Ketika menulis ini, saya tepat berumur 22 tahun saat merayakan ulang tahun tanggal 14 Juni. Empat hari setelahnya, Persebaya juga merayakan umurnya yang ke-93 tahun. Menurut saya ini menarik. Saya merayakan umur dengan angka yang masih dibilang muda, sementara Persebaya merayakan umurnya yang semakin bertambah dan menua.
Umur ke 93 tahun jika saya ibaratkan sebagai seorang manusia, dia adalah seorang kakek dengan wajah yang penuh keriput. Selain keriput, rambut-rambut yang tadinya lebat dan berwarna hitam sekarang berubah menjadi putih atau bahkan tidak mempunyai rambut sekalipun. Sewaktu masih muda, jalannya masih tegap dan ketika sudah tua jalannya semakin lambat. Selain itu fungsi organ dalam tubuhnya makin hari makin hilang, seperti mata mulai buram dan telinga semakin sulit itu mendengar.
Tapi itu umur 93 tahun versi saya. Berbeda dengan 93 tahun untuk Persebaya. Umur 93 tahun milik Persebaya, menurut saya bukannya semakin menua tetapi semakin muda. Ya, semakin muda jika dilihat dari beberapa pemain muda yang ada di skuad Persebaya sekarang. Nama-nama muda seperti Supriyadi, Koko Ari, Rizki Ridho hingga pemain-pemain yang nantinya makin membuat Persebaya semakin muda seperti Marselino Ferdinan atau Rui Ariyanto.
Jika menua versi saya jalannya semakin melambat, berbeda dengan Persebaya yang jalannya semakin cepat karena juga dibantu dengan jiwa-jiwa pemain muda tersebut.
Kalau umur 93 tahun versi manusia, kemungkinan jalannya sudah tidak tegap lagi. Berbeda dengan Persebaya yang jalannya selalu tegap berdiri, karena selalu ditopang oleh Bonek yang selalu siap untuk bersama Persebaya selamanya. Menurut saya umur ke-93 untuk Persebaya adalah klub kebanggaan kami ini semakin tahun memang semakin menua tetapi kalau masalah jiwa, tujuan dan cita-citanya masih membara seperti semangat anak muda. Semoga dengan semangat dan tujuan yang seperti itu, Persebaya semakin mudah untuk meraih gelar juara di Liga 1 musim ini dan musim-musim berikutnya.
Salam satu nyali, Wani!