Apakah berlebihan, jika membaca judul di atas. Mengapa tidak? Apa itu Persebaya? Siapa Persebaya itu? Kok sampai berani-beraninya mempersatukan Nusantara?
Berlebihan?
Sepertinya tidak!
Bagi pencinta sepak bola nasional, nama Persebaya sudah tidak asing di telinga dan mata masyarakat Indonesia. Klub sepakbola asal Kota Surabaya ini, dikenal dengan banyak ‘tempelan’ nama dibelakangnya. Lebih-lebih pendukung setianya. Bonek.
Persebaya dan Bonek ibarat hati dan jantung. Jika satu dicabut, maka matilah badan tersebut. Semua melengkapi, semuanya saling membutuhkan. Tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Takdir yang mempersatukan mereka. Hanya Tuhan yang bisa memisahkan mereka berdua.
Lalu, bisakah Mem-Persebayakan Nusantara?
Bisa!
Banyak parameter mengukur Persebaya bisa mempengaruhi sepak bola Nusantara. Tentunya dari kacamata positif. Ok. Mari kita amati satu persatu.
Pembinaan usia muda yang produktif
Hampir semua klub sepak bola di Indonesia memiliki klub binaan. Mulai usia 10, hingga 18 tahun. Persebaya salah satu club sepakbola nasional yang produktif. Terbukti, 4 tahun ke belakang. Beberapa slot pemain Timnas Indonesia diisi dari Persebaya. Mulai dari Timnas U-23 sampai Timnas U-16. Persebaya masih mendominasi penyedia pemain-pemain berkualitas.
Manajemen yang profesional
Tahun 2017 adalah puncak kebangkitan Persebaya Surabaya. Pasca dinyatakan sebagai juara Liga 2 dan promosi ke Liga 1. Persebaya menjelma seperti makhluk luar biasa dengan melakukan perubahan yang cepat, terukur, dan profesional. Tata kelola manajemen berubah cepat. Persebaya mampu bangkit menjadi klub sepak bola nasional yang sangat profesional, terbuka, dan transparan. Hal tersebut tak lepas dari peran Presiden Persebaya, Azrul Ananda.
Di tangannya, manajemen Persebaya mendapat perhatian sangat baik. Official club di lapangan maupun manajemen di luar official. Sebagai contoh Persebaya Store. Selain itu manajemen ke depan sedang menggarap Perumahan Persebaya, serta Persebaya Sport Center. Ketiganya adalah contoh nyata keseriusan manajemen menata Persebaya. Jika manajemen tidak berfikir visioner, maka klub sepak bola hanya akan berkutat pada penggembira liga saja.
Suporter yang luar biasa.
Bonek. Satu kata. Wani!
Panti Asuhan Bonek, Bonek Disaster Respon Team (BDRT.27), media tentang Persebaya seperti emosjiwaku.com serta banyak kegiatan positif lainnya adalah ukuran bahwa fans sepak bola tidak hanya bisa teriak-teriak di pinggir lapangan saja. Banyak hal baik yang dirasakan langsung oleh masyarakat melalui kegiatan-kegiatan seperti khataman Al Qur’an, terlibat dalam kegiatan sosial kemanusiaan, serta diskusi/sharing dan menuangkan ide tulisan tentang Persebaya.
Selain itu, kiprah Bonek untuk masyarakat, jangan pernah diragukan. Lebih-lebih sekarang, negara yang sedang dikepung pandemi. Pergerakan sosial bonek, masif dilakukan. Mereka bergerak bersama dari Jawa sampai Papua. Bahkan, salah satu Bonita asal Surabaya jadi salah satu tim garda terdepan penanganan pandemi nasional di Jakarta.
Jika hal-hal yang baik tersebut terus digaungkan, tidak menutup kemungkinan parameter Sepakbola Nasional akan berkiblat kepada Persebaya Surabaya. Semua contohnya nyata, dan terukur tinggal dikembangkan lebih baik dan masif oleh Bonek dan Persebaya.
Terakhir, jika boleh berharap sebagai pencinta Persebaya, penulis berharap manajemen Persebaya memberdayakan kembali mantan-mantan pemain Persebaya. Jas Merah, Jangan Lupakan Sejarah!
Begitulah Bung Karno mengingatkan kita, para pejuang negara.
Pun juga di Persebaya, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Persebaya bisa seperti ini juga karena jasa pemainnya terdahulu. Penulis yakin, ilmu dan pengalaman yang diberikan akan sangat bermanfaat buat penerus-penerus Persebaya masa depan.
Salam Satu Nyali. WANI! (*)
Bangkalan, 2020
*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].