Ku Mau Kau (Persebaya) Seperti Mauku

Bonek di Stadion Si Jalak Harupat. Foto: Mungki for EJ
Iklan

H-7, Persebaya away ke kota perantauan kami. Segera rekan-rekan Bonek setempat menyalakan mode siaga. Kumpul. Kita akan punya gawe, menyambut rekan-rekan dari seluruh Indonesia yang akan menonton laga ini. Terlebih tuan rumah menjadi salah satu kandidat juara.

Malam berkumpul, sekitar 10 orang, tidak ada wajah yang ku kenal, maklum aku baru mendarat di kota itu beberapa bulan. Langkah pertama saweran, antisipasi Bonek-Bonek estafet. Tentunya mereka perlu makan, tempat tidur sementara atau ongkos ala kadarnya untuk balik ke kota masing-masing.

Dalam beberapa menit terkumpul beberapa juta. Tidak ada yang nyawer di bawah 300 ribu malah beberapa di atas 500 ribu. Bahkan sampai ada yang nyuntek dompetnya. Kelak setelah aku mengenal mereka semua, decak kagum keluar dari mulut ini. Gila mereka rata-rata pegawai harian bahkan ada yang kerja ngojek tapi gak eman demi Persebaya.

Menjelang hari H, kami makin tegang. Call centre hape kami tidak berhenti berdering. Maklum kami memaklumatkan nomor hape di medsos. Siapapun yang away hubungi nomor tersebut.

Iklan
BACA:  Ngosek dan Ngeyel Lawan Covid-19

Dari hari ke jam menjelang pertandingan, jumlah bonek yang menghubungi kami meningkat tajam. Dapur umum rencana semula diserahkan ke pihak ketiga berantakan karena budget kurang. Otak diputar, jadilah kami membungkusi nasi sendiri. Tenaga terbatas, H-1, banyak Bonek berdatangan, dari yang minta di jemput satu persatu, laporan di sartok anak punk, sampai berita sweeping dari suporter rival benar-benar membuat kami kelabakan. Pontang-panting koordinasi dengan beberapa kelompok suporter lokal, Belum lagi dengan pihak berwajib yang selalu memantau kami.

Hari H tambah pusing dari ujung kaki dan kepala, banyak Bonek estafet yang tidak bisa masuk stadion, tidak bertiket! Waduuh, di grup segera di umumkan kondisi darurat! Ayo saweran lagi, butuh urgent. Jangan sampai tamu kita keleleran apalagi gak bisa masuk stadion.

Alhamdulillah duit segera terkumpul. Entah dari mana duit tersebut, yang pasti bukan duit nganggur.

BACA:  Cinta dan Dedikasi Pada Persebaya

Pertandingan berjalan lancar, skor draw, pihak keamanan menginformasikan, Bonek malam itu juga harus balik. Pusing lagi karena tenaga teman-teman sudah terkuras seminggu ini karena harus mengurus dan mengembalikan Bonek kembali ke kota masing-masing.

Seperti biasa jurus misuh keluar apabila kondisi capek dan judek , janc*k, lek gak gae Persebaya gak karuan kathe ngene! Mbolos kerjo, ngurusi wong akeh, diomeli bojo, gak turu semingu, metu duwet sak taek ndayak. Bla bla blaaa…

Kondisi capek makin menjadi kalau Persebaya mainnya gak karuan. Komentar manajemen pathing pecothot. Sampai keluar statement kami: Kalian (Persebaya) selalu mau kami seperti maumu, terus kapan ku mau kau (Persebaya) seperti mauku? (Menangan dan jadi Juara). (*)

*) Tulisan ini adalah salah satu tulisan yang diikutkan dalam “EJ Sharing Writer Contest” edisi Mei 2020. Dengan tema Persebaya dan Harapan Masyarakat, kontes dibuka hingga 31 Mei 2020. Kirim tulisanmu ke email: [email protected].

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display