Bicara tentang Surabaya adalah bicara tentang Persebaya, Bonek, dan kecintaan warga Surabaya terhadap Persebaya itu sendiri. Persebaya dengan warga Surabaya seakan tak bisa dipisahkan, selalu ada dalam segala pembicaraan di kantor, warung kopi, bahkan kampus.
Saya ingat betul ketika Bonek yang mayoritas warga Surabaya diuji dengan tidak diakuinya persebaya dalam kancah persepak bolaan Indonesia oleh PSSI. Waktu itu Persebaya dianggap pindah ke liga yang tidak resmi atau membelot. Banyak Bonek yang kecewa bahkan marah, tapi banyak juga yang tetap kuat dan semangat menghadapi ujian ini. 4 tahun tak terasa sudah Surabaya tanpa sepak bola.
Apakah Bonek berhenti mendukung Persebaya? Tidak, Bonek masih tetap kuat dan semakin gencar memprotes dan memperjuangkan hak Persebaya di tahun kelima mereka disanksi PSSI, hingga akhirnya diakui kembali. Luapan kebahagiaan Bonek pecah di mana-mana, tangis haru semua larut dalam kebahagiaan ini.
Tahun pertama mengikuti Liga 2 atau kasta kedua liga di Indonesia, Persebaya langsung menggebrak dengan juara 1 dan langsung naik ke Liga 1 atau liga teratas Indonesia.
Di tahun kedua, setelah dipulihkan dari sanksi, Persebaya langsung menyusun tim yang bagus. Hasilnya mereka ada di klasemen ke 5 di akhir laga. Hasil yang sangat bagus.
Tahun berikutnya Persebaya semakin ambisius merebut gelar juara. Mereka melejit runner up di klasemen akhir. Hasil yang sangat positif.
Di tahun ini, persiapan kembali dikejar karena juara adalah target utama seluruh elemen Persebaya. Tapi naas, nasib berkata lain. Sebuah pandemi datang menghambat semua sektor di Indonesia tak terkecuali olahraga sepak bola dan kompetisi dihentikan dengan waktu yang belum ditentukan.
Tapi Bonek masih setia mendampingi Persebaya di saat kondisi apapun. Bahkan di saat semua tim krisis finansial karena pandemi ini, Persebaya dengan jumlah store terbanyak di Indonesia masih mampu menghidupi Persebaya karena loyalitas Bonek.
Sayangnya di saat kondisi negara melawan pandemi seperti ini, pengurus PSSI malah mengundurkan diri, begitupun pengurus kompetisi PT LIB. Sebuah keputusan yang tak bertanggung jawab dengan nasib kompetisi, bahkan sampai sekarang belum jelas juga antara dilanjutkan atau dihentikan kompetisinya.
Di balik banyaknya ujian itu, masyarakat pecinta sepak bola Indonesia masih mempunyai harapan yang besar untuk segera berakhirnya wabah ini sehingga kehidupan bisa berjalan normal kembali begitupun harapan Bonek pendukung setia persebaya yang masih setia dalam kondisi apapun. (*)
*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].