Zahra Musdalifah, Srikandi Timnas Putri yang Juara Bersama Tim Laki-laki

Zahra Musdalifah. Foto: bolaskor.com
Iklan

Sejak kecil Zahra Musdalifah telah jatuh cinta pada sepak bola. Ceritanya, di usia 7 tahun, ia sering diajak ayahnya menonton pertandingan futsal. Pada akhirnya, perempuan kelahiran Jakarta, 4 April 2001, itu tidak hanya menonton, tetapi juga ikut berlatih futsal. Saking cintanya pada sepak bola, saat duduk di bangku kelas 5 SD, Zahra meminta agar sekolahnya membuat ekstrakulikuler futsal putri. Sayangnya, keinginan itu bertepuk sebelah tangan lantaran sangat sedikit siswi yang tertarik berlatih dan menyukai futsal. Dari situlah asal muasal Zahra bergabung dengan tim laki-laki.

Awal mula Zahra bergabung dengan tim futsal laki-laki sempat diledekin oleh teman-temannya. “Ngapain main bola, mending main boneka aja tu di rumah.” Tetapi, Zahra tidak cengeng. Ia justru ingin membuktikan bahwa perempuan bisa juga bermain sepak bola dengan baik, tak kalah dengan laki-laki. Bagi Zahra, sepak bola yang penting adalah kemampuan dan skill ketika bermain serta kecerdasan saat di lapangan.

Zahra pun sukses meraih gelar juara di Norwegia bersama tim Sekolah Sepak Bola ASIOP Apacinti yang diperkuat pemain laki-laki hingga usia 15 tahun. Zahra satu-satunya pemain perempuan di tim tersebut. Ia sangat bersyukur mempunyai ayah dan ibu yang selalu mendukung. Kedua orang tuanya rajin memberikan suntikan semangat agar ia serius menekuni sepak bola dan bisa membanggakan Indonesia.

Prestasi Zahra terus bertambah seiring berjalannya waktu. Ketika memperkuat klub Ngapak FC, Zahra merebut prestasi sebagai pencetak gol terbanyak kategori putri. Ia menceploskan 3 gol di ajang Liga Futsal Nusantara 2016 regional DKI Jakarta. Pada perhelatan Asian Games 2018, dara asli Jakarta ini mencetak dua gol. Suatu rekor yang istimewa bagi pemain yang masih berumuran 19 tahun. Tercatat, ia telah 15 kali memperkuat Timnas serta telah menceploskan 3 gol.

Iklan

Sebelum pandemi, sepak bola putri Indonesia sedang menggeliat. Sempat vakum selama lebih dari 4 dekade, sejak 6 Oktober hingga Desember 2019 liga sepak bola putri kembali digelar. Ajang liga putri 1 putri musim pertama diikuti 10 tim. Yaitu, Arema Putri, Bali United Women, Persija Putri, Persib Putri, Galanita Persipura, Persebaya Putri, PSIS Putri, PSM Putri, PSS Putri, dan TIRA Persikabo Kartini. Kesebelasan Persib Bandung Putri sukses menggondol gelar Liga 1 Putri 2019 setelah mengandaskan perlawanan TIRA Persikabo Kartini di partai puncak dengan skor agregat 6-1.

Liga 1 putri sekaligus menjadi wahana pembinaan para Srikandi sepak bola seantero Nusantara. Zahra, gelandang andalan Persija Jakarta adalah salah satu Srikandi timnas putri yang digembleng dalam dalam kompetisi tersebut. Zahra sendiri mempunyai banyak impian, salah satunya ke Eropa. Ia mendapat inspirasi bermain bola dari sejumlah pemain yang diidolalakannya. Salah satunya Egy Maulana Vikri yang kini merumput di Liga Polandia.

Zahra ingin sekali bisa bermain di Eropa, mengikuti jejak Egy Maulana dan sejumlah pemain sepak bola lain di Indonesia. Zahra ingin membuktikan bahwa pemain putri Indonesia juga bisa bermain di Benua Biru. Selain Egy, pemain yang jadi idola Zahra adalah Neymar Jr, James Rodriguez, dan pesepak bola putri AS bernama Alex Morgan.

Sekarang, Zahra telah menjadi influencer bagi klub sepak bola asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG). Ini tampak dalam aktivitas Zahra sebagai “bintang iklan” PSG di Twitter resmi. PSG adalah klub yang punya tim sepak bola putri tangguh di Eropa. PSG Feminin telah mencapai final Liga Champions Wanita UEFA pada 2015 dan 2017.

Akun Twitter PSG pernah mengunggah video singkat Zahra Muzdalifah yang tengah memetik gitar melantunkan lagu Ibu Kita Kartini. “Nyanyian indah dan pesan dari pesepak bola wanita, Zahra Muzdalifah di hari Kartini 2020,” begitu bunyi kicauan tersebut. Dalam video itu, Zahra tampil kasual mengenakan jersey home Les Parisiens.

“Kepada seluruh wanita yang ada di Indonesia teruslah berjuang dan berusaha mencapai cita-cita. Jangan pernah menyerah dan kalian harus terus mencoba hingga mimpi kalian bisa tercapai dan raih terus cita-cita kalian sampai ke ujung dunia,” tutur Zahra. (*)

*) Shella Aprilliya, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display