Asal Mula Kepopuleran Jargon “Persebaya Emosi Jiwaku”

Foto: Green Nord27
Iklan

EJ – Slogan “Emosi Jiwaku” sudah melekat dengan Persebaya Surabaya. Tidak hanya digunakan sebagai banner ketika mendukung di stadion, tapi juga menginspirasi lagu sampai media suporter. Tapi siapa yang tahu awal mula kepopuleran jargon tersebut?

Salah satu pemain Persebaya era 1980-an, Maura Hally membagikan sedikit ingatannya tentang jargon “Persebaya Emosi Jiwaku”. Pemain bernomor punggung 10 itu pertama kali mengenal jargon tersebut menjelang musim 1987/88 dimulai. Ketika itu, manajer Persebaya, H. Agil H. Ali menginisiasi sebuah lomba.

“Pak Agil Ali punya ide brilian. Dia terinspirasi sepak bola Eropa yang (suporternya, red) pakai bendera dan berbagai atribut. Akhirnya, dibuatlah satu lomba atribut atau tulisan-tulisan di bendera itu,” ujar Hally.

BACA:  Cetak Gol Perdana, Irfan Jaya Mulai Panas

Dari puluhan karya yang masuk, akhirnya terpilih sekitar 5 atribut yang dipamerkan di depan Kantor Kotamadya Surabaya. Nah, setelah melewati berbagai penilaian, bendera bertuliskan “Persebaya Emosi Jiwaku” keluar sebagai pemenang utama.

Iklan
Kliping koran Jawa Pos yang menampilkan foto pemenang lomba jargon Persebaya. Foto: dok. PSP

Sejak saat itu, bendera bertuliskan Persebaya Emosi Jiwaku selalu muncul di Stadion Gelora 10 November. Sejak musim 1987/88 itu pula, untuk pertama kalinya, ada suporter Indonesia yang memberikan dukungan dengan membentangkan bendera, banner, atau giant flag di stadion.

“Terus (ada), terkenang terus, terpampang terus Emosi Jiwa. Bahasa itu kan dari suporter, bukan dari Persebaya. Jadi Emosi Jiwaku identik dengan perasaan suporter, untuk mendukung, dengan sepenuh hati dia mendukung Persebaya,” ujar Hally.

BACA:  Persebaya Akhiri Pemusatan Latihan di Yogya

“Dengan adanya lomba itu, kami main di manapun, stadion selalu penuh dengan atribut bendera, seperti sekarang ini. Awal mula (penggunaan atribut bendera) ya Bonek pendukung Persebaya, atribut gagasannya bermula dari manajer Agil Ali,” beber Hally.

Dukungan penuh dari manajemen dan suporter itu akhirnya berbuah manis. Persebaya mampu meraih gelar juara Divisi Utama Perserikatan 1987/88 setelah mengalahkan Persija Jakarta 3-2 di Stadion Senayan, Jakarta. Green Force sukses membayar lunas kegagalan satu musim sebelumnya ketika kalah tipis 1-2 di partai final melawan PSIS Semarang. (riz)

Komentar Artikel

Iklan

No posts to display