Bejo dan Uston Buka Rahasia di We Talk Football

Dari kiri: Bejo S, Sidiq P, Uston N pada acara We Talk Football. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

EJ – Forum ngobrol santai We Talk Football (WTF) Minggu (15/3/2020) lalu di selasar M Radio jadi ajang saling buka rahasia dua legenda Persebaya dan Timnas Indonesia, Sugiantoro dan Uston Nawawi.

WTF yang digagas rutin oleh Surabaya Jersey Community (SJC) kali ini kerja bareng bersama Warrix, apparel dari Thailand. Diskusi yang dipandu Barry Junius ini juga menghadirkan Sidiq Prasetyo, jurnalis dan penulis buku Persebaya The Champions.

Sugiantoro yang akrab dipanggil Bejo mengungkapkan ada sosok yang sangat berjasa di balik skorsing setahun yang dijalaninya pada 2003 silam.

“Beliau adalah almarhum Haji Santo (manajer Persebaya, Red.) yang menasihati saya waktu itu,” ungkap arek Ngaglik DKA ini.

Iklan
BACA:  Lebih Dekat dengan Nerius Alom, Gelandang Anyar Persebaya

“Almarhum bilang, kalau kamu ingin meneruskan karir sepakbola, kembalilah ke Persebaya,” pesan H. Santo saat itu seperti diungkapkan kembali oleh ayah Rahmat Irianto ini.

Sekedar mengingat, pada 2003 itu, Bejo pindah ke PSPS Pekanbaru. Pada suatu pertandingan, ia melakukan pemukulan terhadap wasit. Alhasil kena hukuman selama setahun.

Usai menjalani hukuman dan menuruti nasihat almarhum H. Santo, Bejo kembali ke Persebaya dan berhasil meraih gelar juara pada 2004.

“Gelar juara itu saya persembahkan untuk almarhum, Persebaya dan Bonek yang memadati Stadion Tambaksari dan jalanan sekitarnya,” kenangnya dengan mata berkaca menahan haru.

Lain lagi dengan Uston Nawawi. Pria asli Sukodono – Sidoarjo ini tersipu dengan apa yang dialaminya saat Sea Games 1997 dulu.

BACA:  4 Pemain Persebaya Lolos Seleksi Garuda Select III

Dia yang termasuk pemain muda di skuad Merah Putih, pada babak final terpaksa mengambil tendangan pinalti dan gagal.

“Saat itu ditunjuk oleh (Coach, Red) Aji Santoso yang bertindak sebagai kapten. Juga senior yang lain termasuk Ansyari Lubis gak mau ambil,” cerita Uston sambil tersenyum.

“Tapi gak masalah, itu jadi bagian dari cerita perjalanan karis sepak bola saya,” ujarnya.

“Kalau saja saat final itu Indonesia juara, maka harusnya tahun 1997 itu terakhir kali kita meraih emas Sea Games bukan 1991,” pungkas Sidiq, jurnalis senior yang malang melintang di dunia olahraga. (djo)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display