dengan menumpuk banyak pemain di tengah, Persipura dengan mudah rebut bola.

Tertinggal dua gol, coach Aji coba mengganti Kambuaya dengan Rendi Irwan. Sebenarnya dalam situasi ini agak riskan. Karena Persebaya sedang punya masalah transisi di lini tengah. Dengan masuknya Rendi, otomatis Persebaya sedang menambah determinasi serangannya. Apakah situasi kosongnya lini tengah ini juga masih akan berlanjut pada babak kedua? Ataukah coach Aji punya strategi dengan dimasukkannya Rendi memperpendek jarak antar pemain tersebut?

Sementara itu di sisa laga, Persebaya berhasil perkecil ketertinggalan. Da Silva mampu memanfaatkan umpan yang sangat bagus dari Mahmoud Eid. Kredit untuk Rendi dalam proses terjadinya gol ini adalah, pergerakannya yang membuka ruang, memudahkan Eid untuk lakukan umpan ke dalam kotak pinalti. Catatan ini sekaligus membuat Eid mengoleksi dua assist dalam dua macth bersama Persbaya.

Babak Kedua: Lini Tengah Masih Belum Pecah

Tertinggal 1-2 di babak pertama mau tak mau Persebaya harus all attack. Menyerang boleh saja dilakukan. Mengejar ketertinggalan juga adalah hal wajib. Tetapi apakah masalah di babak pertama sudah terpecahkan? Masalah tersebut ternyata belum juga terpecahkan. Pasalnya Persipura lagi-lagi mampu perbesar skor. Proses gol ketiga ini hampir sama dengan proses gol kedua. Tumpuk banyak pemain di tengah, rebut bola, lalu siapa saja pemain yang siap untuk maju, mereka akan lakukan.

M. Tahir yang punya posisi defensive midfielder mampu cetak gol. Kerja sama one two touch dengan Amaral dari lini tengah tak bisa dikejar oleh para pemain Persebaya. Dengan kaki kiri, gelandang yang sudah bermain untuk Persipura sejak 2016 itu mampu membuat Mokodompit memungut bola untuk yang ketiga kalinya dalam 50 menit jalannya laga.

Sebenarnya, ketika lini tengah bermain tak bagus atau tak mampu menerapkan taktik dari pelatih. Opsi lain masih ada, yaitu adalah pemain belakang. Masalahnya dua centre back Persebaya, Hansamu dan Rizky Ridho tak cukup bermain baik untuk back up lini tengah yang kehilangan fungsinya. Beberapa kali duet centre back tersebut sering salah komunikasi atau salah dalam pengambilan keputusan. Seperti yang terjadi pada gol kedua Persipura, Hansamu harus tertinggal ketika tak mampu membaca pergerakan Amaral karena ia fokus pada Todd. Padahal Amaral dalam posisi yang memang harus benar-benar dalam pressing.

Pergantian Pemain yang Tepat Namun Terlambat

Dalam waktu berdekatan kedua tim melakukan tiga pergantian. Da Silva keluar diganti Patrich Wanggai, dan Oktafianus masuk mengganti Irfan Jaya, sementara Persipura menambah daya gedornya. Pahabol masuk menggantikan defensive midfielder, F. Yoku. Perubahan kontra strategi dilakukan oleh Persipura, sementara Persebaya melakukan pergantian yang sama.

Setelah kedua tim melakukan pergantian pemain dalam waktu yang berdekatan. Gol demi gol pun terjadi. Persebaya mampu perkecil ketertinggal. Kali ini Mahmoud Eid mencetak gol pertamanya di Liga 1. Umpan panjang Konate mampu dikonversikan menjadi gol. 2-3 skor sementara bagi kedua tim hingga menit ke 75.

Perubahan-perubahan yang dilakukan Persebaya tampaknya belum maksimal. Benar mereka sedikit banyak bisa menekan pertahanan Persipura, tetapi masalah masih belum terpecahkan yaitu transisi bertahan. Lini tengah dan belakang Persebaya sering tak menemukan solusi bagaiamana cara menghentikan counter attack Persipura. Dan ini terjadi ketika gol keempat Persipura oleh Pahabol. Komunikasi yang tak jalan antar kedua lini ini masih menjadi penyebab bagaimana Persebaya cukup mudah ditembus oleh lawan. Gol terlambat dari Rendi Irwan tak juga bisa menyelamatkan Persebaya dari belum dapatnya mereka meraih poin penuh di kandang sendiri dalam Liga 1 2020.

Satu poin dari dua laga, hasil yang tak semestinya diraih oleh Persebaya jika melihat kedalaman skuadnya. Coach Aji sepertinya belum juga menemukan starting eleven yang pasti di dalam tim ini. Karena setiap perubahan taktik pun juga starting eleven nyatanya menghasilkan masalah-masalah baru. Dan dari hal tersebut tentu tim bisa mengevaluasi dengan baik untuk mengambil keputusan dengan tepat terutama dalam taktik. (arv)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display