Semangat Karanggayam

Foto: Official Persebaya
Iklan

Sebagian orang mungkin tidak mengetahui di mana Wisma Karanggayam atau Mess Eri Irianto berada. Namun ketika ditanya tentang Stadion Tambaksari, semua orang Surabaya mungkin akan menjawab tahu. Wisma ini berada pas di belakang Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari bersampingan dengan perkampungan penduduk. Di belakang stadion sendiri ada lapangan latihan bagi Persebaya. Hebat bukan? Persebaya punya Traning Ground sendiri. Bangunan wisma ini menjadi satu dengan lapangan yang berada pas di belakang stadion.

Kenapa sih wisma Persebaya sering disebut wisma Eri Irianto? Oke, pertanyaan bagus. Kita tarik ke belakang di medio tahun 2000 waktu pertandingan Persebaya melawan PSIM Yogyakarta di stadion tersebut. Eri bertabrakan dengan pemain PSIM Samson Noujine Kinga yang menyebabkan ia dilarikan ke RSUD Dr. Soetomo. Sahabat Chairil Pace Anwar ini akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 3 April 2000. Sebagai penghormatan terakhir kepada almarhum, manajemen Persebaya akhirnya menamai wisma Persebaya dengan nama Mess Eri Irianto dan mempensiunkan nomor punggung 19. Jika berkunjung ke Wisma Karanggayam, sekedar informasi saja, silakan menuju kamar Eri Irianto. Nuansa sakral akan terasa sampai ubun-ubun, percaya tidak percaya silahkan dicoba.

Kumpulan piala yang tertata rapi di lemari kaca saat kita memasuki pintu masuk wisma adalah bukti kejayaan Persebaya jaman dahulu yang seharusnya kita jaga layaknya sebuah pusaka yang selalu dimandikan di malam 1 Suro. Sayangnya beberapa piala hasil jerih payah pemain hilang. Jersey almarhum Eri Irianto dengan nomor punggung 19 terpajang gagah di atas puluhan piala menambah sakralnya tempat ini. Spot foto terbaik saat berada di wisma Karanggayam. Rugi kalau nggak foto di sini.

Kawah Candradimuka bagi para pemain muda internal klub Persebaya. Setiap sore ditempa dengan latian keras membuat fisik dan mental para pemain muda tumbuh. Bermain di lapangan Karanggayam adalah sebuah kesempatan bagi para pemain muda dilihat oleh tim scouting Persebaya. Berkesempatan juga dilatih para legenda Persebaya. Dapat dipastikan karakter Persebaya akan tetap terjaga turun temurun dari generasi ke generasi. Sudah lama rasanya tidak melihat latihan Persebaya terakhir kali melihat langsung saat Persebaya masih bermain di IPL.

Iklan

Sayang, konflik Persebaya dan Pemkot Surabaya dalam hal ini Dispora membuat Persebaya harus terusir dari Surabaya. Izin pemakaian lapangan Karanggayam dan stadion Tambaksari tidak pernah berpihak baik kepada Persebaya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah ketika tim dari luar Surabaya bertanding di Jawa Timur atau melawan Persebaya bisa memakai stadion Tambaksari sebagai tempat latihan mereka. Mengherankan bukan? Bukankah Persebaya adalah aset Surabaya?

Walaupun begitu Pemkot berjanji akan menjadikan stadion Tambaksari menjadi homebase Persebaya untuk mengarungi Liga 1 2020. Tapi banyak faktor yang harus diperhatikan Pemkot, mulai dari lalu lintas dan lahan parkir. Lalu lintas adalah problem utama karena tingkat kepadatan di area stadion. Selain itu jalan menuju stadion sangat harus diperhatikan karena letak stadion yang berada di pusat kota Surabaya. Kita tahu saat anniversary Persebaya ke-89, jalanan yang ada di pusat Surabaya macet, terkhusus menuju arah Tambaksari. Apalagi Bonek sekarang lebih banyak memakai transportasi pribadi saat laga home sehingga lahan parkir juga harus memadai.

Menurut kabar yang beredar dan dikuatkan dengan hasil persidangan pada 10 Maret 2020, Persebaya dinyatakan sebagai pemenang dalam sidang sengketa wisma Persebaya. Selayaknya Persebaya boleh memakai wisma tersebut. Wisma itu adalah hadiah dari Wali Kota karena telah juara, entah lupa tahun berapa. Ada rumor juga bahwa Wisma Karanggayam adalah tanah tukar guling dengan tanah yang ada di jalan Kusuma Bangsa Surabaya yang sekarang menjadi taman hiburan rakyat, koreksi bila salah. Tapi wisma Karanggayam jika tidak bisa dipakai oleh Persebaya yang notabene adalah ikon Surabaya. Lantas dipakai untuk siapa lagi? Wisma ini adalah bangunan tua yang harusnya dilestarikan dan jadi Cagar Budaya.

Uston Nawawi, Anang ma’ruf, Bejo Sugiantoro, Andik Vermansah, M taufiq, Evan Dimas, Rachmat Irianto, Supriadi sampai Marselino jajaran pemain Timnas yang lahir dari lapangan Karanggayam. Ini adalah bukti pembinaan yang dilakukan di lapangan ini sangat baik. Apa anda semua tega melihat mereka para bibit muda sepak bola Surabaya tak bisa tumbuh subur di tanahnya.

Bukankah asyik jika pihak Pemkot dan Persebaya bersatu tanpa ada intrik politik atau maksud apa pun. Kelihatannya seru loh ya. Bersama-sama saling memajukan sepak bola Surabaya, misal dengan mempermudah mimpi anak-anak Surabaya untuk menggapainya. Tentunya dengan mengakhiri keserakahan Pemkot terhadap Karanggayam. Dengan kembalinya Karanggayam ke tangan Persebaya diharapkan dapat membawa kembali semangat kejayaan Persebaya saat masih berhomebase di Karanggayam di tubuh tim saat ini. Semangat Suroboyoan nya itu yang hilang dari tim saat ini! (*)

*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display