EJ – Tahun 2019 lalu wakil dari Indonesia yaitu tim WANI berhasil meraih gelar runner-up PES League World Final kategori co-op (beregu) di London, Inggris. Sang kapten, Muchamad Lucky Ma’arif membagikan perjuangannya memulai karir dari sebauh rental PS di daerah Kutisari hingga menuju kejuaraan dunia di London.
Lucky pada bulan Juni tahun lalu berhasil meraih gelar runner-up bersama dua orang rekannya yaitu Rio Dwi Septian (Jakarta) dan Rizky Faidan (Bandung). PES League World Final sendiri merupakan turnamen PES terbesar di dunia yang diselenggarakan langsung oleh Konami. Lucky membagikan sedikit kisahnya memulai karir sebagai pemain PES kepada EJ.
Memulai Karir Dari Sebuah Rental PS di Daerah Kutisari
Meski gemar bermain gim sepak bola sejak kecil, Lucky baru menapaki karir sebagai pemain PES di tahun 2011. Di tengah kesibukannya bekerja, pengidola Uston Nawawi itu iseng mengikuti sebuah turnamen PES lokal di Surabaya. Hasilnya nihil.
“Pertama kali tahun 2011, setelah lulus SMA tahun 2010. Karena saya sekolah SMK jadi waktu itu udah kerja. Pas pulang kerja lihat ada brosur, ada kompetisi, saya coba iseng-iseng. Tapi ancur juga awal-awal,” kenangnya.
Namun, kegagalan tak membuat Lucky patah semangat. Ia terus mengasah permainannya di sebuah rental daerah Kutisari, Surabaya. Di situ ia digembleng langsung oleh pemilik rental dan sekaligus seorang PES player terkenal di Surabaya, Ahmad Habibie.
“Saya sama teman-teman punya basecamp di Kutisari, sebuah rental yang punya partner saya Ahmad Habibie. Dia sekaligus manajer kecil-kecilan, yang benar-benar bawa saya dari nol sampai akhirnya bisa juara dunia, yang benar-benar ngajarin bagaimana teknikal dan terutama mental ya dia itu,” beber Lucky.
Dapat Gelar Juara Nasional Setelah Resign Kerja
Selama tiga tahun lamanya dari tahun 2011 sampai 2014, Lucky berkali-kali menerima kegagalan. Tak satupun gelar juara tingkat nasional yang berhasil diraihnya.
Namun, dalam kondisi seperti itu, ia justru mengambil keputusan penting dan berani dalam hidupnya. Yaitu resign kerja! Ketika banyak orang memilih mundur ketika gagal, Lucky justru semakin melipatgandakan tekadnya.
“Saya keluar tahun 2014, nggak tahu apa yang aku pikirin, padahal pekerjaan juga lumayan, orang tua saat itu juga bertanya-tanya. Kompetisi PES dulu juga enggak sebesar DOTA atau CS (Counter Strike), nggak kepikiran sampai segede sekarang.”
“Jadi mungkin passion, atau memang sudah jalan dari yang diatas. Tapi itu salah satu keputusan yang nggak akan saya sesali,” ucapnya mantap.
Ya, sangat pantas kiranya jika Lucky tidak akan pernah menyesal keluar dari pekerjaan. Sebab, keputusan itu akhirnya menjadi titik tolak karir Lucky di dunia e-sport. Beberapa bulan setelah resign, ia mendapat gelar juara nasional pertamanya di Bandung.
“Setelah ngelepasin kerjaan, awal 2015 saya langsung juara nasional di Bandung. Di kompetisi itu saya benar-benar dapat mental bertanding,” ujarnya.
Go International
Berstatus sebagai juara nasional, popularitas Lucky mulai menanjak. Dua bulan setelah juara tahun 2015, Lucky mendapat undangan untuk mengikuti kompetisi di Thailand. Ia pun tak menyangka bisa ke luar negeri dengan bermodalkan bermain PS.
“Ada invitation dari komunitas PES di Thailand, mereka ngundang pemain dari Asia Tenggara. Dari Indonesia ada tiga orang termasuk saya. Itu pertama kalinya saya ke luar negeri, bener-bener nggak nyangka pertama kali ke Thailand cuma buat main PS,” ucapnya.
Dalam kejuaraan di Thailand Lucky hanya mampu melaju hingga babak 8 besar. Tapi itu hanyalah awal bagi karir Lucky. Selanjutnya, pengagum permainan counter attack Jose Mourinho itu berkali-kali mendapat kesempatan bertanding di luar negeri.
Tak hanya ikut serta, Lucky mulai meraih pundi-pundi gelar. Terutama untuk kategori beregu yang menjadi spesialisasinya.
Mulai tahun 2018, Lucky mendapat gelar runner-up PES League Asia Coop 2vs2 di Bangkok, Thailand. Kemudian juara 3 WESG PES 2018 di Hakou, China serta juara 3 Beijing Super Cup 2vs2 PES 2018 di Beijing, China.
Membentuk Tim Wani Untuk Kejuaraan Dunia PES
Setelah beberapa kali mendapat gelar internasional, Lucky mulai mematok target lebih tinggi yaitu lolos PES League World Final 2019 di London. Kategori yang dipilih, sesuai dengan keahliannya yaitu beregu 3 lawan 3.
Ia kemudian mengajak rekannya asal Jakarta, Rio Dwi Septian. Untuk melengkapi komposisi tim, Lucky dan Rio sepakat mengajak Rizky Faidan. Rizky merupakan salah satu rising star pro player PES Indonesia yang masih berusia 16 tahun.
“Tim Wani terbentuk mepet, kalau nggak salah seminggu sebelum kualifikasi. Awalnya saya ngajak mas Rio, terus cari satu pemain lagi dapatnya Rizky dan dia mau,” beber Lucky.
Sebagai kapten, Lucky punya peran sedikit lebih dominan daripada Rio dan Rizky. Termasuk, dalam menentukan nama tim. Sebagai orang asal Surabaya dan pendukung Persebaya Lucky akhirnya menamai timnya Wani.
“Karena saya orang Surabaya pakai saja Wani. Jargonnya orang Surabaya dan Persebaya dari dulu salam satu nyali wani, artinya kuat banget buat saya,” ucap penggemar fanatik Persebaya dan Inter Milan itu.
“Tapi kalau ada yang nyeletuk wani itu singkatan dari warga negara Indonesia ya masuk juga. Jadi pas.” (Bersambung)