Persebaya, Asa, Cinta, dan Harapan

Azrul ANanda memberikan sambutannya di hadapan pemain, ofisial, dan Bonek. Foto: Joko Kristiono/EJ
Iklan

Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asa memiliki arti semangat. Sebagai arek Suroboyo, mempunyai asa seolah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dalam setiap perjuangan yang akan dilakukan. Hal ini bukan semata-mata ada, melainkan warisan para pendahulu yang memberikan contoh kepada generasi penerus yang lahir di Kota Pahlawan.

Seperti halnya arek Bonek, mereka senantiasa memiliki asa dalam mendukung Persebaya. Dalam satu momen, Persebaya mampu melumpuhkan logika setiap penikmatnya. Bagaimana tidak, ketika cinta sudah menghampiri penikmat Persebaya, mereka selalu berusaha untuk mengorbankan apa yang ia punya untuk Persebaya. Dengan modal asa dan cinta, Bonek selalu mencoba untuk memberikan dukungan kepada Persebaya sesuai dengan kemapuan masing-masing.

Cinta itu tumbuh sejak kecil, menginjak remaja cinta itu tak akan pudar terus menerus tumbuh dan semakin melekat pada jiwa bonek. Tak heran slogan “Persebaya Emosi Jiwaku” memberikan dampak yang luar biasa bagi setiap bonek. Bahkan bisa jadi cinta Bonek kepada Persebaya melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri. Mereka rela bersusah payah, bukan hanya materi, waktu, tenaga bahkan nyawa sudah menjadi satu paket perjuangan dalam mendukung tim kebanggaan.

Sebagai seorang suporter tentu harapan pada umumnya adalah klub kebanggaan bisa menjadi juara. Namun, bagi sebagian suporter juara adalah bonus, termasuk penulis. Harapan lain dari juara adalah melihat klub sehat secara menyeluruh dan mampu berjuang di dalam maupun di luar lapangan. Ketika klub sudah sehat secara menyeluruh, Bonek akan lebih bersemangat dan mencintai Persebaya secara utuh.

Iklan

Penulis meyakini, jika klub sehat secara menyeluruh, akan berdampak juga pada perilaku Bonek. Secara perlahan, harapan Bonek bukan suporter rusuh akan hilang dengan sendirinya karena klub memberikan contoh positif. Bonek perlahan akan terus belajar menjadi suporter yang baik dengan modal asa dan cinta yang dimiliki oleh Bonek itu sendiri.

Bagi beberapa media, Bonek merupakan media darling yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Justru sebagai harapan, Bonek harus bisa memanfaatkan media untuk kepentingan Bonek itu sendiri. Di era platform digital, membuat media sendiri melalui sosial media merupakan hal yang paling mudah untuk memberitakan kegiatan positif. Menghapus stigma negatif di masyarakat adalah harapan awal, menurut penulis untuk Bonek. Karena dengan secara berkala mengadendakan kegiatan positif, stigma negatif Bonek di masyarakan perlahan akan hilang.

Memang tidak mudah, namun dengan adanya modal asa dan cinta, harapan itu akan terus hidup dan tumbuh untuk menjadi suporter yang baik dan mencintai klub. Ketika klub dan suporter sudah nyetel penulis yakin perjuangan arek-arek Bonek memberikan kegiatan positif akan berdampak sesuai dengan harapan. (*)

*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display